Apakah Anda sering "ngorok" atau mendengkur sewaktu tidur? Ada apa di balik seni mendengkur ini? Berbahayakah?
Penyakit (serangan) jantung kini moncer menjadi monster kematian di berbagai belahan dunia. Masihkah teringat Mike Mohede si penyanyi alumni Indonesian Idol beberapa tahun silam? Mike berpostur tambun meninggal sesaat tidur pagi akibat serangan jantung. Sleep apnea-kah (mendengkur atau “ngorok” hingga henti-napas untuk jantung koroner)?
Tahun 2016 silam sekitar 31% penyebab kematian di dunia adalah penyakit (serangan) jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Terlapor data perincian 17,9 juta jiwa per tahun. Mirisnya, lebih dari 75% kematian menimpa penduduk negara-negara ekonomi lemah dan menengah, tak terkecuali Indonesia. Lebih dari 1 juta orang terkena serangan jantung setiap tahun di Amerika Serikat. “Kini penyakit jantung menjadi kiblat penyebab kematian nomor satu,” kata kardiolog masyhur Edward K Chung.
Apa yang harus dilakukan saat terjadi serangan jantung? Buku lawas tetap kontekstual ini akan menjawabnya dengan tuntas.
Dokter Vito Anggarino Damay (yang pernah menjadi host “Ayo Hidup Sehat” di tv swasta) menampik keras terapi hoaks yang dibungkus mitos ini, yakni “Ketika terjadi serangan jantung, Anda harus batuk dan batuk sekencang-kencangnya. Lalu bernapas-dalam dan beristirahatlah hingga gejala hilang,” dr Vito geleng-geleng kepala. Yach, geleng-geleng kepala.
Batuk-kencang bukanlah pertolongan pertama untuk serangan jantung. Memang, batuk terkadang diinstruksikan petugas medis ketika kondisi pasien dalam monitoring ketat. Akan tetapi, sama sekali tidak berguna jika penderita berada di luar rumah sakit.
Batuk tidak berpengaruh pada penyumbatan pembuluh darah koroner mendadak yang merupakan mekanisme utama terjadinya serangan jantung. Batuk tidak mencegah kerusakan otot jantung yang terjadi dan tidak ada efeknya pada nyeri dada saat serangan jantung. Bahkan, batuk tidak menghentikan gangguan irama jantung seandainya hal itu terjadi pada jantung yang mengalami gangguan listrik akibat serangan jantung. Tidak sedikit orang yang menderita serangan jantung lantas terlambat tertolong karena percaya pada pesan batuk itu. Datang ke rumah sakit, si penderita sudah dengan kondisi telanjur parah, bahkan meninggal di perjalanan (hlm 32).
Apa tanda khas serangan jantung?
Gejala yang menyengat yakni sakit dada atau rasa berat di dada seperti ditekan selama durasi 20 menit dan tidak segera membaik dengan istirahat. Sering dirasakan sebagai sesak napas berat yang terjadi mendadak. Keluhan nyeri dapat menjalar hingga ke rahang, punggung, atau lengan kiri. Keluhan ini bisa disertai keringat dingin sampai membasahi baju atau disertai rasa mual. Segeralah si penderita dibawa ke rumah sakit demi evaluasi dokter.
Dokter Vito mengingatkan orang kantoran sangat berisiko mengalami serangan jantung di kemudian hari jika tidak melakukan langkah pencegahan penyakit jantung koroner, apalagi strok. Dua penyakit ini mematikan di dunia dan di Indonesia. Kabar baiknya bisa dicegah dan dikontrol (hlm 191). Pekerjaan yang memaksa sering duduk, mengetik, atau berkutat di depan komputer membuat waktu sangat sempit dan sulit untuk hidup sehat.
Inilah 5 kiat hidup sehat untuk para workaholic kantoran.
1. Sediakan waktu untuk olahraga, bukan menyisakan waktu untuk olahraga.
Dokter Vito merekomendasi dari American Heart Association, yaitu aerobik setidaknya 30 menit sehari, lakukan 5 hari dalam seminggu. Aktivitas lain yang berguna bagi jantung adalah olahraga jalan kaki, jogging, atau lari; bersepeda; dan berenang. Aktivitas ini mampu menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan strok.
Olahraga ini mejadi cara alami, supermudah, murah, dan praktis. Kebiasaan hidup sehat berolahraga dapat menurunkan risiko serangan jantung 20-40 persen, jika ketat diimbangi pemilihan makanan, pola makan, dan aktivitas sehari-hari setiap keluarga.
2. Usahakan selalu aktif secara fisik di kantor.
Gunakanlah tangga, bukan eskalator atau lift untuk sikon khusus. Gerakkan kaki, tidak hanya statis duduk dan ngemil. Cara ini tidak otomatis menggantikan olahraga, tetapi Anda masih mendapat manfaat untuk selalu aktif bergerak di tempat kerja. Ingat, kursi duduk-kerja menjadi picu penyebab serangan jantung (hlm 194).
3. Ngemil? Harus!
Makanan ringan di sela makanan utama akan memperbaiki mood seseorang. Pilih makanan sehat, misalnya buah kurma, jeruk, kismis, almon, atau irisan apel akan memberi rasa kenyang dan tidak memberikan kalori berlebihan.
4. Makan teratur.
Durasi waktu ketat kerja menjadi faktor penyulit makan siang. Roti isi yang berbahan dasar gandum menjadi alternatif cemilan di sela makan utama, sekaligus menjadi penyelamat dini jatah makan.
5. Atur cara makan.
Tukarkan teh manis dengan air putih atau teh tawar. Selagi makan, perbanyak komposisi sayur. Tahan diri tidak menambah porsi nasi. Biasakan konsumsi buah terlebih dahulu dan minum air putih segelas sebelum mulai makan. Air akan mengisi lambung awal dan mencegah makan dengan porsi yang berlebihan.
Dokter Vito memungkasi buku ini dengan resolusi pola makan sehat. Resolusi ini vital karena satu faktor inti mengurangi risiko serangan jantung, selain olahraga rutin dan teratur. Pola makan sehat sering lebih mudah dituturkan daripada dijalani.
Sebenarnya, sesulit itukah memiliki pola makan sehat? Pola makan sehat terdiri atas bahan makanan, komposisi, cara pengolahan dengan porsi tepat, dan waktu makan teratur. Inilah tren hidup harian yang sesungguhnya dijalani dengan kesadaran agar sehat dan bugar; bukan sekadar ingin memiliki tubuh ideal, langsing, dan kurus semata. Betapa! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H