Tibalah waktu yang tepat untuk melakukan Serangan ke Singosari. Bagaikan air bah Gelang- gelangmembumihaguskanSingosari. Kertanegara tewas ditangannya. Siasat Arya Wiraraja berhasil. Hatinya merasa puas mendengar Singosari hancur berkeping-keping di Serang Jayakatwang.
Menantu Kertanegara Reden Wijaya mengungsi Ke Sumenep Madura. Mereka berjalan berkilo-kilo menuju kediaman Adipati Arya Wiraraja. Sang Adipati mengatur siasat kembali dengan keturunan Wangsa rajasa tersebut. Ia bersedia mendukung Raden Wijaya merebut Singosari dari tangan Jayakatwang. Dari sinilah Arya Wiraraja sudah melepaskan diri dari mendukung Jayakatwang. Ia yang pada mulanya mendorong Jayakatwang memberontak, kini ia justru berbalik bersekutu melumpuhkan Jayakatwang. Entah setan apa yang menjadikan begitu cepatnya Arya Wiraraja berubah pikiran. Gerak-geriknya memang sulit dimengerti.
Mungkin pertimbangan seandainya Jayakatwang tetap berkuasa, sulit baginya untuk memperoleh bagian kekuasaan. Perbedaan wangsa menjadi sebab utama pandangan Ini. Meskipun ia telah berjasa memberikan usulan untuk menyerang Singosari, Arya Wiraraja menilai bahwa Kelak Jayakatwang tidak akan memprioritaskan dirinya. Ia tidak akan mendapatkan porsi kekuasaan yang layak. Watak kekuasaan tidak mengenal balas budi.
Dengan demikian ia merencanakan makar selanjutnya kepada Jayakatwang sejak awal berdirinya. Apalagi ia beranggapan bahwa tidak akan lama lagi bangsa Mongol pasti akan mendarat di Pulau Jawa untuk menghukum raja jawa. Kedatangan Bangsa mongol inilah yang nanti diagunakan untuk memukul habis Kediri. Atas usulannya, Raden Wijaya diminta untuk menyerahkan diri ke Kediri. Arya Wiraraja akan mengirim surat ke Jayakatwang agar bersedia menerima Raden Wijaya sebagai abdi Kediri.
Jayakatwang menerima Wijaya sebagai abdi Kediri. Bahkan sang raja memberikan tanggung jawab kepada Raden Wijaya untuk membangun tempat wisata perburuan di hutan Tarik. Kepercayaan dari raja dimanfaatkan untuk membangun basis kekuatan secara sembunyi- sembunyi. Buah dari kesabarannyapun selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil. Hutan yang pada mulanya sepi lalu menjadi ramai dan dinamis. Ia membangun segala hal yang diperlukan layaknya membangun sebuah negara. Semuanya dibangun secara rahasia. Hingga pada saatnya telik sandi Kediri melaporkan hal-hal yang mencurigakan kepada Jayakatwang. Namun sayang Majapahit sudah cukup memiliki kekuatan untuk memberontak. Pasukannya telah terlatih untuk berperang.
Disisi lain Arya Wiraraja membangun komunikasi dengan Mongolia. Kemampuan diplomasi dan pengalaman internasionalnya selama menjadi pejabat di Sumenep sangat membantu siasat ini. Terjalinlah kerjasama antara Mongolia dan Majapahit. Ia akan memukul Kediri dengan memanfaatkan tentara Mongolia. Monggolia tidak tahu bahwa raja yang mereka maksud sebenarnya telah tewas ditangan Jayakatwang. Siasat Arya Wiraraja berhasil dengan mulus.Â
Majapahit yang dibantu pasukan Mongolia berhasil memukul Kediri. Tentara Mongol tidak sadar bahwa mereka sedang masuk skenario Arya Wiraraja. Mereka dengan sukaria merayakan kemenangan dengan meminum arak. Majapahit menyediakan arak Jawa dalam jumlah besar. Pengaruh arak menjadikan tentara Mongolia tak berdaya. Dalam keadaan lemah itulah Majapahit dengan segenap kekuatannya menyerbu tentara Mongolia. Banyak tentara Mongolia yang tewas. Sebagian menuju pantai lalu pulang ke negeri asalnya dan tidak pernah kembali lagi. Mereka pulang ke tempat asal dengan membawa kekalahan.
Singosari berakhir, Mongolia terusir. Siasat yang telah direncanakan bertahun-tahun dengan kesabaran akhirnya terwujud. Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja Majapahit. Arya Wiraraja medapatkan bagian kekuasaan yang ia minta yakni menjadi penguasa wilayah Timur yakni Lumajang dan Blambangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H