Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terkait Sriwijaya SJ-182: Yang Tidak Seharusnya Kita dan Media Lakukan

10 Januari 2021   09:48 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:47 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: twitter.com/jk_indonesian

Musibah diduga jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182 memang sedang ramai diberitakan. Konfirmasi pertama disampaikan bahwa puing-puing pesawat ditemukan di wilayah utara Kepulauan Seribu. 

Ya, kita membutuhkan informasi, begitu pula seluruh keluarga penumpang pesawat. Kita semua juga berharap ada konfirmasi keajaiban di sana. Maka yang kita lakukan hanyalah menunggu, tim terbaik sudah dikerahkan, doa-doa juga dipanjatkan. 

Namun, di balik itu semua, ada pula tindakan-tindakan kita ataupun media yang cenderung menabur kesedihan yang terasa tidak hanya bagi keluarga penumpang, tetapi kita semua yang sedang turut berduka.

Kita adalah manusia yang bisa bertahan sampai sejauh ini menghindari kepunahan karena memiliki kemampuan berpikir. Dengan demikian, jangan sampai kemampuan tersebut hilang. Berita terkait hilangnya pesawat Sriwijaya SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu memang ada di mana-mana. Hal tersebut juga diikuti membludaknya konten-konten tanpa kualitas di berbagai platform jejaring soal dan juga pemberitaan yang tidak jelas signifikansinya.

Lantas, apa saja hal-hal yang tidak seharusnya kita dan media lakukan? Berikut ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum kita akhirnya memutuskan bertindak.

1. Membagikan Momen Terakhir Para Penumpang

Banyak ditemukan di platform jejaring sosial perihal chat terakhir bersama penumpang, story penumpang yang di-repost untuk dibagikan melalui media sosial, foto-foto penumpang dengan berbagai cerita. 

Tanpa kita sadari bahwa hal tersebut seperti halnya menumpahkan garam di atas luka, menyakiti siapa pun yang melihatnya. Berbagi kesedihan bukanlah hal terbaik yang bisa dilakukan. Hal itu justru menimbulkan rasa cemas, sedih, dan ketakutan.

2. Mencari Informasi Pribadi Para Penumpang untuk Dikonsumsi

Media sosial lebih banyak difungsikan untuk membagi momen bahagia, seperti rencana menikah misalnya. Begitu pula yang dilakukan para penumpang, tentu saja menggunakan media sosial untuk membagikan kebahagiaan. 

Mungkin, tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya bahwa cerita yang mereka bagikan akan menjadi salinan berbagai cerita dengan akhir menyedihkan. Jadi, jelas bahwa tidak ada keperluan penting bagi media atau kita semua untuk membagikan informasi pribadi dengan cerita-cerita sedih, pilu, menyayat hati. 

Tanpa cerita itu, belum ditemukannya satu penumpang pun sampai saat ini sudah jelas merupakan kesedihan pada awal bulan tahun 2021. Maka, hentikan segala penciptaan narasi itu.

3. Membuat Konten Ramalan yang Akhirnya Terjadi

Kita seharusnya sudah mengetahui bahwa ramalan adalah hal yang bisa difalsifikasi. Segala kebenaran dalam setiap pernyataan ramalan tidak didukung dengan akurasi data mumpuni. Jadi, untuk apa menyebarkan dan terkesan ingin membuktikan bahwa hal yang sebelumnya diramalkan merupakan kebenaran? 

Katanya, kita makhluk yang mengerti, memahami, memercayai adanya konsep ketuhanan. Katanya, kita makhluk yang memiliki kelogisan dalam berpikir. Maka untuk semua media dan kita semua, perlu adanya henti untuk semua ramalan yang saat ini tren untuk diglorifikasi.

Nah, itu tadi tiga poin penting yang harus sama-sama kita hindari atau bahkan jangan sampai kita lakukan. Jangan pula kita menjadi orang-orang yang haus untuk mengonsumsi kesedihan atau kemalangan kisah-kisah orang. 

Jangan pula kita buru-buru menjadi pembuat konten yang hanya mencari mata-mata pengonsumsi kesedihan orang. Jangan pula media massa mengonfirmasi level kesedihan yang dialami keluarga penumpang karena sudah jelas bahwa mereka merasakan kesedihan itu.

Intinya, kita semua pasti ingin dipotret ketika kita siap untuk dipotret, ketika baju yang kita kenakan nyaman, ketika riasan yang ada di wajah sempurna, ketika kita bahagia. Maka, jangan sampai foto-foto yang nantinya untuk keluarga penumpang menjadi hidangan bagi kita semua.

Bagikan doa dan empati saja, tanpa perlu menaburi ketakutan bagi semua orang. Semoga kita semua tetap dalam lindungan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun