Mohon tunggu...
ANUGERAH OS
ANUGERAH OS Mohon Tunggu... Peternak - ~Penghobi hitam dan penggemar manis. HITAM MANIS, itu saja~

Selama kata masih merangkai kalimat Selama itu pula pena kan tetap berjaya Selama badan masih mengandung hayat Selama itu pula diri kan tetap berkarya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Datanglah, di Sini Cintamu...

2 Oktober 2015   18:44 Diperbarui: 2 Oktober 2015   18:44 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hanyalewat.com/wp-content/uploads/2013/07/cry-woman.jpg

ANUGERAH OETSMAN No.16

***

Sedang malam bukanlah saat yang dirindukan
Selain mencari selimut dan kehangatan
Sebab panas sudah berubah dingin yang menyengat
Dan manusia keluar dari persembunyiannya
Sepanjang hari mereka mengeluh panas
Malam datang mereka mengusir dingin
Dingin yang membuat bibir bersilih desah gerutu
Hingga akhirnya sesalkan waktu yang begitu singkat
Atau salahkan musim mengapa seperti ini [2]

.....

Penggalan puisi itu dibacanya berulang-ulang. Sekali, dua kali, tiga kali... Sekali lagi, dan kini dengan linangan air mata, hanya pada baris pertama, serangkai kata yang membuat Sarah menggigit bibirnya, sedang malam bukanlah saat yang dirindukan...

Tidaak, aku tidak pernah membenci malam.

Kembali, airmatanya bergulir menyentuh sudut bibirnya. Malam adalah saat yang dirindukannya. Sepanjang siang ia hanya bisa mengurung diri di rumah kontrakannya. Bahkan nyaris sepanjang tahun ini, sejak Januari yang bertabur indah itu berlalu, ia hanya mendekam dalam rumah sempit itu. Kalaupun ia harus keluar di siang hari, maka baju kurung atau daster longgar akan membalut tubuhnya. Baju yang bisa menutupi tubuhnya, menutup aibnya, menutup perutnya yang semakin hari semakin membuncit saja.

Tidaak, aku tidaklah membenci malam. Juga tidak membenci hujan di malam pergantian tahun penghujung Desember kala itu. Hujan dan dingin malam yang membuat kami basah melayang diantara curahnya yang deras. Hujan yang tetiba mencipta kehangatan di antara bulir-bulir keringat yang memanas. Hujan yang mengalunkan irama berahi menghentak-hentak keras. Dan di malam itulah kami sampai pada suatu titik klimaks, puncak rasa puas.

Benih kepuasan itu telah tumbuh subur, semakin besar semakin matang menjelma dalam tubuh Sarah yang kini banyak berubah bentuk. Meskipun kecantikannya tidak berubah, tetapi membesarnya perut membuat badannya kelihatan gemuk dan buah dadanya pun terlihat semakin berisi dan membengkak. Dan tentunya perubahan yang nyata adalah pada pakaiannya yang tidak lagi seseksi dulu. Tidak ada lagi celana ketat, tidak ada lagi tank top. Dengan pakaiannya yang sekarang, Sarah telah menjelma sebagai sosok seorang ibu yang siap melahirkan, sangat jauh dari kesan remaja sembilan belas tahun.

Tidak bisa ia membayangkan kesimpulan apa yang ada di dalam benak orang yang melihat kondisinya sekarang. Berbulan-bulan ia mengasingkan diri dari keluarga, kuliahnya hancur berantakan, ia merahasiakan tempat tinggalnya, tidak semua panggilan telepon ia terima, bahkan tidak ada lagi nomor kontak di sana selain kepunyaan orang tua, adik-adiknya, dan sebuah nama yang begitu ia nanti kehadirannya. Sebuah nama yang menghilang dari hidupnya sejak mengetahui dirinya telat dua bulan. Nama yang tidak pernah muncul lagi dengan alasan mencari kerja untuk ia dan buah hatinya kelak. Sebuah nama yang masih sering ia hubungi meskipun tidak pernah diangkat. Sebuah nama yang masih sering ia kirimkan pesan perkembangan kehamilannya, keadaan hidupnya yang suram, kondisi dirinya yang rapuh kehilangan cinta. Dan pesan demi pesan itu tak satupun yang mendapatkan balasan. Sebuah hal yang semakin menyiksanya lahir dan bathin.

Malam telah hadir lagi di sisinya. Satu-satunya yang setia menemaninya, hanyalah laptop berwarna merah yang nyaris seumuran dengan usia kehamilannya itu. Laptop tempatnya melabuhkan keluh kesah di media sosial facebook dengan nama samaran. Hiburannya hanyalah cerita roman atau puisi di laman fiksi favoritnya. Selebihnya ia tumpahkan dengan mengetik curahan hatinya untuk dikirim ke nomor ponsel kekasihnya. Ada kepuasan tersendiri selepas ia meluapkan unek-uneknya.

Dimatikannya laptop dan segera ditutupnya dengan sangat hati-hati. Kabut kesedihan masih menyelimuti matanya. Biasanya jika malam telah datang ia akan keluar rumah, mencari udara segar, belanja keperluan hidupnya atau sekedar mencari suasana tenang merdeka dari keterkungkungannya dengan siang. Perubahan-perubahan pada dirinya telah membatasi hidupnya dengan separuh hari, bersembunyi dari pandangan orang-orang yang mungkin dikenalnya. Andai saja prosesi sakral nan suci pernikahan pernah ia lakukan, sekalipun itu sangat sederhana, pastilah wanita cantik itu tidak akan pernah takut dengan siang. Segarang apapun itu. Tidak mungkin ia mengucilkan diri jauh dari keluarga dan teman-teman.

Tetapi malam ini Sarah urung keluar rumah, ia merasa kedinginan. Walau kemarau identik dengan dingin malamnya, tetapi tidak pernah ia merasa dingin, waktu malam ia selalu gerah kepanasan, bisa jadi karena ia sedang berbadan dua. Sarah berbaring dan menarik selimut membungkus sekujur tubuhnya. Tetapi, dingin itu semakin menjadi, menggigil ia dibuatnya. Dingin yang dirasakannya malam ini adalah dingin yang lain. Tajamnya dari dalam merobek hati, ia melukai kulit dan lalu menggetarkan sekujur jasadnya, memaksa bulu-bulu halus terbangun dari lelapnya. Selimut berlapis-lapis yang menutupi badan seperti tak kuasa membendung serangan dingin mendadak itu.

Pertanda apakah ini ? Sakitkah aku? Ada apa dengan kekasihku? Akhh... Beginikah rasa orang yang akan melahirkan? Atau apakah Tuhan sudah mengirimkan malaikat-Nya untuk menghukumku? Menghukum makhlukNya yang nista ini, yang akan segera memiliki seorang anak tanpa ayah... Anak yang lahir dari hubungan terlarang...

Dibelainya perutnya dengan rasa haru dan bersalah yang mendalam, air matanya deras tak terbendung lagi. Dan dengan gigil yang tertahan, ia bangkit meraih HPnya, ditulisnya sebaris pesan untuk kekasihnya yang hilang... datanglah Sayang, mungkin sebentar lagi buahmu yang ranum akan mengharumkan dunia. Pulanglah, di sini cintamu menanti.

Segunung harapan semoga pesan itu berbalas kali ini. Berharap kekasihnya datang membawa cintanya. Semoga...

***

Lembah Permai, 0210 2015

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

 

[1] Sumber illustrasi
[2] Sumber puisi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun