[caption id="attachment_355335" align="alignnone" width="300" caption="Awas ! Uang Anda masuk di money game."][/caption]
Awas ! Perusahaan Money Game Berkeliaran di Sekitar Kita
Banyak cara orang untuk berinvestasi. Ada yang melalui usaha konvensional, investasi usaha modern maupun menanam saham di perusahaan yang sudah go public. Masing-masing memiliki resiko sekaligus keuntungan yang berbeda. Namun ada kalanya sebuah investasi menjadi tidak seimbang dengan hasil ketika sistem bagi profit, keuntungan maupun marginnya tidak sesuai lagi karena sistem yang tidak transparan, beresiko tinggi atau hal lain.
Salah satu investasi yang beresiko adalah money game. Banyak perusahaan investasi, arisan atau perusahaan berkedok MLM yang mencari keuntungan dengan cara memutarkan uang anggotanya dengan menggunakan money game. Cara ini cukup beresiko. Resiko bukan hanya ada pada anggota, tetapi juga pada perusahaan. Anggota perusahaan money game seperti ini mudah sekali berkembang. Dalam hitungan bulan saja sudah ribuan orang bergabung, karena iming-iming keuntungan yang menggiurkan.
Payahnya, mereka para anggota yang sudah bergabung ini semacam dihipnotis oleh senior mereka atau orang suruhan perusahaan. Mereka dijanjikan keuntungan yang berlipat. Mereka juga didoktrin dengan berbagai macam presentasi yang menyilaukan. Namun saat mereka diingatkan bahwa itu adalah investasi beresiko karena merupakan money game, mereka menyangkal. Sebagian justru marah karena perusahaan tempat mereka bergabung dicap negatif. Mereka sudah merasa menjadi bagian dari perusahaan, sehingga akan melakukan berbagai cara guna menjaga nama baik perusahaan. Padahal mereka tidak tahu pasti tentang sistem, transparansi serta logika yang terjadi pada sistem bagi hasil mereka. Pada suatu saat, jika terjadi kolaps pada perusahaan, mereka baru akan menyadarinya.
Ada beberapa ciri dari perusahaan money game, baik yang berkedok arisan maupun MLM.
-Jika sebuah MLM dikembangkan dengan nilai pendaftaran yang terlalu tinggi jauh melampaui nilai produk yang diterima, ini wajib dicurigai. Misal: sebuah MLM menerapkan nilai join Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) namum produk starter pack yang mereka terima hanya senilai Rp. 300.000 (tigaratus ribu rupiah) saja. Mereka memberi iming-iming bonus yang tinggi pada setiap titik sponsor, upline, binary maupun bonus lain. Ini berbahaya. Karena setiap member yang bergabung akan sangat agresif mencari “korban” lain guna nilai balik modal yang cepat.
Logikanya, sebuah MLM yang sebenarnya adalah menerapkan nilai join justru dibawah nilai produk yang akan diterima. Nilai produk yang dimaksud adalah bisa saja berupa nilai jual kepada konsumen maupun manfaat yang didapat dari produk tersebut. Karena pada prinsipnya, MLM adalah perusahaan distributor sebuah produk yang memasarkan produk tersebut dengan cara berjenjang. Sehingga nilai dan manfaat produk tetap menjadi fokus utama, bukan pada iming-iming bonus yang terlalu besar. Bonus jenjang distribusi yang diterapkan adalah diambil dari margin yang seharusnya diberikan kepada distributor konvensional seperti distributor, grosir sampai pengecer. Nah, margin inilah yang dipangkas lalu diberikan kepada level-level yang ada di jaringan pemasaran. Inilah kaidah dari MLM (Multi Level Marketing).
-Ada lagi sebuah MLM menggembar-gemborkan slogan “MLM Bisnis Pulsa Tanpa Harus Jualan Pulsa”. Mungkin Anda pernah melihat slogan ini di jejaring sosial atau di tempat lain. Lalu, dimana letak logikanya jika sebuah perusahaan bisnis pulsa tetapi tidak harus berjualan pulsa? Akankah perusahaan berkembang jika tidak ada sirkulasi uang dari core bisnis mereka? Biasanya perusaahan ini menerapkan sistem rekrutmen yang gencar diiringi sistem bonus yang fantastis. Bisnis pulsa yang mereka pajang hanyalah kedok agar perusahaan tersebut tampak seperti perusahaan distributor pulsa dengan sistem berjenjang seperti MLM. Aslinya, tetap saja itu adalah money game.
-Ada lagi sebuah perusahaan yang tidak mau disebut sebagai perusahaan, namun mereka lebih suka disebut komunitas. Sebut saja perusahaan OBO (Orang Bantu Orang). Saat ini berkembang beberapa perusahaan OBO yang menggunakan sistem saling bantu. Setelah saling bantu, seorang anggota akan mendapatkan uangnya kembali dalam jumlah bertambah sekitar 30% dalam sebulan. Teknisnya, seorang anggota OBO menyetorkan sejumlah uang kepada nomer rekening yang sudah ditunjuk acak oleh sistem ketika seseorang mendaftarkan diri. Nomer rekening tersebut adalah milik anggota OBO yang lain yang sudah lebih dulu bergabung. Mentransfer uang ini disebut KB (Kasih Bantuan). Setelah seorang anggota melakukan KB, sebulan kemudian dia bisa melakukan MB (Minta Bantuan). Lalu, akan ada dana masuk ke rekeningnya dengan jumlah nilai KB + 30%.
Lalu siapa yang tahu saat ada seseorang yang siap Kasih Bantuan? Hanya sistem. Bagaimana jika jumlah orang yang bergabung dan Kasih Bantuan sudah semakin sedikit? Bukankah ini akan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka yang sudah saatnya Minta Bantuan? Sesama anggota baik yang KB maupun MB di perusahaan OBO itu tidak saling mengenal, lalu bagaimana jika ada oknum baik dari luar maupun dari perusahaan membuat akun palsu atau akun dummy dalam jumlah banyak demi mendapatkan profit pribadi? Ini yang menjadi pertanyaan. Jawabannya adalah suatu saat jika memang si OBO ini perusahaan baik-baik maka akan selalu baik-baik, demikian sebaliknya.
-Perusahaan MLM yang menerapkan harga produk jauh melampaui nilai atau manfaat produk juga masuk dalam kategori money game. Misal; produk habbatussauda dengan komposisi dan manfaat yang harga normalnya hanya Rp. 55.000/botol isi 50 kapsul diberi label harga member mencapai Rp. 200.000. Meski bonusnya menggiurkan, tetapi ini masuk dalam kategori yang tidak fair. Member akan bekerja keras menjual produk mahal dengan manfaat yang standar. Perusahaan MLM yang paling sehat pasti akan menjaga beban mental seperti ini, bukan justru bermain nilai uang sebagai komoditas utama dalam meraup keuntungan. Perusahaan seperti ini biasanya hanya bertahan seumur jagung.
Nah, itulah beberapa contoh sebuah perusahaan money game yang menggunakan nama komunitas, arisan maupun MLM. Mereka terus berkembang dan akan terus berkembang. Sialnya, semakin modus tersebut diterapkan, semakin banyak pula orang yang gelap mata malas bekerja dan berharap uang instan lalu tergiur dengan cara tersebut. Ujungnya, satu persatu korban berjatuhan. Meski mungkin founder atau ownernya terkena pasal hukum dan dipenjarakan. Sekelompok orangh barisan sakit hati akan mengembangkan sistem yang serupa dengan cara memodifikasinya lalu mencari korban-korban yang lain. Untuk itu, transparansi, logika dan realita sebuah perusahaan MLM menjadi sebuah hal yang wajib diketahui oleh siapapun baik member, calon member, masyarakat luas maupun pemerintah.
MLM yang benar adalah selalu memiliki dual plan. Bahkan triple plan. Apa itu? MLM selalu dibangun oleh dua hal yakni produk dan sistem jaringan (marketing plan). Nah, sebuah perusahaan MLM yang paling sehat selalu memiliki sistem yang menguntungkan bagi member baik dari produk maupun marketing plan. Jadi, seorang member bisa memperoleh keuntungan dengan cara menjual atau mengkonsumsi produk MLM tanpa menjalankan sistem rekrutmen. Atau sebaliknya, seorang member bisa mengembangkan jaringan guna mendapatkan bonus jaringan tanpa menjual produknya. Atau juga bisa dua-duanya. Tetapi dua hal ini tidak boleh dipisah dan harus bisa dipilih salah satunya.
Perusahaan MLM yang membernya bisa take profit hanya dari salah satunya saja terutama marketing plannya, sudah masuk kategori money game. Mungkin Anda masih ingat atau masih kenal dengan perusahaan MLM yang mempunyai produk utama pulsa. Perusahaan ini menerapkan sistem join dengan nilai Rp. 350.000 dan akan mendapatkan hak usaha. Hak usaha tersebut sebagai hak atas sistem distribusi dan pengembangan jaringan. Tetapi perusahaan tersebut mempunyai produk yang harganya tidak bisa diandalkan. Contoh: pulsa nominal Rp.5 ribu, diberi harga member harga Rp. 5800. Pulsa nominal Rp. 10.000 diberi harga member Rp. 10.600. Padahal, di pasaran seorang reseller mendapatkan harga pulsa nominal 5K adalah kisaran Rp. 5150, dan Rp. 9950 untuk pulsa nominal 10K. Artinya, member perusahaan MLM tersebut tidak akan bisa menjual produknya dan mengandalkannya sebagai plan dalam mengembangkan bisnis MLM itu karena harga jualnya sudah pasti tidak akan kompetitif di pasaran. Belum lagi nilai join yang mencapai Rp. 350.000, hanya mendapatkan hak usaha saja tanpa mendapatkan produk starter pack. Ini sudah jelas money game. MLM yang paling fair adalah nilai join merupakan gabungan antara produk starter pack + hak usaha. Produk starter pack seharusnya memberi keuntungan jika dijual lagi, atau setidaknya memberi manfaat bagi si member jika mengkonsumsinya.
Demikian artikel ini saya buat dengan harapan bisa memberikan pencerahan kepada teman-teman yang akan menginvestasikan uangnya agar tidak tergiur dengan iming-iming bonus atau keuntungan instan yang fantastis.
Saya,
Omtri | Marketing Support Golden Life
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H