Setelah bertahun-tahun kesulitan mendapatkan konsesi minyak di tanah Hindia Belanda dibawah bayang-bayang persaingan dan hegemoni Royal Dutch Shell, akhirnya dengan memanfaatkan ‘General Leasing Act' disertai ancaman resiprokal sebagai dukungan langsung dari pemerintah Amerika atas ekspansi global Standard Oil - pemerintah kolonial Belanda pun dibuat tak berkutik.
SONJ berhasil mendapatkan konsesi pencarian minyak di beberapa wilayah Sumatra Selatan dan Riau. Anak perusahaan bernama NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij) didirikan untuk mengerjakan konsesi-konsesi SONJ itu.
Namun tak dinyana mereka hanya mendapatkan area konsesi yang dianggap ‘kering’ akibat dominasi BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij-anak perusahaan Royal Dutch Shell) yang sudah lebih dahulu menguasai daerah-daerah prospek minyak penting di bumi nusantara. Daerah-daerah prospek yang penting itu biasanya berada di sekitar lokasi rembesan minyak sebagai petunjuk keberadaan minyak di bawah bumi di dekatnya. Sementara lokasi-lokasi yang tidak ada 'bau' minyaknya di permukaan diserahkan kepada pesaing.
Puluhan sumur telah dibor oleh NKPM namun hanya sejumlah kecil saja yang menampakkan hasil berupa potensi minyak di lapisan dangkal. Hampir saja konsesi berikut aset SONJ/NKPM itu jatuh ke tangan sebuah kongsi Jepang yang berminat membelinya, namun karena tak terjadi kesepakatan harga maka farm-out itu batal.
Malang tak harap jumpa, untung tak boleh ditolak, NKPM secara kebetulan akhirnya menemui keberuntungannya di salah satu konsesinya di Sumatra Selatan yang menjadi topik tulisan ini.
Matabor rig mereka kadung terlanjur melewati lapisan reservoir target utama Muara Enim dan Telisa (Air Benakat) tanpa ada instruksi dari perusahaan kepada driller asal Skotlandia yang kebagian ploeg (shift kerja) di liburan natal itu untuk menghentikan aksi mesin bornya. Hingga akhirnya nasib mujur si matabor berakhir menembus lapisan Talang Akar yang kaya minyak di kedalaman (TD) 680 m.
Lengah membawa 'Lenga' (minyak)
Bermula dari kelengahan namun membawa keberkahan. Sumur borenam berhasil membalikkan keadaan bagi NKPM berkat ditembusnya lapisan Talang Akar berumur Miosen Bawah yang mengandung minyak. Kelak Talang Akar menjadi salah satu ikon lapisan reservoir produktif penyumbang lebih dari 75% kumulatif minyak di Cekungan Sumatra Selatan. Sebanyak 800 barel per hari berhasil dialirkan dari sumur penemu - borenam itu.
Sebagai pengingat akan momen bersejarah bagi perusahaan dan publik di daerah sekitarnya tersebut, maka telah dibangun tugu borenam di sekitar lokasi sumur discovery Talang Akar No.6.
Kehadiran lapangan Talang Akar dan Pendopo (TAP), menjadi dasar pembangunan kilang minyak Sungai Gerong oleh NKPM di Timur kota Palembang tahun 1926. Sumber bahan baku untuk kilang tersebut utamanya berasal dari kedua lapangan minyak itu. Pipa penyalur 6” sepanjang 130 km telah dipasang untuk mengirim minyak dari lapangan Talang Akar-Pendopo ke kilang pengolahan Sungai Gerong.