Musibah diduga jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182 memang sedang ramai diberitakan. Konfirmasi pertama disampaikan bahwa puing-puing pesawat ditemukan di wilayah utara Kepulauan Seribu.Â
Ya, kita membutuhkan informasi, begitu pula seluruh keluarga penumpang pesawat. Kita semua juga berharap ada konfirmasi keajaiban di sana. Maka yang kita lakukan hanyalah menunggu, tim terbaik sudah dikerahkan, doa-doa juga dipanjatkan.Â
Namun, di balik itu semua, ada pula tindakan-tindakan kita ataupun media yang cenderung menabur kesedihan yang terasa tidak hanya bagi keluarga penumpang, tetapi kita semua yang sedang turut berduka.
Kita adalah manusia yang bisa bertahan sampai sejauh ini menghindari kepunahan karena memiliki kemampuan berpikir. Dengan demikian, jangan sampai kemampuan tersebut hilang. Berita terkait hilangnya pesawat Sriwijaya SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu memang ada di mana-mana. Hal tersebut juga diikuti membludaknya konten-konten tanpa kualitas di berbagai platform jejaring soal dan juga pemberitaan yang tidak jelas signifikansinya.
Lantas, apa saja hal-hal yang tidak seharusnya kita dan media lakukan? Berikut ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum kita akhirnya memutuskan bertindak.
1. Membagikan Momen Terakhir Para Penumpang
Banyak ditemukan di platform jejaring sosial perihal chat terakhir bersama penumpang, story penumpang yang di-repost untuk dibagikan melalui media sosial, foto-foto penumpang dengan berbagai cerita.Â
Tanpa kita sadari bahwa hal tersebut seperti halnya menumpahkan garam di atas luka, menyakiti siapa pun yang melihatnya. Berbagi kesedihan bukanlah hal terbaik yang bisa dilakukan. Hal itu justru menimbulkan rasa cemas, sedih, dan ketakutan.
2. Mencari Informasi Pribadi Para Penumpang untuk Dikonsumsi
Media sosial lebih banyak difungsikan untuk membagi momen bahagia, seperti rencana menikah misalnya. Begitu pula yang dilakukan para penumpang, tentu saja menggunakan media sosial untuk membagikan kebahagiaan.Â
Mungkin, tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya bahwa cerita yang mereka bagikan akan menjadi salinan berbagai cerita dengan akhir menyedihkan. Jadi, jelas bahwa tidak ada keperluan penting bagi media atau kita semua untuk membagikan informasi pribadi dengan cerita-cerita sedih, pilu, menyayat hati.Â