MUI Rekomendasikan Hapus Video Penebar Ketakutan
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Ketua Komisi MUI Bidang Dakwah KH Cholil Nafis menilai sebaiknya video kampanye tersebut dihapus karena hanya menuai protes. "Baiknya menghapus saja, kan video itu bukan menarik simpati tapi malah menuai protes," ujar Cholil ketika dihubungi kumparan (Senin (10/4).
Cholil menilai seharusnya dalam seluruh proses Pilgub DKI, seluruh paslon mengedepankan pendidikan politik dalam berkampanye. Hal-hal yang menyebar ketakutan dan memunculkan kontroversi, kata dia, sebaiknya dihindari. "Yang sifatnya pilkada hendaknya semua paslon mengedepankan edukasi politik dalam berkampanye, jangan menyebarkan ketakutan," ujarnya. (https://kumparan.com/ananda-wardhiati-teresia/ketua-mui-video-kampanye-ahok-djarot-sebaiknya-dihapus)
Selain itu, tentu sebaiknya tim kampanye Basuki-Djarot lebih fokus kepada program unggulan. Misalnya, apa manfaat reklamasi Teluk Jakarta. Keuntungan apa yang akan diperoleh para nelayan, buruh, pedagang dan sebagainya.
Itu jauh lebih baik daripada bikin iklan dengan pesan akhir “pilih keberagaman” tapi kontennya justru menyerang serta meneror keberagaman itu sendiri. Miris sekali jika kelompok yang paling sering jualan isu toleransi dan anti-diskriminasi tapi malahan paling getol obral sikap intoleran.
Jujur, saya suka pada quote Pak Anies Baswedan, “Kebhinnekaan adalah fakta. Karena itu tidak usah diperjuangkan. Yang harus diperjuangkan bukan kebhinnekaan. “PERSATUAN di dalam kebhinnekaan” Itu yang harus diperjuangkan.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H