Mohon tunggu...
Anton Sadewa
Anton Sadewa Mohon Tunggu... Petani - MAHASISWA UNU PURWOKERTO

Hobi Saya Berkebun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kearifan Lokal Desa Kedungbenda Harmoni Pertanian Terpadu dan Keberlanjutan

22 September 2024   22:05 Diperbarui: 23 September 2024   13:39 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan timbal balik antara petani dan sapi menciptakan simbiosis yang saling menguntungkan. Setiap hari, setelah bekerja di ladang atau setelah selesai menderes, petani Desa Kedungbenda membawa pulang rambanan (pakan ternak) yang mereka kumpulkan sepanjang perjalanan. Sapi kemudian memberikan kotoran yang diolah menjadi pupuk organik untuk tanaman di ladang. Pupuk ini sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman, karena meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Warga Desa Kedungbenda mengaku bahwa penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan hasil panen singkong hingga 15%, serta meningkatkan kualitas tanah yang sebelumnya mengalami degradasi akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Dengan demikian, siklus pertanian di desa ini benar-benar berkelanjutan dan mendukung keseimbangan ekosistem.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Integrasi peternakan dan pertanian menghasilkan nilai tambah

Sistem pertanian terpadu yang diterapkan di Desa Kedungbenda tidak hanya menggabungkan sektor pertanian dan peternakan, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang signifikan. Salah satu contohnya adalah pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik yang digunakan untuk menyuburkan lahan pertanian. Tanaman yang subur dengan pupuk organik, seperti singkong, memberikan hasil yang melimpah dan berkualitas tinggi.

Tanaman singkong, yang menjadi salah satu komoditas utama desa ini, diproses lebih lanjut menjadi produk olahan seperti keripik singkong, yang dijual oleh pelaku UMKM setempat. Menurut data BUMDes, volume produksi keripik singkong mencapai 500 kilogram per bulan, yang memberikan kontribusi pendapatan tambahan bagi 30 pelaku usaha mikro di desa ini.

Selain itu,daun singkong yang muda dimanfaatkan untuk dimasak,sedangkan yang tua diberikan ke hewan ternak & batang singkong yang tidak lagi dimanfaatkan setelah panen digunakan kembali untuk perbanyakan tanaman di musim tanam berikutnya. Penggunaan batang singkong sebagai bibit mengurangi ketergantungan pada bibit baru dari luar desa hingga 40%, yang pada gilirannya meningkatkan ketahanan pangan lokal dan mengurangi biaya produksi.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Tantangan dan adaptasi terhadap perubahan

Seperti halnya praktik pertanian lainnya, sistem terpadu ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca dan musim tanam, serta mengurangi ketersediaan air pada periode tertentu. Untuk mengatasi hal ini,masyarakat Desa Kedungbenda telah mengembangkan sistem pengelolaan air hujan dan irigasi sederhana yanglebih efisien. Mereka juga mengadopsi praktik konservasi tanah dengan menanam tanaman penutup tanah dan rotasi tanaman untuk mempertahankan kualitas tanah dan mengurangi erosi.

Selain itu, keterbatasan akses terhadap teknologi modern sering menjadi hambatan dalam meningkatkan produktivitas. Namun, melalui inisiatif pemerintah setempat, masyarakat mulai diperkenalkan dengan teknologi pengolahan kompos yang lebih efisien dan ramah lingkungan, yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun