Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjebak PSK, antara Patriarki dan Kedok Agama

5 Februari 2020   22:27 Diperbarui: 5 Februari 2020   22:42 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembaca seharusnya tidak perlu candu hanya memuat literasi dari media massa tertentu saja. Jangan hanya lihat wacana pemberitaan dari sisi kepolisisan atau pihak penggerebek saja, tetapi juga dari pengakuan PSK tersebut. Hal ini penting agar masyarakat tidak mudah terbawa oleh provkasi dan meningkatkan sikap skeptis terhadap segala hal sebelum ada fakta-fakta valid.

2. Kedok Agama

Saat ini, banyak orang yang cenderung "haus pujian/sanjungan dan lebih memilih menghindar atau bersikap antikritik. Artinya, kritik dipandangnya sebagai suatu penghakiman atas kesalahan. 

Padahal, esensi kritik adalah membuka jalan untuk bertindak lebih benar. Seperti halnya yang dilakukan oleh Andre, sebagai anggota DPR dari fraksi Gerindra yang pernah mengutarakan dukungannya atas RUU PKS, seharusnya Andre mengetahui betul adanya hak perempuan yang sengaja dirampas atas penggerebekan tersebut. 

Dilansir dari www.malangtimes.com, salah satu orang yang sengaja memesan pekerja seks tersebut telah dilayani di kamar mandi, baru kemudian terjadi penggerebekan. Selain itu, pada saat bersamaan, handuk hotel tidak ada di tempat. Hal tersebut yang disayangkan oleh pekerja seks yang merasa sengaja dijebak dan dipermalukan. 

Saat dimintai keterangan atas kejadian yang mengundang banyak perhatian masyarakat ini, Andre justru dengan lantang menjawab bahwa hal ini (penggerebekan) merupakan jawaban atas keresahan masyarakat. Artinya, dirinya membenarkan bahwa tidak ada yang perlu dipersoalkan atas penangkapan mucikari dan PSK tersebut walaupun ada unsur mempermalukan pihak tertentu. 

Andre juga menuturkan bahwa dirinya tidak ingin Kota Padang terkena azab karena maksiat merajalela. Alasan dengan bungkus Tuhan tersebut tampaknya kurang diterima oleh warganet. Melakukan prediksi "azab", menghakimi "hal maksiat" bukan kapasitas persona. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi masyarakat untuk berliterasi, setop budaya patriarki, dan jika berbicara gama, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah "muliakanlah perempuan" sebagaimana Agamamu berbicara. 

Fakta-fakta harus dibeberkan, tetapi mempermalukan orang bukan tindakan yang bisa dibenarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun