Mohon tunggu...
Anton Suparyanta
Anton Suparyanta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis+Editor Buku; -kiperbukulejen Detik Detik UN- xixixixiixixixiiiiiiii.....

Selalu belajar. Ikuti proses. Panen sukses. =========== yuuukkkkk, direviuuu buku saya ini! cocok utk konten en proyek merdeka belajar. BUKA Buku Baca Buku Cuan Resensi (Diandra, 2022) JENAMA dan Jemawa, selilit esai dan kritik sastra (Beranda Intrans Publishing, 2023)

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Hobiis dan Reviuwer Buku Visioner Kini Diincar Media

13 Mei 2023   09:34 Diperbarui: 13 Mei 2023   10:33 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resensi, buku, cuan honor, dan gengsi penulis.  (dokpri)

Kompasiana sebagai platform merdeka-nulis curah kreatif menyediakan kanal Book untuk unggah artikel resensi buku, bedah buku, ulasan buku, tinjauan buku, analisis buku, review buku, jualan buku, bualan buku. Tak terbatas lawas atau gres tahun cetakannya, yang istimewa adalah kebermanfaatan dan kontekstualisasi isi.

Seberapa gentingkah ulasan tawarannya?

Quo vadis peresensi atau reviuwer cakap kita? Mana resensi cakap kita? Ke mana mereka? Pertanyaan ini bukanlah retoris, tetapi tantangan sinis. Membaca resensi yang bermutu pada kiwari ini benar-benar susah. Mutu resensi yang benar, anjlok. Mencari peresensi sekaligus pembaca buku yang benar, anjlok. Di sisi lain, aneka ragam buku terbit betapa menyampah. Penerbit (mayor pun indie) senantiasa eksis bertumbuh.

Zaman klimaks resensi buku terkubur sudah, seiring menjamurnya media terutama daring. Menjamur untuk mati dan menjamur untuk tumbuh menyisakan ruang resensi buku. Toch, ujung-ujungnya membunuh kavling resensi buku.

Muhidin M Dahlan mengabarkan resensi buku masa silam di koran-koran menjadi tren perang pena para penggagas bangsa. Pamornya mentereng dibanding opini. Resensi buku itu nomor satu. Ide besar seorang penulis tidak lepas dari kegandrungan membaca tumpuk buku. Di sinilah mutu intelektual dipertaruhkan. Soekarno-Hatta digdaya menjadi saf barisan peresensi tanah air. Sebaliknya, pada kiwari semakin ciutlah media menyangga resensi, apalagi resensi bermutu atas buku yang bermutu.

Teroka Inilah Resensi

Terbitnya buku ala indie Inilah Resensi menjadi penggada kembang-kempisnya resensi yang semakin miskin mutu. Miskin mutu resensi, miskin mutu buku yang diresensi, miskin peresensi cakap, miskin pembaca, dan miskin mutu media. Quo vadis mereka?

Tak heran jika Muhidin pun menaruh hormat terhadap miskinnya penerbitan buku tentang resensi di tanah air. Dialogkan buku Inilah Resensi (2020, Muhidin M Dahlan) ini dengan dua buku ciamik, yaitu Dasar-Dasar Meresensi Buku (1997, Daniel Samad), Tip Sukses Meresensi Buku di Koran (2016, N Mursidi), dan Buka Buku Baca Buku Cuan Resensi (2022, Anton Suparyanta).

Just special book, Buka Buku Baca Buku Cuan Resensi (2022, Anton Suparyanta) yang saya bendel via Penerbit Diandra Yogyakarta, adalah cara mudah merayu selera redaktur media yang dituju. Terlebih lagi, kala itu ada perayaan publikasi yang otomatis meraup cuan honorarium gedhe dan reward buku plus cuan untuk penerbit tertentu. (Sayang, kini tidak sedikit media dan kavling resensi tumbang pailit keselilit rebut duit.)

Lalu, apa untungnya meresensi atau mereviu buku-buku terkini? Apa untungnya? Apa?

Buku saksi dan buku sakti meresensi. (dokpri)
Buku saksi dan buku sakti meresensi. (dokpri)

Prolog buku Inilah Resensi ini penuh gereget. Berupa bimbingan teknis agar Anda tergugah.  Anda proaktif andil menilai konten buku. Media koran, majalah, dan portal berita menjadi prioritas target unjuk karya. Kelebihan media ini tak tertandingi dari segi terbit harian atau mingguan sekaligus berhonor. Janganlah terbuai manufer selalu berselancar di media sosial. Buyar dan ambyar di medsos akan membunuh kobar dan energi besar pembaca buku.

Konten 1 buku ini menyajikan pumpunan resensi atas resensi atau kaleidoskop miniresensi yang berhasil dipublikasikan media top baik lokal maupun nasional. Tercatatlah pesohor resensi seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Poerbatjaraka, P Swantoro, Sumitro Djojohadikusumo, dan HB Jassin.

Konten 2 berisi gaya resensi terheboh yang dilupakan sejarah, dicupliklah beberapa contoh tonggak berdasarkan tahun siar (1914, 1962, 1974, 1978, 1991, 2006, 2010, 2014). Konten 3 berisi panduan top menulis resensi (jerat judul, intimidasi paragraf pertama, tubuh resensi, dan kunci paragraf akhir). Ada banyak tipe resensi yang bisa dicontoh agar Anda menjadi peresensi kesohor. Jadilah aktor resensi, bukan hanya menjadi spektator atau penonton (pe-)resensi!

Epilog buku ini menyajikan sejumlah tips dan resep meresensi: 5 tips memilih buku, 5 jalan menjadi pembaca kritis, 7 langkah memulai resensi, 8 pelicin agar resensi mengalir, dan 6 poin yang dicermati sebelum resensi dikirimkan.

Teroka Resensi Media

Kini bidiklah rubrik Resensi Buku di sebuah media. Sebagai penyemangat awal, fotolah kover buku yang hendak diresensi. Gunakan kamera hp android atau kamera yang teruji untuk kualitas gambar. Rubrik resensi bergaya trendi untuk tampilan foto kover.

Camkan, judul naskah resensi mengikuti selera atau gaya media yang bersangkutan. Bermainlah potensi diksi (pilihan kata). Kavling resensi lebih atraktif pilihan kata untuk judul yang kontekstual dan transformatif.

Kontekstual terkait konteks. Judul mampu membungkus uraian yang mendukung kejelasan uraian buku. Judul sudah otomatis membayangkan situasi yang berhubungan dengan isi. Bisa jadi judul kontekstual adalah judul yang peka terhadap wacana dan fenomena yang aktual dan faktual.

Transformatif berarti bersifat berubah-ubah bentuk (rupa, macam, sifat, keadaan, situasi, kondisi). Artinya, judul menggugah pembaca untuk segera memiliki praktik daya ubah. Sifat daya ubah ini akan menginspirasi para pembaca untuk senantiasa mencari dan memburu laku keutamaan hidup.

Rubrik Resensi media adakalanya menunjukkan kutipan halaman. Kutipan ini menjadi trik tulisan, apalagi kutipan yang menyajikan data angka atau persentase. Data diserap dari pemberitaan terkini. Jadi, kutipan tetap mengindahkan syarat aktual dan faktual.

Resensi yang baik didukung diksi yang terpilih. Setiap kata mempunyai potensi arti dan makna yang mendalam. Diksi yang terpilih ini dimungkinkan untuk kategori naskah resensi dari buku inspirasi, motivasi, wisata, wirausaha, kesehatan, ataupun kuliner. Bahkan, diksi yang bertenaga akan berbeda jika untuk menyusun naskah resesi dari buku filsafat, politik, sosial, dan agama.

Naskah resensi termasuk hitungan artikel pendek. Dengan ciri inilah jangan sampai teledor atau ceroboh berbahasa. Jangan malas berguru pada ejaan bahasa Indonesia yang benar (EyD). Jangan malas membuka ulang-alik kebakuan dan keberterimaan sebuah kata. Jangan anggap sepele dan remeh. Gunakan KBBI versi terbaru. Bahkan, kini KBBI V senantiasa diperbarui dan mudah diunduh serta dibuka secara luar jaringan atau luring.

Rubrik resensi di media tertentu tampil lain daripada resensi di media lain. Rubrik ini mementingkan cara termudah membedah buku, cara sederhana menceritakan buku, cara unik membangkitkan gereget membaca buku, dan cara terpraktis memamerkan buku. Oleh karena itu, tengara pokok naskahnya adalah analisis dan opini si peresensi. Dapat dikatakan bahwa gaya tulisannya berbobot, ada kekuatan atau daya potensi sebuah buku itu bermutu, dilaporkan, dan dirujuk nomor halamannya pun bisa.

Gaya dan ciri laporan inilah yang justru memunculkan variasi kreatif naskah resensi. Satu buku terasa mudah dibedah dari sudut pandang permasalahan aktual di masyarakat. Jadi, tipe resensinya tidak eksplisit menyodorkan kelebihan, keunggulan, kekurangan, atau kelemahan buku. Bisa dikatakan, gaya resensi media tertentu adalah gaya pengungkai sebuah buku. Bisa ditebak, gaya ini seperti laporan pandangan mata baca yang terasa renyah dan komunikatif, penuh intrik dan kaya panorama.

Buku Muhidin M Dahlan ini tiada banding. Namun, bagi peresensi pemula, ada bagian yang kurang dalam buku ini, terutama daftar adres media yang menyediakan rubrik resensi. Tentu saja media yang masih aktif terbit. Lebih kesohor lagi disuguhkan daftar adres penerbit buku yang sangat vital untuk para peresensi. Kegunaannya, peresensi punya hak untuk mengajukan klaim bonus atau reward, entah buku gratis, entah sejumlah nominal uang.

Jika ditelusur lagi, resensi karya Muhidin M Dahlan justru tidak andil dicontohkan. Padahal Muhidin peresensi kesohor tanah air yang tekun mengkliping peristiwa (literasi atau perbukuan) masa kelam dan kiwari. Nah, telah terjawabkah titel resensi ini? Kemarin silam bikin resensi dapat banyak cuan. Kini pamer resensi cuma dapat teman yang bercuan-cuan. Tepe-tepe, dech! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun