Dengan ketidakpastian tadi, maka manusia mengembangkan analisis-analisis resiko dengan berbagai jargonnya sebutlah itu manajemen resiko dan ketidakpastian, prognostic uncertainty, uncertainty matrix, holistic assessment, montecarlo quantification, enterprise risk management dan lain sebagainya - yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan dan disiplin keilmuan. Semua tool uncertainty management itu sebenarnya bisa dipraktekkan pula dalam kehidupan nyata manusia.Â
Terlebih bagi seorang pemimpin, dengan kelengkapan alat, lengan dan jejaring organisasinya setidaknya ia harus selangkah didepan - ‘mampu’ memprediksi peristiwa ‘ketidakpastian' yang mungkin akan terjadi. Sehingga ketika ketidakpastian itu cenderung  menuju negatif harus mampu menyiapkan solusi dan mengarahkan jalan keluar ditengah situasi ketidakpastian bagi organisasi yang dipimpinnya. Jika tidak dilakukan, resiko besar mungkin saja menghampiri.
Kisah Raja Firaun meminta ta’wil (penjelasan) mimpinya kepada (Nabi) Yusuf lalu melaksanakan apa yang disarankan, mampu membuat Mesir terbebas dari musim paceklik panjang di masa itu. Hal itu menunjukkan bahwa seorang raja setipe Firaun pun ternyata peduli dengan ketidakpastian yang akan terjadi walaupun itu berawal dari mimpi.  Ia pun rela menanyakan maknanya kepada orang yang tepat. Di jaman kekinian ta’wil "mimpi" atau prediksi masa depan itu mungkin dapat dianalogikan dengan berbagai Prediction and risk assessment tools buatan manusia atau penjelasan para pakar terpercaya di bidangnya -setidaknya lebih ngilmiah...
Penulis teringat percakapan sederhana lima tahun lalu dengan seorang preskom dan mantan CEO sebuah perusahaan minyak asing terbesar di Indonesia ketika ditugasi menjemput dan mendampingi beliau dari sebuah hotel di kota Timur Tengah untuk memberikan kuliah MBA di kelas ekspat asal indonesia.Â
Di perjalanan itu diceritakan ketika baru diangkat menjadi CEO, beliau harus segera menyiapkan kader CEO penggantinya sebagai regenerasi. Artinya perusahaan itu sudah menyiapkan strategi organisasi berkesinambungan (sustainability organization) di level pimpinan puncak, agar tidak terjadi leadership regeneration gap yang berujung ketidakpastian organisasi. Karena seorang pemimpin tentunya harus dipersiapkan.
Dalam kehidupan manusia pun, sudah selayaknya kita hidup ‘melangit’ menerima  kepasrahan kepada takdir yang maha kuasa Allah SWT, namun sebagai wujud ikhtiar -manusia dituntut pula menyiapkan skenario-skenario ‘membumi’. Artinya melakukan perencanaan dan upaya ‘berkawan' sekaligus 'berkompromi’ dengan ketidakpastian tadi secara riil.
Melakukan perencanaan yang baik merupakan bagian mengurangi resiko ketidakpastian. Ajaran agama pun mengajarkan bahwa setiap manusia hendaknya memperhatikan apa yang telah diperbuat pada masa lalu untuk merencanakan hari esok yang lebih baik.
Pendidikan, pengalaman dan keterampilan, investasi likuid atau tabungan, pertemanan dan persahabatan baik, amal sholeh di dunia, hobi-hobi positif bermanfaat, dan banyak hal lain, semua itu mungkin diantara modal dasar untuk menyiapkan antisipasi dan solusi ketika situasi ketidakpastian hidup, baik yang terprediksi maupun muncul mendadak, sewaktu-waktu datang tak diundang.
Pendidikan, pengalaman dan keterampilan khusus adalah salah satu modal dasar untuk menggapai keberlangsungan hidup melalui pekerjaan dan rewardnya adalah nafkah. Andaikan pekerjaan itu tiba-tiba hilang maka modal dasar tadi bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan nafkah lainnya. Investasi dan tabungan akan berperan, jikalau nafkah rutin secara mendadak terganggu keduanya bisa menjadi penyelamat sementara sampai kondisi normal. Pertemanan terkadang memberi celah harapan dalam situasi ketidakpastian yang menerpa.... et cetera…et cetera..
Sudah selayaknya kita yang dihinggapi ketidakpastian ini selagi mampu dapat menyiapkan strategi emergency plan dalam menghadapi  aneka ketidakpastian hidup baik urusan dunia maupun akhirat. Tanpa perlu terlalu jauh menebak-nebak serampangan pelaku dan penyebab ketidakpastian itu yang kadang diluar jangkauan kuasa atau nalar, maka kita sudah menyiapkan semua antisipasi dan mitigasinya sesuai kemampuan yang ada. Setidaknya hal itulah yang mampu mengurangi resiko bahkan menyelamatkan kita untuk sementara waktu ketika terjebak dalam situasi ketidakpastian hidup yang nyata.Â
Dalam kehidupan dunia tentunya tiap individu berharap ketidakpastian itu akan berjalan di track yang direncanakan, namun andaikata tidak...maka menyusun persiapan menghadapinya akan lebih baik hasilnya dibanding jika tidak bersiap sama sekali...iya kan...