Mohon tunggu...
antung apriana
antung apriana Mohon Tunggu... ibu bekerja dengan 2 anak

working mom with 2 children, blogger www.ayanapunya.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Energi Baru Terbarukan sebagai Alternatif Energi untuk Masa Depan

19 Juni 2024   22:56 Diperbarui: 19 Juni 2024   23:30 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama puluhan tahun, masyarakat kita terbiasa dengan sumber energi yang berasal dari fosil tanaman dan hewan yang terkubur jutaan tahun yang lalu. Untuk kendaraan bermotor kita masih mengandalkan bahan bakar minyak, lalu untuk suplai energi listrik juga masih menggunakan batubara dan untuk memasak menggunakan gas alam yang juga berasal dari dalam bumi.

Hingga saat ini, mungkin sumber energi yang berasal dari dalam bumi ini masih bisa mencukupi kebutuhan hidup manusia. Namun bagaimana dengan puluhan tahun mendatang? Pastinya sumber energi ini akan habis jika manusia terus mengeruknya tanpa memikirkan sumber alternatif baru. Saat ini saja kita sudah cukup sering merasakan efek atas kelangkaan BBM yang membuat harga gas melambung yang pastinya cukup memberatkan rakyat.

Selain akan habis di suatu hari nanti, penggunaan energi yang berasal dari kerak bumi juga memiliki berbagai efek jangka panjang. Emisi karbon yang terjadi sebagai akibat pembakaran senyawa-senyawa di berbagai bidang menghasilkan perubahan iklim yang kita rasakan sekarang. Bumi terasa semakin panas dan sudah tak bisa ditebak lagi kapan musim hujan dan kemarau tiba. Tak hanya itu, pengerukan dari bahan bakar fosil juga menghasilkan kerusakan lingkungan yang tak bisa diperbaiki dalam waktu yang lama.

Energi Baru Terbarukan sebagai alternatif sumber energi 

Saat ini mungkin kita mulai sering mendengar istilah energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber energi alternatif selain energi fosil yang sudah digunakan sehari-hari. Energi baru Terbarukan sendiri merupakan energi yang bersumber dari sumber-sumber yang dapat diperbarui tanpa batas. Beberapa contoh dari sumber energi baru terbarukan adalah air, tenaga surya, tenaga air, tenaga panas bumi dan juga energi yang berasal dari biomassa atau pengolahan bahan organik seperti limbah pertanian dan yang lainnya.

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah terdapat beberapa pembangkit yang menggunakan energi baru terbarukan ini. Untuk sumber tenaga air, misalnya, terdapat pembangkit listrik tenaga air yang berlokasi di Sulawesi Tengah yakni Pembangkit Listrik Poso. Lalu ada juga PLTS Terapung Cirata yang menggunakan tenaga surya. Untuk tenaga angin, kita punya PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) Sidrap yang terletak di Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan. 

Tentunya ada alasan khusus mengapa pemerintah semakin menggiatkan penggunaan Energu Baru Terbarukan ini. Beberapa hal yang bisa didapat dengan adanya penggunaan energi baru terbarukan antara lain:

Meminimalisir emisi karbon

Salah satu alasan utama mengapa saat ini penggunaan energi baru terbarukan semakin digalakkan adalah karena EBT ini bisa mengurangi emisi karbon yang terjadi di bumi. Ini tentunya sejalan dengan komitmen dan target untuk mengurangi emisi karbon di berbagao negara untuk mencegah semakin besarnya perubahan iklim di muka bumi.

Melestarikan lingkungan

Penggunaan EBT juga bisa berdampak pada kelestarian lingkungan karena energi baru terbarukan ini dapat membantu dalam kelestarian lingkungan seperti mengurangi polusi, pencemaran air hingga kerusakan ekosistem akibat eksploitasi di perut bumi.

Mengurangi ketergantungan pada impor energi

Seperti yang kita tahu, untuk memenuhi kebutuhan BBM tak jarang pemerintah harus mengimpor dari negara besar penghasil minyak. Hadirnya EBT akan membuat negara bisa mengurangi ketergantungan pada impor sumber energi ini

Menciptakan lapangan kerja 

Pengaplikasian energi baru terbarukan juga bisa membuka banyak lapangan kerja baru atau yang kini kerap disebut juga dengan green job.

Peran Perempuan dalam Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan

Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimanakah peran perempuan dalam penggunaan energi baru terbarukan ini? Nyatanya, peran perempuan dalam energi baru terbarukan sangatlah penting mengingat perempuan adalah sosok pilar di rumah yang kadang menjadi pembuat keputusan dalam hal penggunaan energi.

Salah satu contoh sederhana adalah dalam hal mengelola dapur di rumah. Para ibu pastinya lebih tahu bagaimana penggunaan gas yang efektif atau bahkan mencari alternatif ketika gas di rumah tidak bisa digunakan misalnya. Ibu juga menjadi sosok yang aktif dalam memilah sampah di rumah dan mengumpulkan minyak jelantah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan biodiesel. 

Tak hanya dalam skala kecil, para perempuan nyatanya juga bisa menjadi sosok pelopor dalam penggunaan energi baru terbarukan ini. Adapun sosok perempuan yang secara aktif menggalakkan energi baru terbarukan ini adalah Verapati dari NTB. Verapati secara aktif mendorong para ibu petani kopi di kaki Gunung Rinjani untuk menggunakan energi dari PLTS dan biogas untuk meroasting kopi sehingga bisa mengurangi tagihan listrik.

Selain Verapati, ada juga Komunitas for Women Sinar Hati yang menggunakan PLTS untuk mengeringkan kripik dan kopi yang menjadi komoditas utama di desa di pesisir Lombok. Prose pengeringan dengan menggunakan PLTS ini jelas lebih efektif ketimbang menggunakan sinar matahari langsung karena bisa lebih cepat kering dan bahkan tetap bisa digunakan saat hujan. Dengan begini bisa dikatakan energi baru terbarukan bisa menjadi salah satu jalan bagi adanya transisi energi adil. 

Kehadiran energi baru terbarukan sendiri juga merupakan salah satu misi dari Oxfam yang turut memperjuangkan dunia yang lebih setara dan mendorong aksi iklim yang berani. Beberapa cara yang dilakukan oleh Oxfam untuk bisa memperjuangkan transisi energi adil diantaranya:

  • Menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan memanfaatkan sumber energi terbarukan, sambil memastikan bahwa upaya untuk meningkatkan produksi energi terbarukan tidak meniru dampak buruk yang terjadi pada sektor mineral, minyak, dan gas---seperti perampasan tanah dari masyarakat tanpa persetujuan dan kompensasi yang tidak adil

  • Memperjuangkan solusi iklim dari komunitas kulit berwarna, pembela lingkungan dan hak asasi manusia, dan kelompok hak asasi perempuan yang memiliki pengetahuan mendalam tentang lingkungan dan dampak buruk perubahan iklim

  • Bekerja sama dengan tokoh masyarakat adat untuk mendapatkan persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (FPIC) ketika melaksanakan proyek energi terbarukan di lahan mereka

  • Bekerja sama dengan tokoh masyarakat adat untuk mendapatkan persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (FPIC) ketika melaksanakan proyek energi terbarukan di lahan mereka

  • Mengangkat suara Masyarakat Adat dan perempuan pembela lahan sehingga pembuat kebijakan AS lebih memahami dampak ekstraksi bahan bakar fosil dan produksi pangan industri terhadap iklim dan hak asasi manusia

Sumber tulisan

https://www.konde.co/2024/02/cerita-petani-perempuan-di-lombok-yang-berdaya-kelola-energi-hijau/

https://www.oxfamamerica.org/explore/stories/what-is-a-just-energy-transition/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun