Ken Arok tahu betul strategi yang akan dilakukan selanjutnya. Ia mengambil kembali keris tanpa sepengetahuan Kebo Ijo. Keris itu akan digunakan untuk membunuh Sang Akuwu Tunggul Ametung.
Pagi buta, Tumapel digemparkan oleh kematian Sang Akuwu. Tubuhnya kaku besimbah darah dengan keris menancap di perutnya. Atas perintah Ken Dedes dikumpulkanlah semua tokoh- tokoh penting Tumapel untuk mencari tahu siapa pelakunya. Tak butuh waktu lama, semua pihak mengarah kepada satu nama yakni Kebo Ijo.
Kebo Ijo-lah pelakunya, karena dialah yang memiliki benda pusaka itu. Kebo Ijo yang juga ikut hadir dalam pertemuan itu mengelak bahwa dirinya bukanlah pemilik keris itu. Namun tatatapan para tokoh penting di Tumapel seolah tidak percaya. Tekanan begitu kuat menyerangnya. Dirinya kembali meyakinkan bahwa yang memiliki keris itu adalah Ken Arok.
Ken Arok membantah bahwa keris itu adalah bukan miliknya. Ken Arok pun menjelaskan bahwa sesungguhnya Kebo Ijo memang terobsesi ingin menjadi Akuwu. Betapa terpukulnya hati Kebo Ijo. Ternyata ia dijebak sahabat karibnya sendiri. Hancur berkeping-keping persahabatan yang telah dibangun.
Apa daya seperti maling yang ketangkap basah, Kebo Ijo menjadi luapan kemarahan tokoh- tokoh yang hadir. Semuanya sepakat agar Kebo Ijo dihukum seberat-beratnya. Ken Dedes sebagai penentu kebijakan setuju agar Kebo Ijo dihukum mati.
Setelah beberapa lama Ken Dedes yang mengandung janin Tunggul Amatung memerintah Tumapel sendiri dengan bayang-bayang Ken Arok. Hingga akhirnya Ken Dedes mendeklarasikan calon pendamping hidupnya yang baru yakni Ken Arok.
Tidak ada yang berani membantah keputusan Ken Dedes atas pilihannya. Semuanya merestui keputusan itu. Secara otomatis kini Ken Arok adalah Akuwu Baru Tumapel yang sah.
Demikianlah godaaan kekuasaan memperseterukan anak manusia. Pemuda lugu yang pada mulanya ingin mengabdi kepada majikan, lalu tergoda ingin menjadi Akuwu. Ambisinya tak terkendali. Segala cara dilakukan untuk mewujudkannya. Meskipun harus menghianati kepercayaan, merusak persahabatan bahkan membunuh orang-orang yang telah membantunya.Â
Tinta sejarah telah mencatatanya bahwa kekuasaan yang diperoleh dengan mengahalalkan segala cara pun akan hilang. Siapa yang menananm kebaikan maka ia akan menuainya. Begitu juga siapa yang menanam keburukan ia pun akan menuainya. Ken Arok mati ditikam keris oleh anak tirinya sendiri Anusapati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H