Mohon tunggu...
anwar rafiudin
anwar rafiudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - hi saya anwar

Assalamu'alaikum wr.. wb., halo teman teman salam kenal nama saya ANWAR seorang Mahasiswa yang sangat tertarik belajar berbagai macam hal termasuk dunia karya tulis, terima kasih sudah berkunjung saya mohon kalau ada kritik dan saran tolong langsung beritahu kepada saya agar saya bisa memperbaikinya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Dalam Membagi Waktu

21 Januari 2024   23:17 Diperbarui: 22 Januari 2024   08:27 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrahmanirrahim, kali ini saya ikutan buat tulisan tentang pengalaman pribadi dengan mengutip hikmah dari Amirul Mukminin. Kali ini ini saya merasa tema "Pengalaman Dalam Iman dan Membagi Waktu", dan mengutip hikmah saya harap bisa relevan dengan topik kali ini. Seperti dalam Hikmah 390 Imam Ali as berkata;

لِلْمُؤْمِنِ ثَلاَثُ سَاعَات فَسَاعَةٌ يُنَاجِي فِيهَا رَبَّهُ وَسَاعَةٌ يَرُمُّ مَعَاشَهُ وَسَاعَةٌ يُخَلِّي بَيْنَ نَفْسِهِ وَبَيْنَ لَذَّتِهَا فِيمَا يَحِلُّ وَيَجْمُلُ وَلَيْسَ لِلْعَاقِلِ أَنْ يَكُونَ شَاخِصاً إِلاَّ فِي ثَلاَث مَرَمَّة لِمَعَاش أَوْ خُطْوَة فِي مَعَاد أَوْ لَذَّة فِي غَيْرِ مُحَرَّم

 "Dengan Iman, manusia membagi hidupnya menjadi tiga bagian, ia menghabiskan satu bagian dalam ibadah dan permohonan kepada Tuhannya. Dia menggunakan bagian lainnya untuk meningkatkan penghidupan dan kehidupannya, dan dia menggunakan bagian ketiga untuk menikmati kesenangan yang halal dan menyenangkan." 

Di benak saya ingin mencari tahu apa yang dimaksud iman dan apa lawannya? iman  diambil dari kata kerja 'aamana' - yukminuyang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Dan secara istilah menurut kbbi iman adalah kepercayaan (yang berkenaan dengan agama); keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya ketetapan hati. Dan lawanya kufur juga berasal dari akar kata kerja "kafara-yakfuru," yang berarti ingkar atau menolak. Dan secara istilah kafir bisa diimplikasikan menjadi "seseorang yang bersembunyi atau menutup diri". 

Dari definisi ini memberi gambaran tentang iman bahwa dalam kehidupan kita berperan penting dalam rangka kita membagi waktu dalam kehidupan ini. 

Saya teringat saat pelajaran Akhlaq pada saat belajar online ustaz pernah menjelaskan tentang 4 potensi dalam diri manusia yaitu; aqliyah (rasional), ghadabiyah (amarah), syahwatiyah (hawa nafsu), dan wahmiah (khayalan). Pada bagian syahwatiyah ustaz mengatakan apabila akal dapat mengontrol syahwatiyah maka segala perintah Tuhan, RasulNya, dan manusia suci, kita akan jalankan.

 Sebaliknya bila syahwatiyah mengontrol akal maka segala apa yang diperintahkan Tuhan akan kita lawan dan tidak dilaksanakan. Dan di sini iman dan kufur termasuk potensi syahwatiyah pada diri manusia. 

Beberapa hal berikut mungkin cara saya menentukan manajemen waktu; 

Pertama saya pernah belajar tentang cara manajemen waktu seperti mengelompokkan berdasarkan;

 a. penting dan mendesak, b. penting tidak mendesak, c. tidak penting mendesak, dan d. tidak penting dan tidak mendesak. Tetapi saya belum istiqomah dalam menjalankan cara ini diakibatkan saya tidak menyadari begitu pentingnya membagi waktu berdasarkan prioritas.

Kedua tatkala tengah malam datang terkadang saya terkadang merenungi waktu dalam kehidupan yang telah berlalu sambil mencoba mengintropeksi diri.

Ketiga menyadari dalam diri manusia terdapat dua instrumen hardware pada manusia yakni jasad dan software manusia yaitu jiwa, yang mana seringkali saya memaksakan diri untuk belajar atau melakukan kegiatan yang mendukung kegiatan belajar tetapi tidak menjaga kebugaran jasad dengan berolah raga, mengatur pola makan sehat, istirahat untuk bersantai, menenangkan pikiran, atau menjalankan bakti sosial. 

Juga dalam jiwa saya merasakan kejenuhan dan merasa terbebani dengan aktivitas belajar yang padat tanpa adanya kesempatan berekreasi untuk memulihkan keadaan setelah jiwa yang letih tentunya memerlukan rekreasi atau sesuatu hiburan yang memulihkan semangat dalam beraktivitas dan beribadah tentunya tidak sampai membuat bermalas-malasan atau terlalu santai. Imam Ali bin Abi Thalib berkata:

 إن القلوب تمل كما تمل الأبدان 

فابتغوا لها طرائف الحكمة

"Adakalanya jiwa kita dihinggapi rasa jenuh dan bosan sebagaimana halnya badan. Sediakanlah bagi jiwa ini rekreasi-rekreasi pelipur lara sarat makna."

Keempat ustaz memberi nasihat terkadang sesuatu butuh pembiasaan agar bisa menjadi kebiasaan dan kemudian jadi karakter permanen (malakah). 

Terakhir dalam agama islam kita diajarkan agar tidak ifrad (berlebih-lebihan) dan tafrid (kebalikan ifrad yakni kekurangan) dalam beragama tetapi harus I'tidal (seimbang). Seperti ketika sudah berusaha seperti belajar ketika mengalami kesulitan maka harus diulang-ulang, berdiskusi, dan bertanya harus disertai doa, mengerjakan salat dan meminta syafaat kepada Allah. 

Terima kasih sudah membaca mohon maaf bila ada kesalahan dalam tulisannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun