Suara Pasangan Tumpak Siregar-Irwansyah pun terbilang unggul tipis diantara pasangan  Evra Damanik-Sugito dan Nuriaty Damanik-Posman Simarmata.
Disusul oleh pasangan JR Saragih-Amran Sinaga yang tetap meraup suara di Simalungun Bawah. Meski berada di posisi 3 atau 4 dari 5 pasangan calon yang bertarung di Pilkada Simalungun. Tapi tetap selisihnya tidak banyak dengan urutan sebelumnya.
Pertarungan yang amat menentukan sebenarnya ada di wilayah-wilayah yang selama ini kerap kurang dipetakan dan kurang populis di media.
Saya menyebutkan saja dengan istilah "Wilayah Simalungun Tengah" seperti: Kecamatan Hantonduhan, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar, Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.
Kawasan Simalungun Tengah ini lebih moderat, karena merupakan wilayah campuran Etnis Simalungun, Toba, Jawa dan Melayu. Seperti di Pilkada di 2015, Wilayah Simalungun Tengah ini bisa jadi menjadi faktor kunci di Pilkada Simalungun 2020.
Dari survei tampak pula variabel yang menegaskan Simalungun Tengah ini dalam memengaruhi elektoral di Kabupaten Simalungun.
Dari banyak riset dan survei menyebutkan bahwa, sejarah Pilkada di Simalungun ditentukan oleh tiga variabel penting.
Pertama, variabel sosiologis/primordial seperti kesamaan latarbelakang suku dan agama.
"Anggo lang hita, ise use (kalau bukan kita, siapa lagi)" adalah narasi yang kerap keluar dalam Pilkada Simalungun 2015.
Framing suku dan framing agama menjadi faktor penting keterpilihan kandidat. Utamanya Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) yang mungkin sebentar lagi akan rutin dikunjungi oleh kandidat. Ini lumrah.
Kedua, variabel kepribadian yang dilandaskan suka atau tidak suka. Ketika menyebut nama Anton Saragih di Pilkada 2020 ini, orang akan mengingatkan pada sosok JR Saragih karena framing yang terbangun mereka adalah saudara. Memang demikian adanya.