Ia menganggap bahwa tudingan bahwa Rohis adalah sarang teroris merupakan modus rezim terdahulu yang diikuti oleh media massa sekuler sekarang. “Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel disusupkan di mana-mana, mau pengajian saja susah, mau khutbah saja mesti laporan. Sekarang, Rohis dituduh teroris pula. Ada Rohis saja kondisi pemuda bangsa ini sudah awut-awutan. Mau jadi apa bangsa ini kalau tidak ada Rohis?”
Jadi, semakin susah saja ya mempercayai pemberitaan media sekarang ini. Kalau memang kebetulan ada satu-dua oknum alumni Rohis melakukan tindak teroris, tangkap saja. Proses secara hukum. Jangan Rohisnya dibabat. Jangan disamakan semua anak Rohis begitu. Itu namanya fallacy of dramatic instant. Kalau misalnya ada koruptor yang dulu aktif di Pramuka, apa kita akan curigai Pramuka? Kalau kita mau menangkap tikus nakal di rumah, apa sekalian rumahnya kita bakar? Asal tahu saja, sebelum ini, yang ngomong bahwa Rohis itu sarang teroris adalah Sydney Jones, seorang Indonesianis asal Australia yang seolah paling tahu tentang umat Islam di Indonesia. Inikah yang dijadikan sumber provokasi ini?
Muak kita dengan berita macam ini. SUMPAH! Saya pribadi mulai saat ini selalu mengawali menonton berita Metro TV dengan kecurigaan, apalagi jika itu berkaitan dengan Islam. Semoga kita menjadi pembaca, pendengar dan penonton yang selalu mencerdasi setiap informasi sebelum dilumat untuk kemudian diimani. Wallahu a'lam bish-shawab.
NB: Oya, di Aceh, tempat saya kini berdomisili orang-orang mulai menjauhi Partai Nasdem yang dibina oleh Surya Paloh -yang juga orang Aceh itu sendiri gara-gara pemberitaan semacam ini. Kesannya Metro TV dan -akhirnya juga- Nasdem itu anti-Islam. Apalagi belum lama ini, seorang politisi Nasdem -yang juga orang Aceh-, Ferry Mursyidan Baldan turut menghadiri acara HUT Israel di Singapura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H