Hingga berita ditayangkan, pelaku seni yang terdaftar sudah mencapai 40.081 dan berpotensi bertambah. Nantinya, bagi pelaku seni dan budaya yang memiliki penghasilan dibawah 10 juta, akan mendapat bantuan yang disalurkan melalui jalur Program Keluarga Harapan (PKH) maupun jalur lain yang dikoordinasikan dengan Kementerian perekonomian.
Adapun bagi para pelaku seni dan budaya yang memiliki penghasilan mulai dari 10 Juta keatas serta memiliki akses internet yang memadai digandeng oleh Ditjen Kebudayaan untuk mengisi berbagai project penampilan seni dan budaya melalui plaform daring "Budaya Saya".Â
Dalam pantauan di kanal Youtube Budaya Saya (22/4), sejak lebih dari sebulan yang lalu berbagai acara dilaksanakan oleh Ditjen Kebudayaan dan melibatkan berbagai pekerja seni. Bermacam-macam acara seperti diskusi kebudayaan #KreatifDisaatSulit, kelas tari dan penampilan tari, pertunjukan musik daring, penampilan teater daring dan berbagai agenda yang dapat membantu pelaku seni dan budaya mewujudkan proses kreatifnya.
Selain itu, para pekerja seni dan budaya juga mendapat tempat dalam program "Belajar di Rumah" yang merupakan kerja sama antara Kemdikbud dan TVRI. Melalui program tersebut, berbagai hasil kebudayaan dalam bentuk dokumenter, atau penampilan pembacaan dongeng ditampilkan sebagai materi belajar bagi para siswa yang sedang melakukan pembelajaran di rumah.Â
Hal lain yang dilakukan oleh jajaran Kemdikbud seperti BPCB maupun pengelola museum, sudah mulai menyediakan tur museum daring yang memungkinkan masyarakat bisa merasakan tur di museum tanpa harus pergi ke lokasi. Beberapa museum seperti Museum Nasional dan Museum Sangiran bahkan sudah dilengkapi dengan penjelasan dari para pemandu museum.
Tentunya, bukan hanya pemerintah yang harus menyelamatkan kebudayaan agar tetap eksis ditengah pandemi. Hal yang sama harus dilakukan oleh para pekerja seni dan budaya maupun masyarakat sendiri. Febby Febriandi dari BPNB Kepulauan Riau memberikan beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan pandemi dengan pendekatan budaya. Cara ini juga dinilai efektif untuk menjaga eksistensi budaya di masyarakat.
- Membuat materi kampanye melawan pandemi berbasis budaya lokal. Salah satu media efektif adalah penyampaian melalui folklore. Dengan menggunakan cerita rakyat, nyanyian rakyat maupun bentuk folklore yang lain sebagai media kampanye tentu akan lebih dipahami dan ditaati oleh masyarakat karena terdapat memori kolektif yang mempersatukan masyarakat. Selain itu, pembuatan materi kampanye ini menjadi salah satu media proses kreatif para pelaku seni dan budaya dalam tataran masyarakat terkecil.
- Keterlibatan pemimpin adar atau agensi lokal lain sangat membantu proses mempertahankan kebudayaan. Melalui pemimpin adat, berbagai himbauan serta langkah-langkah penanganan Covid-19 serta usaha menjaga kebudayaan dapat lebih didengar dan ditaati oleh masyarakat karena kepercayaan penuh terhadap pemimpin adat masing-masing.
- Adanya stimulus yang melahirkan aturan adat untuk mensukseskan kampanye penanganan Covid-19 maupun menjaga kebudayaan. Dengan adanya aturan-aturan secara lokal, memudahkan masyarakat untuk lebih menjaga dan mengembangkan kebudayaan ditengah keterbatasan. Selain itu, aturan dengan tingkatan lokal lebih didengar masyarakat karena besarnya kedekatan emosional antara pemimpin dengan masyarakat. Sehingga kebudayaan akan tetap bertahan ditengah terjangan pandemi.
Kebudayaan memang terkena dampak yang luar biasa dengan adanya pandemi, dari perubahan tingkah laku masyarakat hingga terancamnya eksistensi kebudayaan itu sendiri.Â
Tetapi, dengan berbagai usaha yang dilakukan serta sinergitas yang terjalin antara pemerintah, pekerja seni dan budaya serta masyarakat, maka kebudayaan akan tetap hidup di masyarakat.Â
Kebudayaan tidak akan pernah mati dengan kondisi sedarurat apapun. Jika kembali mengutip definisi budaya menurut Kluckhohn, usaha menjaga kebudayaan saat ini menjadi perangkat yang digunakan oleh masyarakat untuk menghadapi berbagai permasalahan ke depan.
Sumber:
Asy, Ferdianus. 2020. "Dampak Covid-19, Tim Budaya Penari Likurai Belu NTT Batal ke Australia" dalam
rri.co.id (diakses pada 22 April 2020, pukul 07.30)