Mohon tunggu...
Anya Prilla Azaria
Anya Prilla Azaria Mohon Tunggu... Lainnya - Life enthusiast.

INFJ. Someone who loves psychology and philosophy. anya.prillaazaria14@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stoikisme dalam Secercah Asa

8 April 2023   11:48 Diperbarui: 8 April 2023   11:49 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tujuan. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/koper-gadis-meninggalkan-anak-1412996/

Stoikisme merupakan sebuah ilmu filsafat dari Yunani Kuno yang dicetuskan oleh Zeno dari Citium sejak abad ke-3 sebelum Masehi (SM). Filosofi Stoikisme mengajarkan bahwa dalam kehidupan, semua hal yang terjadi dalam hidup kita tergantung pada bagaimana kita menginterpretasikan hal tersebut. Tidak ada hal yang baik maupun buruk, segalanya bersifat netral.

Zeno dari Citium. Sumber: https://www.lookingforwisdom.com/zeno-of-citium/
Zeno dari Citium. Sumber: https://www.lookingforwisdom.com/zeno-of-citium/

Yang menarik bagi saya adalah para filsuf Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus dikejar. Pernyataan ini menarik karena saya rasa hampir semua orang di dunia ini sudah terpatri dalam pikirannya untuk meraih kebahagiaan. Termasuk diri saya sendiri. 

Jika kita telaah kembali. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman hidup (lahir batin); keberuntungan; dan kemujuran yang bersifat lahir batin. Banyak orang yang merasa bahwa kesenangan dan ketentraman hidup bisa didapatkan atau digantungkan dari oranglain.

Hal ini mengingatkan memori saya akan peristiwa yang terjadi sekitar 7 tahun lalu sewaktu saya masih berkuliah. Selayaknya anak kuliahan pada umumnya, yang berjuang untuk bisa mendapatkan nilai yang baik juga menyelesaikan skripsi di waktu yang tepat, saya merasa cukup stress pada waktu itu. Sehingga, saya mencari pelarian dengan teman-teman saya dengan membicarakan mengenai jodoh dan pernikahan. Yang padahal usia saya pada waktu itu baru menginjak 21 tahun dan belum ada calon juga.

A: Pusing banget ya skripsian. Apa kita nikah aja ya?

T: Yuk deh, pusing banget!

A: Saya, T: Teman


Pada waktu itu mungkin saya berpikir bahwa dengan menikah, semua persoalan hidup bisa selesai dan saya bisa bahagia. Tapi apakah hal tersebut sepenuhnya benar? Tidak sama sekali. Pemikiran tersebut menunjukkan bahwa saya sangat berharap untuk dapat bahagia dengan menggantungkan kebahagiaan pada oranglain, bukan pada diri sendiri. 

Padahal yang saya sadari saat ini setelah menikah bahwa pemikiran tersebut tidak sepenuhnya benar. Bahwa kita harus survive untuk bisa bahagia dengan jalan kita masing-masing tanpa terlalu ingin untuk mendapatkan kebahagiaan dari orang lain. 

We can provide our own happiness

Ada beberapa prinsip Stoikisme yang bisa kita coba untuk aplikasikan dalam kehidupan kita di masa sekarang ini. Bagi Anda yang mungkin saat ini sedang bingung, resah, galau, ataupun sedang berusaha mencari jawaban atas pertanyaan di kepala, mungkin hal-hal ini bisa menginspirasi Anda.

1. Ada banyak hal yang tidak sepenuhnya bisa kita kontrol

Kontrol. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/berteriak-anak-gadis-rakyat-1819736/
Kontrol. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/berteriak-anak-gadis-rakyat-1819736/

Sebagai manusia, jujur saya juga sering untuk berusaha mengontrol sesuatu yang faktanya tidak bisa sepenuhnya saya kontrol. Sebagai contoh, harapan. Saya dulu pernah bermimpi untuk diterima S1 pada jurusan teknik kimia di Universitas Indonesia. Namun setelah berjuang sampai akhir, saya pun belum bisa untuk mendapatkan mimpi tersebut. 

Atau contoh lain, ketika ada anggota keluarga yang sakit, dan sebagai anggota keluarga sudah berjuang untuk mencari pengobatan terbaik. Namun, pada akhirnya harus meninggal. Atau mungkin, di Indonesia sudah sangat kental dengan budaya mengomentari kehidupan orang lain. Kita tidak bisa menghentikan komentar orang lain dengan menutup mulut mereka masing-masing. Hal-hal tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa kita kontrol .

Hal ini juga mengantarkan hal-hal tersebut pada sikap surrender, yang pernah saya tulis sebelumnya, yaitu Memaknai Arti 'Surrender' dalam Hidup. Bahwa sebaiknya kita fokus pada apa yang bisa dikerjakan dan bukan apa yang bisa diharapkan. Tidak dipungkiri, ekspektasi sangat penting, tapi harus diingat bahwa ekspektasi yang berlebihan akan mengantarkan pada kekecewaan.

2. Mencoba menerapkan mindfulness

Mindfulness. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/yoga-wanita-danau-di-luar-rumah-2176668/
Mindfulness. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/yoga-wanita-danau-di-luar-rumah-2176668/

Mindfulness yang berarti kesadaran. Bagi saya, ini merupakan hal yang paling sulit untuk dilakukan. Bagaimana agar kita bisa fokus dan sadar dengan apa yang saat ini sedang dihadapi, tanpa perlu memikirkan hal-hal yang akan terjadi ke depannya. Bagi orang dengan kepribadian intuitif seperti saya, saya terbiasa untuk selalu membuat asumsi di kepala untuk hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Hal ini bisa berdampak baik dan sekaligus bisa buruk untuk diri kita sendiri.

Dampak baiknya, kita selalu bersikap waspada akan peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa depan. Dampak buruknya, kita akan selalu memikirkan hal terburuk dari suatu skenario Tuhan. Yang pada akhirnya membuat kita selalu tidak bisa hidup tenang dan bahagia.

Saya merasa mindfulness ini bisa menjadi salah satu obat untuk menyembuhkan pemikiran yang sudah terpatri lama seperti ini. Dan bisa berusaha untuk mensyukuri segala yang Tuhan berikan, bukan apa yang Tuhan belum berikan.

3. Yakinkan emosi tersebut berasal dari diri sendiri

Emosi. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/wanita-kesendirian-kesedihan-emosi-1958723/
Emosi. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/wanita-kesendirian-kesedihan-emosi-1958723/

Emosi yang kita rasakan, semuanya berasal dari diri kita sendiri, baik emosi positif maupun negatif. Kita harus memiliki keyakinan bahwa emosi yang kita rasakan itu bersumber dari diri kita sendiri dan hal tersebut bisa kita kontrol. Jika kita memiliki keyakinan bahwa kita harus dan akan bahagia, maka hal tersebut pasti akan terjadi. Dan sebaliknya, jika kita tidak pernah yakin untuk bisa bahagia dengan diri kita sendiri, maka hal tersebut juga akan terjadi.

Apa yang kamu pikirkan, itulah yang akan menjadi kenyataan.

"If you think it is possible, it will be possible. If you think it is impossible, the imposible will be possible. Whatever you think; whether posible or impossible will forever be possible to happen."- Israelmore Ayivor 

4. Bersyukur atas kehidupan saat ini

Bersyukur. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/terima-kasih-kartu-pesan-catatan-515514/
Bersyukur. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/terima-kasih-kartu-pesan-catatan-515514/

Kunci kebahagiaan adalah bersyukur. Mungkin bisa dicoba dengan berbicara dengan Tuhan tentang apa yang kita syukuri dan berterimakasih atas apa yang sudah didapat hingga saat ini. Terkadang kita sebagai manusia lupa bahwa apa yang bisa kita dapatkan saat ini tidak terlepas dari kuasa Tuhan. 

Waktu adalah besaran yang terbatas dan tidak kekal. Rasa syukur akan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik dan tidak lupa akan apa yang pernah dilalui dan apa yang sedang dilalui, baik indah maupun sulit. 

Filosofi Stoikisme ini mengajarkan saya untuk lebih memanusiakan diri saya sendiri dan tidak menganggap diri sendiri maupun oranglain sebagai beban yang bisa memunculkan perasaan khawatir maupun kecewa. Saya belajar bahwa hidup ini indah dan seharusnya akan menjadi lebih indah ke depannya.

-Anya Prilla Azaria-

Referensi:

[1], [2], [3], [4], [5]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun