Malam telah hadir lagi di sisinya. Satu-satunya yang setia menemaninya, hanyalah laptop berwarna merah yang nyaris seumuran dengan usia kehamilannya itu. Laptop tempatnya melabuhkan keluh kesah di media sosial facebook dengan nama samaran. Hiburannya hanyalah cerita roman atau puisi di laman fiksi favoritnya. Selebihnya ia tumpahkan dengan mengetik curahan hatinya untuk dikirim ke nomor ponsel kekasihnya. Ada kepuasan tersendiri selepas ia meluapkan unek-uneknya.
Dimatikannya laptop dan segera ditutupnya dengan sangat hati-hati. Kabut kesedihan masih menyelimuti matanya. Biasanya jika malam telah datang ia akan keluar rumah, mencari udara segar, belanja keperluan hidupnya atau sekedar mencari suasana tenang merdeka dari keterkungkungannya dengan siang. Perubahan-perubahan pada dirinya telah membatasi hidupnya dengan separuh hari, bersembunyi dari pandangan orang-orang yang mungkin dikenalnya. Andai saja prosesi sakral nan suci pernikahan pernah ia lakukan, sekalipun itu sangat sederhana, pastilah wanita cantik itu tidak akan pernah takut dengan siang. Segarang apapun itu. Tidak mungkin ia mengucilkan diri jauh dari keluarga dan teman-teman.
Tetapi malam ini Sarah urung keluar rumah, ia merasa kedinginan. Walau kemarau identik dengan dingin malamnya, tetapi tidak pernah ia merasa dingin, waktu malam ia selalu gerah kepanasan, bisa jadi karena ia sedang berbadan dua. Sarah berbaring dan menarik selimut membungkus sekujur tubuhnya. Tetapi, dingin itu semakin menjadi, menggigil ia dibuatnya. Dingin yang dirasakannya malam ini adalah dingin yang lain. Tajamnya dari dalam merobek hati, ia melukai kulit dan lalu menggetarkan sekujur jasadnya, memaksa bulu-bulu halus terbangun dari lelapnya. Selimut berlapis-lapis yang menutupi badan seperti tak kuasa membendung serangan dingin mendadak itu.
Pertanda apakah ini ? Sakitkah aku? Ada apa dengan kekasihku? Akhh... Beginikah rasa orang yang akan melahirkan? Atau apakah Tuhan sudah mengirimkan malaikat-Nya untuk menghukumku? Menghukum makhlukNya yang nista ini, yang akan segera memiliki seorang anak tanpa ayah... Anak yang lahir dari hubungan terlarang...
Dibelainya perutnya dengan rasa haru dan bersalah yang mendalam, air matanya deras tak terbendung lagi. Dan dengan gigil yang tertahan, ia bangkit meraih HPnya, ditulisnya sebaris pesan untuk kekasihnya yang hilang... datanglah Sayang, mungkin sebentar lagi buahmu yang ranum akan mengharumkan dunia. Pulanglah, di sini cintamu menanti.
Segunung harapan semoga pesan itu berbalas kali ini. Berharap kekasihnya datang membawa cintanya. Semoga...
***
Lembah Permai, 0210 2015
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Â