Tanpa cerita itu, belum ditemukannya satu penumpang pun sampai saat ini sudah jelas merupakan kesedihan pada awal bulan tahun 2021. Maka, hentikan segala penciptaan narasi itu.
3. Membuat Konten Ramalan yang Akhirnya Terjadi
Kita seharusnya sudah mengetahui bahwa ramalan adalah hal yang bisa difalsifikasi. Segala kebenaran dalam setiap pernyataan ramalan tidak didukung dengan akurasi data mumpuni. Jadi, untuk apa menyebarkan dan terkesan ingin membuktikan bahwa hal yang sebelumnya diramalkan merupakan kebenaran?Â
Katanya, kita makhluk yang mengerti, memahami, memercayai adanya konsep ketuhanan. Katanya, kita makhluk yang memiliki kelogisan dalam berpikir. Maka untuk semua media dan kita semua, perlu adanya henti untuk semua ramalan yang saat ini tren untuk diglorifikasi.
Nah, itu tadi tiga poin penting yang harus sama-sama kita hindari atau bahkan jangan sampai kita lakukan. Jangan pula kita menjadi orang-orang yang haus untuk mengonsumsi kesedihan atau kemalangan kisah-kisah orang.Â
Jangan pula kita buru-buru menjadi pembuat konten yang hanya mencari mata-mata pengonsumsi kesedihan orang. Jangan pula media massa mengonfirmasi level kesedihan yang dialami keluarga penumpang karena sudah jelas bahwa mereka merasakan kesedihan itu.
Intinya, kita semua pasti ingin dipotret ketika kita siap untuk dipotret, ketika baju yang kita kenakan nyaman, ketika riasan yang ada di wajah sempurna, ketika kita bahagia. Maka, jangan sampai foto-foto yang nantinya untuk keluarga penumpang menjadi hidangan bagi kita semua.
Bagikan doa dan empati saja, tanpa perlu menaburi ketakutan bagi semua orang. Semoga kita semua tetap dalam lindungan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H