Dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pencegahan kekerasan seksual di kalangan pelajar, sebuah penyuluhan literasi pencegahan kekerasan seksual digelar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Dukuhturi. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 36 siswa dari berbagai jurusan, serta guru wali kelas sebagai pendamping.
Penyuluhan ini diselenggarakan melalui kolaborasi tim PMB UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, bekerja sama dengan Pekerja Sosial Profesional, sebagai mitra program literasi sosial. Dengan mengusung tema "Lindungi Diri, Jaga Masa Depan", kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman menyeluruh tentang kekerasan seksual, jenis-jenisnya, dampaknya, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh siswa SMK.
Membangun Kesadaran Melalui Edukasi
Dalam sesi pembukaan, Bapak Teguh selaku wali kelas menyampaikan bahwa angka kekerasan seksual di Indonesia masih memprihatinkan, terutama pada remaja usia sekolah. "Literasi pencegahan kekerasan seksual sangat penting untuk ditanamkan sejak dini, terutama di tingkat SMK. Siswa harus tahu bagaimana melindungi diri mereka dan saling menjaga," ungkapnya.
Penyuluhan ini juga menyoroti peran penting lingkungan sekolah sebagai tempat yang aman bagi siswa. "Sekolah harus menjadi zona nyaman di mana setiap anak merasa dilindungi. Edukasi ini adalah salah satu cara menciptakan rasa aman tersebut," tambah Teguh.
Materi Penyuluhan
Penyuluhan dibagi menjadi beberapa sesi interaktif yang disampaikan oleh Anugrah Fitria Berliannanda yang akrab di sapa dengan "Bella". Pada sesi pertama, peserta diberikan wawasan tentang definisi kekerasan seksual, termasuk bentuk-bentuk yang sering terjadi, baik secara fisik maupun non-fisik. Penyuluhan juga mengedepankan bahaya kekerasan berbasis teknologi yang marak terjadi di era digital. Sesi selanjutnya, diisi dengan simulasi cara menghadapi situasi berisiko kekerasan seksual. Melalui role play, siswa diajak mempraktikkan cara berkata "tidak" dan melaporkan insiden kepada pihak berwenang. Narasumber menekankan pentingnya keberanian berbicara ketika merasa terancam.
Respons Antusias dari Peserta
Penyuluhan ini mendapat sambutan yang sangat baik dari siswa. Evi, salah satu peserta, menyampaikan rasa terima kasihnya atas penyuluhan ini. "Selama ini, kami kurang paham tentang bahaya kekerasan seksual, apalagi bentuknya yang tidak langsung seperti di media sosial. Penyuluhan ini membuka wawasan kami dan membuat kami lebih waspada," ujarnya.
Guru yang hadir juga merasa bahwa program ini sangat relevan dan perlu diadakan secara rutin. "Kami sangat mendukung kegiatan seperti ini karena dapat melengkapi pendidikan karakter yang kami terapkan di sekolah. Dengan pengetahuan ini, kami juga bisa menjadi pendamping yang lebih baik bagi siswa," ungkap Teguh, salah satu wali kelas yang hadir.
Harapan ke Depan
Di akhir kegiatan, penyelenggara mengajak seluruh peserta untuk menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah masing-masing. "Mulai dari diri sendiri, mari kita ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Jadikan sekolah ini tempat di mana semua siswa merasa terlindungi," pesan Bella dalam penutupan. Program ini diharapkan menjadi awal dari gerakan literasi pencegahan kekerasan seksual yang lebih luas. Sekolah lain pun diharapkan dapat mengadopsi model kegiatan serupa untuk meningkatkan kesadaran siswa dan menciptakan generasi muda yang lebih tanggap terhadap isu-isu sosial. Melalui penyuluhan ini, diharapkan siswa tidak hanya memahami pentingnya melindungi diri, tetapi juga saling menjaga satu sama lain sebagai komunitas sekolah yang sehat dan aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H