Dalam kegundahannya, Ken Arok bercerita kepada sahabat dekatnya Kebo Ijo. Sama seperti Ken Arok. Kebo Ijo adalah pengawal yang cukup terhormat di mata Tunggul Ametung. Sayangnya Kebo Ijo memiliki sifat suka pamer kepada kawan- kawannya. Kebo Ijo dan Ken Arok merupakan anak muda yang punya keinginan menjadi akuwu. Merka saling bercerita dan berbagi kisah suka- duka menjadi pengawal setia Tumapel.
Pada suatu ketika saat mengawal Ken Dedes, angin berhembus semilir, menerpa rombongan permaisuri. Saat Ken Dedes turun dari kereta kencana, angin menerpa balutan kain yang dikenakan Ken Dedes. Tanpa sengaja Ken Arok melihat betis dan bagian rahasia Ken Dedes yang bersinar. Sinar itu amat menyilaukan matanya. Kejadian ganjil ini membuat Ken Arok semakin penasaran. Ia sampaikanlah peristiwa ganjil ini kepada sang guru Eyang Lohgawe.
Betapa terkejut mendengar cerita Ken Arok. Dengan pandangan mata menerawang, Eyang Lohgawe menyimpulkan bahwa Ken Dedes memang wanita yang istimewa. Ia memiliki tanda- tanda sebagai wanita nareswari. Kelak dia akan menurunkan raja-raja besar.
Secara tidak langsung Eyang Lohgawe semakin memberikan semangat kepada Ken Arok untuk mewujudkan mimpinya menjadi akuwu. Meskipun ia tidak sampai mengijinkan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Tidak mungkin seorang pendeta memerintahkan untuk membunuh.
Ken Arok berkeyakinan sinyal yang diberikan Ken Dedes bagitu nyata. Ken Dedes mencintai Ken Arok. Siang malam Ken Arok selalu memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa mengkudeta Tunggul Ametung. Kebencian Ken Dedes dan Ken Arok kepada Tunggul Ametung melahirkan pesekongkolan. Ken Arok yang pada awalnya ingin mengabdi kepada Tumapel, kini berubah menjadi Ken Arok yang haus kekuasaan.
Atas saran dari Ayah angkatnya terdahulu Bango Semparan, Ken Arok mendatangi seorang pandai besi yang amat terkenal di Tumapel. Masyarakat biasa memanggil Empu Gandring. Kualitas senjata yang dibuatnya terkenal hingga Kediri. Ia meminta Empu Gandring membuatkan Keris   dalam   waktu   lima   bulan. Namun permintaan itu tidak disanggupinya. Mpu Gandring meminta waktu satu tahun untuk menyelesaikannya. Ken Arok menyepakati permintaan Empu Gandring.
Ambisi yang membuncah memaksa Ken Arok menemui Mpu Gandring kembali. Ia ingin mengambil keris yang sudah dipesannya. Rasanya sudah tak sabar ingin memilikinya.
Mpu Gandring masih menyempurnakan keris yang belum jadi itu. Dia tidak berkenan memberikannya kepada Ken Arok. Meskipun Ken Arok memintanya, ia tetap teguh pada pendiriannya.
Ken Arok lalu merebut keris itu dari tangan Mpu Gandring, lalu menusukkan ke tengah dadanya dang Empu. Makian dan cacian keluar dari Ken Arok meluapkan kekesalannya kepada Mpu Gandring. Begitu juga Mpu Gandring, dalam keadaan sekarat bersimbah darah ia mengutuk Ken Arok. Ia bersumpah bahwa keris itu akan membunuh tujuh generasi pembawanya.
Setelah Ken Arok berhasil mengambil keris dari tangan Mpu Gandring, ia menujukkan ke sabat dekatnya Kebo Ijo. Betapa Kebo Ijo terpesona dengan keris yang di bawa sahabat karibnya itu. Ia meminta izin kepada Ken Arok untuk meminjamnya sementara.
Kebo Ijo tanpa menyadari telah masuk perangkap Ken Arok. Kebo Ijo memang pengawal yang tangkas, sayangnya ia punya sifat suka pamer benda pusaka. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh Ken Arok demi mewujudkan ambisinya. Masyarakat Tumapel beranggapan bahwa pemilik keris itu adalah Kebo Ijo.