Mohon tunggu...
Dimar Wardani
Dimar Wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Yakinkan dengan Iman Usahakan dengan Ilmu Sampaikan dengan Amal

pantang menyerah sebelum semuanya tuntas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Generasi Millenial terhadap Swadaya Islamisasi di Era Digital

15 Maret 2019   08:36 Diperbarui: 15 Maret 2019   09:33 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyaknya uraian mengenai beberapa hal yang mengenai generasi millenial terhadap swadaya Islamisasi di era digital ini memunculkan presepsi. Dalam artikel yang berjudul realitas dan kajian media yang ditulis Thomas Hanitzsch ialah sebagai berikut:

Ia menyatakan kesetujuannya dengan tulisan R. Kristiawan bahwa media massa tidak merupakan 'alat penguasa untuk menciptakan reproduksi ketaatan' (Kunci, 2000). Media massa sebenarnya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari masyarakat. Dalam bahasa teori sistem sosial yang dikembangkan di Jerman, fungsi media massa adalah memungkinkan pengamatan diri masyarakat (Marcinkowski, 1993). Sebenarnya fungsi media massa bukan 'merekonstruksikan realitas sosial' (Abrar, 1997).

Saling menyeimbangkan posisi Islam mengambil jalan tengah diantara perbedaan. Salah satu ciri konsepsi Islam adalah keseimbangan 'tawazun', tidak bersifat ekstrim pada satu pandangan sehingga tidak ada kemungkinan lain, tapi berkemungkinan berpotensi untuk ada bisa menyeimbangkan perbedaan kedua tersebut.

Bahwa penyeimbangan dengan melalui pendekatan Pluralist dan Liberalist hampir mendekati konsep Islam yang berkaitan dengan media, kemungkinan masyarakat dapat berkreasi dan bisa merefleksikan budaya dan generasi millenial ini dalam pemanfaatan media, sehingga media menjadi potret masyarakat, karena media banyak mempengaruhi perilaku masyarakat. Dengan pendekatan keseimbangan, bahwa kedua pendekatan marxist dan liberalist pluralist menemukan titik benar, namun tidak terlalu ekstrem.

Dengan aktivitas, kultur suatu yang senantiasa dikritisi, diperbaharui, sehingga selalu baru. Sejak dini peradaban dan budaya manusia dibangun atas dasar tahwid dan taqwa, serta tabligh dan dakwah (Bakti, t.t.) untuk kemudian diubah dengan tradisi dan budaya baru.

Sampai di sini bisa dipahami hubungan antara media  massa Islam dengan kreativitas, bahwa media adalah merupakan wujud dari kultur Islam yang berkembang di masyarakatnya, dan pada saat yang bersamaan juga media menciptakankultur baru; bersumber dari "realitas ideal" dalam perspektif Islam. Maka apa yang disajikan media Islam merupakan produk komunikasi masyarakatnya yang telah ada dan masih dalam kerangka belum sampai pada titik anomali yang harus dikritisi, serta berbagai usaha  perbaikan yang merupakan kritik dari realitas masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun