Saya menurut saja, tidak ingin mendebat amak, padahal jelas-jelas banyak kerudung yang bagus yang mungkin cocok untuk amak kenakan, tapi amak justru membeli sajadah, padahal itu bisa amak beli nanti saja, bukankah yang penting sekarang adalah membeli kerudung untuk acara penting yang membuat amak sampai jauh-jauh datang kemari? Tapi mendebat amak bukanlah pilihan yang baik, saya hanya menurut saja dan kembali pulang bersama amak.
Keesokan harinya sebelum berangkat ke rumah saudara amak yang hendak mengadakan hajatan itu, amak memberikan saya sehelai sajadah yang kemarin amak beli, "Gunakan untuk salat nak, sajadah yang bagus akan membuatmu betah berlama-lama sujud, dan nyaman juga kalau kamu salat. Ingat selalu salat lima waktumu yah!" kata amak sambil memelukku erat.
Saya masih sambil terpaku mendengar amak, "Amak akan menginap beberapa hari di rumah saudara, kamu tak perlu mengantar amak, carikan saja angkutan umum yang bisa mengantar amak ke sana!" Kata amak kemudian, dan saya masih terdiam memandangi amak yang sambil mengusap pudak saya perlahan. "Kamu belajar saja yang rajin yah!" Kata amak kemudian.
Bagaimana mungkin Tuhan bisa menciptakan seorang perempuan dengan cinta begitu besar? Amak memberikan lebih dari yang pernah saya harapkan, bahkan lebih dari apa yang bisa ia berikan untuk dirinya sendiri, bagaimana mungkin ada manusia dengan perhatian sebesar itu? Hari itu saya menerima hadiah sehelai sajadah bulu yang halus dari amak, sekaligus menerima hadiah istimewa dari Tuhan sepanjang umur saya dengan menjadikan saya lahir dari rahim seorang ibu yang penuh cinta kasih seperti amak.
Saya tau, amak tidak jadi membeli kerudung karena uangnya tidak cukup jika harus membeli sajadah juga, tapi amak bisa saja hanya membeli kerudung untuk dirinya sendiri, apalagi untuk dikenakan di hari yang istimewa seperti itu. Â Lagi-lagi karena cinta amak tak ada habis-habisnya, yang membuatnya selalu memprioritaskan saya di atas kepentingannya sendiri.
Tak peduli sebesar apapun saya, akan tetap menjadi anak perempuan kecil amak, yang akan selalu menerima cinta tak terhingga dari amak. Jika diperkenankan meminta pada Tuhan, saya hanya ingin diberi banyak kesempatan untuk memberikan cinta pada amak, sekalipun sadar takkan pernah bisa memberi cinta sebesar yang saya terima dari amak sepanjang hidup saya.
Terima kasih amak, terima kasih Tuhan!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H