Mohon tunggu...
Anto Sugiharto
Anto Sugiharto Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional Migas

..Just ordinary man, mantan ekspat, peminat sejarah migas, teknologi penerbangan dan dunia militer.. "Peristiwa tertulis lebih abadi dibanding yang terucap"

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menapaki Jejak Kejayaan Minyak Bumi Talang Akar - Pendopo

7 November 2020   17:55 Diperbarui: 3 Desember 2020   22:45 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandangan ketinggian bukit ke arah komperta Pendopo (dokumentasi pribadi)

Beberapa tahun kemudian tambahan suplai didapatkan setelah penemuan lapangan minyak lainnya yaitu Jirak (1930), Benakat (1933), Raja dan Betun (1936), Karan, Deras, Tanim, Abab, Kruh dan Kaya (1950). 

Kilang Sungai Gerong mampu menghasilkan output hingga 40.000 barel perhari sehingga disebut kilang terbesar di Asia Tenggara di periode tahun 1930-an. Pangsa pasar utama kilang tersebut adalah tujuan domestik dan hanya kurang separuhnya untuk pasar ekspor.

SONJ kemudian menggabungkan kepemilikan NKPM  menjadi entitas baru bernama NV. SVPM (Standard Vacuum Petroleum Maatschappij) yang sering disingkat STANVAC di tahun 1933 dan berubah lagi menjadi PT. Stanvac Indonesia (PTSI) setelah masa kemerdekaan. Stanvac berdiri bersama (Royal Dutch) Shell dan Caltex sebagai tiga besar perusahaan minyak multinasional yang tetap beroperasi di masa awal kemerdekaan Indonesia.

Minyak adalah sumberdaya tak terbarukan, yang sewaktu-waktu bisa habis karena telah diproduksikan. Saat ini gas mengambil alih peran kejayaan minyak lewat produksi dari klaster-klaster struktur penghasil hidrokarbon yang tersebar di sekitar komplek Talang Akar dan Pendopo. 

Setelah puncak kejayaan minyak berlalu digantikan gas, maka tinggal lah kini bukti-bukti fisik yang tersebar di sekitar Kota Pendopo di Kabupaten PALI di Bumi Serepat Serasan yang baru tujuh tahun dimekarkan terpisah dari Kabupaten Muara Enim. 

Sebuah lapangan terbang (air strip) dengan runway sepanjang 1300 m dan lebar 25 m tanpa tower ATC atau bangunan lain yang dibangun di tengah perkebunan karet yang luas nan sepi itu, seakan menjadi saksi bisu sang waktu akan bukti kejayaan minyak mereka.

Membayangkan lalu lalang pendaratan dan lepas landasnya pesawat Fokker, Catalina atau Dakota yang mengangkut pegawai dan logistik perusahaan di landasan panjang ini memberikan kesan bahwa dulunya tempat ini memang sangat penting bagi operasi perusahaan. 

Akses mobilitas sejumlah 118 expatriates dan experts yang datang dari beragam negara termasuk Eropa dan Amerika, juga mobilitas sebagian 6682 pegawai nasional beserta keluarganya dari berbagai daerah di nusantara yang bekerja bersama mencari emas hitam bagi STANVAC (NKPM) baik di Sumatra Selatan maupun Riau itu harus dipercepat melalui transportasi udara dibanding melalui akses lain. Lewat jalan darat menuju kota Palembang biasanya memutar jauh sedangkan menggunakan kapal feri perusahaan harus menyusuri lekuk Sungai Lematang yang kian hari kian mengalami pendangkalan dan mungkin memakan waktu lebih lama.

Sarana hiburan dan aktivitas pegawai di luar jam kerja turut menjadi perhatian perusahaan, sehingga dibuatlah berbagai fasilitas olahraga berupa lapangan golf besar yang membentang luas, ditambah lapangan volley, tenis dan bowling serta kolam renang- yang beberapa diantaranya masih terlihat cukup terawat. Semua fasilitas itu menjadi tempat hiburan bagi pekerja dikala penat bekerja terutama bagi pekerja yang jauh dari sanak famili.

Lapangan terbang di Pendopo yang dibangun oleh STANVAC sekitar tahun 1950-an (dokumen pribadi)
Lapangan terbang di Pendopo yang dibangun oleh STANVAC sekitar tahun 1950-an (dokumen pribadi)
Berbagai fasilitas umum lain juga disediakan bagi kesejahteraan para pegawai dan keluarga mereka. Sebut saja pelayanan rumah sakit – yang konon dulu terbesar di Asia Tenggara dengan dokter-dokter spesialis yang sengaja didatangkan dari berbagai negara, mengutip tulisan sebuah surat kabar lokal- seolah menguatkan kembali bahwa di masa lalu ada kejayaan disini. Sekolah-sekolah terutama bagi keluarga pegawai disiapkan mulai SD, SMP dan SMA bisa dijumpai di dalam lingkungan komperta Pendopo itu.

Ada nama tokoh perminyakan nasional yang ‘lahir’ dari Pendopo ini. Beliau adalah ‘the oil man of Indonesia’, Bapak John S. Karamoy yang pernah memegang jabatan Area Manager Pendopo STANVAC di tahun 1965. Berkat sinergi dengan bpk. Arifin Panigoro dari PT. Exspan akhirnya PT STANVAC Indonesia berikut asetnya dapat diakusisi menjadi milik  swasta nasional sepenuhnya di tahun 1995. Akuisisi itu mencakup pula serah terima sekitar 500-an ahli perminyakan mereka sehingga disebut sebagai akuisisi (investasi) sumberdaya manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun