"Bagaimanapun caranya, Ayah tetap harus berobat bu! " Ucap Yani dengan marah.Â
     Di pagi hari yang mendung ini, Yani mendapat kabar yang mengejutkan. Sang ayah tercintanya dikabarkan sedang sakit Hepatitis B kronis. Ia merasa sangat sedih lantaran sang Ayah tidak mau berobat dikarenakan biaya yang sangat mahal. Yani menyanggupi biaya pengobatan sang ayah, Ayahnya harus sembuh dan melihat ia sukses di atas kakinya sendiri Itulah prinsip yang ia tanam dalam dirinya setelah mengetahui kabar buruk dari dokter mengenai ayahnya. Meskipun harus bekerja lebih keras lagi akan ia usahakan demi sang ayah tercinta.Â
    Di malam yang gelap gulita, Yani termenung dibawah purnama. Ia sedang berusaha mencari pekerjaan dengan gaji yang cukup tetapi tidak ada hasilnya.Â
"AAARGHHH! ini kenapa susah sekali mencari pekerjaan?! Lalu aku harus mencari biaya dimana lagi untuk Ayah? " Ucap Yani dengan amarahnya.Â
    Ia menangis tersedu-sedu sambil berjalan di sepanjang jalan raya. Tak sengaja Ia melihat Poster mencari tenaga kerja dari Toko Laundry. Dengan secepat kilat ia membuka handphone dan mencatat nomor telepon yang tertera. Sialnya, Hpnya mati daya tepat saat ia akan melakukan panggilan telepon.Â
"Duhhh mati lagi nih ponsel, untung saja aku sudah mencatat nomor ponsel ini. "
Dengan tergesa - gesa ia berjalan untuk kembali ke rumah tinggalnya dan menghubungi pihak Toko Laundry. Setelah ia dirumah, ia segera mengisi daya ponselnya lalu pergi membersihkan diri dan lanjut istirahat hingga pagi menyapa. Setelah terisi daya, dengan tidak sabarnya ia melakukan panggilan pada pihak Laundry
"Selamat Pagi, saya Yani Anggraini. Kemarin malam saya tidak sengaja melihat poster yang ditempel pada tiang listrik, Saya berniat melamar kerja di tempat anda. Untuk persyaratan pendaftaran harus mencantumkan apa saja? Terima kasih." Ucap Yani dengan sopan saat melakukan panggilan ponsel pada pihak Laundry.Â
Setelah pihak laundry memberika jawaban mengenai persyaratan yang harus dibawa untuk melamar pekerjaan, Yani dengan semangatnya yang keras bagai baja mempersiapkan segala kebutuhannya dan pergi ke tempat Laundry dengan siap dan semangat.Â
   "Selamat siang Bapak Ibu, apakah benar ini tempat Laundry yang membutuhkan karyawan? " Dengan tangan gemetar ia datang ke tempat pelamaran kerja.Â
"Iya benar, Anda yang telfon tadi pagi bukan? Mana berkas yang saya minta. " ucap salah satu karyawan dengan ketus
Tangan gemetar, keringat dingin, dan kaki lemas sedang dirasakan oleh Yani saat ini, Ia sangat berharap agar pekerjaan ini menjadi kadang rezeki untuknya supaya ayahnya segera sembuh. Tangan yang gemetar dengan membawa berkas yang dibutuhkan menuju pada tangan pemilih laundry.Â
Pemilik Laundry membaca dengan perlahan dan seksama sambil berfikir untuk menerima Yani atau tidak. hingga keputusan dari pemilik Laundry pun terucap.Â
"Saya akan menerima kamu, tetapi dengan gaji 1 minggu hanya Rp 150.000 apakah kamu bersedia? " Dengan raut bahagianya Yani menerima keputusan dari Pemilik Laundry. Mulai besok ia bisa datang ke tempat kerja nya yang baru dan mulai menabung untuk biaya pengobatan ayahnya. Setelah 3 minggu ia bekerja dengan giat dan telah menerima 3 kali gajinya, ia mulai memberanikan diri untuk mengajak ayahnya berobat
"Ayah, besok pukul 10 mari kita ke rumah sakit untuk periksa keadaan ayah supaya ayah juga bisa segera sembuh setelah mendapat pengobatan" Matanya yang berkaca - kaca dan hatinya yang remuk melambangkan bahwa ia sangat takut kehilangan seorang ayahnya yang hebat. Wajah ayah terlihat sangat berpikir karena dengan keadaan ekonomi yang tidak baik ia dikabarkan sakit akan menambah beban anaknya sehingga ia memutuskan untuk menolak tawaran dari anaknya.Â
"Maaf nak, tidak usah sudah biarkan saja nanti akan sembuh sendiri. Ayah tidak papa, Ayah tidak sakit" Ayah menolaknya dengan berat hati. Ayah menangis karena melihat anaknya yang harus berjuang keras demi kehidupan yang layak. Dengan secepat kilat Yani menolak jawaban dari sang Ayah.Â
"Tidak Ayah!! Aku tidak menerima penolakan dari Ayah, jangan melihat keadaanku ini karena aku masih sehat dan mampu untuk berusaha lagi, Aku tidak mau kehilangan Ayah yang hebat seperti mu maka dari itu ayo aku antar Ayah untuk sembuh dan tetap menemaniku hingga aku sukses" Ucap Yani meraung - raung dan memohon kepada ayahnya.Â
"Nak sudahlah, jangan memaksakan dirimu untuk selalu bekerja terlalu keras, gunakan uangmu sebaik - baiknya, jangan kau hambur hamburkan apalagi untuk kesembuhan ayahmu. Karena itu akan membutuhkan banyak biaya" Sifat keras kepala Ayah pun tetap tertanam di dalam dirinya hingga saat ini. Tak putus asa Yani tetap memberika rayuan kepada sosok yang sangat dicintai nya
"Janganlah Ayah berpikir bahwa Yani tersiksa atas kesembuhan Ayah, Yani akan tetap berusaha sekeras apapun asalkan Ayah tetap mendampingi Yani untuk sukses. Yani ingin memberikan hasil dari usaha Yani selama ini untuk Ayah dan Ibu, maka dari itu ayolah kita berjuang bersama - sama Ayah! " Sifat Keras kepala Ayah turun pada Yani, Yani yakin jika ayahnya pergi maka dunianya akan runtuh.Â
"Baiklah, besok Ayah akan pergi ke Rumah sakit bersama mu, Terima kasih anak ku yang baik hati, semoga rezekimu selalu dilancarkan oleh Allah SWT dan kau bisa mencapai kesuksesan muu dimasa depan. Esok hari Yani dan Ayah pergi ke Rumah sakit bermodal transportasi umum. Di rumah sakit ia dan Ayah akan bertemu dengan dokter MaxÂ
"Sebelumnya apakah Bapak dan keluarga sudah mengetahui bahwa penyakit yang tumbuh di tubuh bapak salah Hepatitis B kronis, yang dimana perlu pengobatan khusus untuk sembuh dari penyakit tersebut serta membutuhkan waktu cukup lama untuk pengobatan, Apa bapak bersedia untuk melaksanakan segara larangan yang diberikan agak kesembuhan bisa tercapai dengan cepat? " Lalu dokter muda yang bernama Dokter Max menjelaskan secara rinci larangan dan biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan Ayah Yani.Â
Obat sudah berada di tangan Yani, dan dengan bangga ia membeli obat tesebut menggunakan uang hasil kerja kerasnya. Meskipun memakan cukup banyak biaya, ia merasa senang dapat membalas kebaikan ayahnya selama ia hidup di dunia. Setelah dirumah, Yani dengan sigap menyiapkan makan siang dan obat yang telah dibeli ke kamar Ayahnya. Yani sangat menerapkan segala perintah dari dokter agar ayahnya dapat segera sembuh.Â
"Ayah, tolong bangun terlebih dahulu lalu makanlah dan segera minum obat. Karena Ayah harus banyak istirahat dalam masa penyembuhan ini. Di meja ini Yani sediakan minum untuk Ayah agar setiap Ayah haus tidak perlu lagi pergi ke dapur, jangan lupa untuk memperbanyak minum air putih ya seperti kata dokter tadi" ucap Yani dengan lembut dan perhatian. Setelah ayahnya meminum obat sesuai anjuran, Yani tetap memantau ayahnya hingga tertidur lelap lalu Yani pergi bekerja lembur hingga pukul 8 malam.Â
Yani terus bekerja keras hingga tak kenal waktu, hingga suatu hari Dokter yang menangani Ayah tidak sengaja mengunjungi tempat Laundry Yani bekerja untuk mencucikan baju dikarenakan Ia terlalu sibuk bekerja hingga tidak sempat untuk mencuci baju kerja nya.
 "Loh Dokter Max?" Yani sangat terkejut.
 "Loh kamu anak dari pasien saya bukan? Ohiya jangan lupa 2 hari lagi jadwal ayahmu periksa ya, kebetulan sekali saya menuju kesini dan bertemu kamu. " Dengan senyumnya yang lebar seperti lekungan Pelangi, Dokter Max memberikan informasi pada Yani.Â
"Yani kamu sangat berbakti pada orang tua mu, kamu rela bekerja keras hingga tak kenal waktu demi kesembuhan seorang Ayah. Saya bisa membantu kamu untuk pengobatan ayahmu tetapi dengan 1 syarat." Dokter Max memberikan tawaran menarik pada Yani, Yani merasa tertarik dengan tawaran tersebut dan bertanya apa saja persyaratannya dan tidak disangka sangka jawaban yang keluar dari Dokter Max
"Jika kau bersedia menjadi pendamping hidup saya, saya akan menjamin seluruh biaya pengobatan ayahmu hingga ayahmu sembuh kembali." Yani tampak memikirkan penawaran tersebut hingga Yani menjawab
"Maaf dokter, akan saya pikir kembali untuk penawaran ini dan saya akan memberikan jawaban saat saya mengantarkan ayah saya untuk berobat." Dokter Max hanya tersenyum nakal mendengar jawaban dari Yani. Ia hanya mengakui dalam hatinya jika ia sangat tertarik melihat paras seorang Yani yang sangat menawan serta sifatnya yang sangat baik hati.Â
Malam sebelum jadwal pengobatan sang Ayah, Yani termenung dihalaman rumahnya. Apakah dia harus menerima tawaran dari Dokter Max dan tidak perlu bekerja keras lagi untuk mendapatkan uang yang banyak, atau ia harus tetap berjuang mendapatkan uang yang banyak untuk kesembuhan ayahnya berkat kerja kerasnya? Yani sangat bimbang dengan keputusan ini.Â
Hari jadwal pengobatan pun tiba. Obat kedua telah diterima oleh Yani untuk diberikan kepada Ayah dan Yani izin untuk menemui dokter Max kembali untuk memberikan jawaban pada penawaran 2 hari lalu. Yani pergi ke ruangan dokter Max dan ternyata Dokter Max sedang tidak ada di luar ruangan sehingga ia harus menunggu lebih lama agar hatinya bisa tenang kembali. Tak lama Dokter Max telah kembali dari membeli makanan
"Permisi Dokter, bisakah kita berbincang 4 mata?" Dokter Max menyanggupi dan kebetulan jadwalnya lebih kosong hari ini daripada hari sebelumnya
"Iya bisa silahkan, kita bertemu di taman saja, karena disana lebih jarang dikunjungi oleh orang. " Setelah mereka berdua bertemu, Yani mengungkapkan bahwa ia tidak bisa menerima tawaran dari Dokter Max karena ia merasa belum siap dari segala hal. Raut kecewa terlihat pada wajah Dokter MaxÂ
"Tidak apa - apa, saya akan berusaha lebih keras lagi untuk menjadikan mu pendamping hidup saya. Tetaplah semangat dalam membantu proses pengobatan ayahmu, saya akan berusaha semaksimal mungkin agar Ayah kamu dapat segera sembuh. Terima kasih atas jawaban yang kamu berikan. "
  Pengobatan telah berjalan selama 6 bulan lamanya, kondisi Ayah pu mulai membaik dan badan Ayah mulai terlihat lebih gemuk. Yani merasa sangat bangga atas dirinya sendiri karena dapat melewati badai yang sangat besar di hidupnya. Berkat doa yang selalu menyertai Yani dari sang Ibu, bantuan sang Ibu dalam merawat Ayahnya dan usaha dari Dokter Max yang sangat baik untuk Ayahnya. Malam hari ini Yani dan Dokter Max akan melaksanakan makan malam bersama dalam rangka Dokter Max akan memberikan kabar penting mengenai Ayah Yani.Â
Yani telah siap dengan dress coklat se lututnya yang membuat ia terlihat sangat menawan. Dokter Max telah sampai di depan rumah Yani, ia membunyikan bel mobilnya sebanyak 2 kali dan terlihat Yani keluar yang membuat matanya berbinar - binar. Selama 6 bulan ini ia sangat kagum dengan kegigihan Yani, ia sudah bertekad jika Ayah Yani telah sembuh maka ia akan bertanya kembali pada Yani pertanyaan 6 bulan yang lalu. Yani mengetuk pintu mobil sebanyak 2 kali agar kunci mobil dibuka oleh Dokter Max
"Selamat Malam Dokter Max" Ucap Yani dengan gembira dan dibalas oleh Dokter Max dengan senyumnya yang merekah.Â
Perjalanan menuju tempat makan terasa hening, hanya musik dari radio yang terdengar. Yani yang menikmati keindahan Kota Malang di malam hari dan Dokter Max yang sedang mempersiapkan mentalnya. Mereka berdua pun tiba dan segera menuju pada ruangan yang telah di pesan oleh Dokter Max khusus mereka berdua. Makan malam terjalin dengan tenang hingga Dokter Max memulai pembicaraan.Â
"Yani, bagaimana perkembangan Ayah? Apakah sudah lebih baik?" Dengan senang hati dan semangat Yani menjawab pertanyaan tersebut
"Alhamdulillah sudah Dok, badan Ayah sudah terlihat lebih gemuk dan bugar. Ini semua berkat usaha dokter dalam memberikan pengobatan yang baik untuk Ayah saya, saya sangat terima kasih pada Dokter mengenai hal tersebut" Dokter Max sangat terharu mendengar jawaban dari Yani, ia pun mengutarakan hal yang terpendam di hatinya selama ini
"Saya sangat senang mendengar jawaban kamu, saya sudah bertekad untuk bertanya kembali pertanyaan saya dulu jika Ayah kamu sudah kembali pulih. Sekarang kondisi Ayah kamu sudah pulih dan beban yang kamu tanggung sudah lebih berkurang. Apakah kamu masih menolak jika saya bertanya apa kamu mau menjadi pendamping hidup saya? "
Dengan jantung yang berdebar dan muka yang merah seperti tomat Yani menjawab "Saya telah melihat perjuangan Dokter dalam mengobati Ayah saya, Saya menerima tawaran dokter kali ini"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI