Mohon tunggu...
Anugrah Rahmatulloh
Anugrah Rahmatulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher

Ketika kita membaca, kita membuka jalan. Ketika kita menulis, kita berbagi cerita. Dan ketika kita berbicara, kita merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

"Instanisasi" Kuliner Indonesia

2 Mei 2019   19:25 Diperbarui: 3 Mei 2019   22:17 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sadar atau tidak, Produk instan sudah menyebar pada seluruh elemen kuliner (sumber: www.infospesial.net)

Masyarakat lebih menyukai beras yang digiling dan diberi pemutih dibanding dengan bahan makanan lain yang harus melalui berbagai proses terlebih dahulu seperti umbi-umbian. Adapun penyebab tingginya keinginan mengonsumsi beras instan ini terlihat dari metode yang salah serta kurang suksesnya masyarakat dalam melaksanakan penanaman tumbuhan konsumsi di Hindia Belanda.

Melihat kenyataan di atas, penyebab besarnya kebutuhan masyarakat akan makanan instan lebih didasarkan pada desakan atas krisis pangan yang terjadi di masyarakat. Kurang berkembangnya lahan pertanian yang menghasilkan beras berkualitas disertai tingkat kebutuhan masyarakat akan beras yang semakin lama semakin tinggi membuat beras instan sangat diminati oleh masyarakat. 

Ketergantungan terhadap beras instan sendiri kemudian menimbulkan permasalahan import beras yang tinggi serta beras instant tersebut menimbulkan penyakit beri-beri. Permasalahan itu kemudian memaksa pemerintah untuk melakukan strategi diversifikasi pangan.

Bagaimana dengan sekarang? kebutuhan masyarakat akan makanan instan bukan disebabkan oleh desakan krisis yang dialami sama seperti ketika masa kolonial, tetapi kebutuhan masyarakat akan makanan instan lebih disebabkan oleh semakin kompleksnya mobilitas masyarakat yang menuntut makanan disajikan dengan proses yang sangat cepat.

Kebutuhan akan makanan instan ini kemudian mendorong bermunculan produk-produk makanan instan, termasuk kemudian memodifikasi cita rasa makanan khas berbagai daerah di Indonesia dalam bentuk yang lebih praktis dan bisa dengan cepat dinikmati. 

Dengan semakin cepatnya perkembangan masyarakat, tentu eksistensi makanan khas daerah Indonesia kemudian harus menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kebutuhan masyarakat yang ingin menikmati makanan khas tanpa harus repot membuat makanan tersebut. Sehingga mendorong berbagai perusahaan memodifikasi dan menginstanisasi makanan khas daerah Indonesia.

Proses instanisasi masakan khas Indonesia setidaknya sudah dimulai pada bumbu masakan sekitar tahun 1960-an. Setidaknya itulah yang dijabarkan Michiko Kubo dalam tulisan yang berjudul The Development of an Indonesian National Cuisine: A Study of New Movement of Instant Food and Local Cuisine (2010). 

Dalam tulisannya tersebut Kubo menekankan bahwa proses instanisasi pada produk masakan khas daerah Indonesia dimulai dari pembuatan bumbu masak yang merupakan campuran rempah-rempah yang biasa digunakan dalam memasak dan ditandai dengan didirikannya perusahaan raksasa bumbu masak di Indonesia pada 1969. 

Munculnya penyedap yang terdiri dari campuran rempah-rempah khas daerah kemudian menarik perhatian masyarakat untuk menggunakannya, serta dengan ketertarikan masyarakat yang kuat juga membuat perusahaan tersebut membuat berbagai bumbu instan yang digunakan untuk membuat sebuah masakan khas daerah nusantara dengan citarasa yang tidak jauh berbeda dengan aslinya. 

Kubo juga menegaskan proses instanisasi kemudian dilanjutkan dengan berdirinya raksasa makanan instan yang bergerak pada pembuatan mie, snack dan berbagai makanan instan lain pada tahun 1994. 

Terutama pada produk mie, perusahaan ini memberikan sebuah inovasi dengan menyediakan mie dengan rasa khas makanan daerah Indonesia. Kemudian hari ini kita banyak mengenal mie instan dengan rasa rendang, soto, maupun rasa empal gentong yang biasanya hanya ditemui di suatu tempat tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun