Citra museum sebagai tempat yang membosankan dan usang tampaknya harus dibuang jauh-jauh. Saat ini telah banyak museum yang mengusung konsep menyenangkan dan mengasyikkan. Salah satunya adalah Akili Museum of Art. Museum yang berlokasi di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, ini mengusung konsep yang menarik.
Di museum tersebut, sentuhan seni begitu lekat. Saat awal melangkahkan kaki ke dalam museum yang diarsiteki Jeffry Budiman tersebut, atmosfir rasa adem langsung terasa. Bukan karena pendingin ruangan, tapi karena banyaknya tumbuhan hijau yang membuat teduh. Terdapat beberapa bangunan mengelilingi lapangan rumput luas, pepohonan berjajar, dan sebuah kolam renang persegi empat di samping museum.
Sentuhan awal bercitarasa seni sudah terasa di pintu masuk. Pintu museum ini terbilang unik, karena pada kayu-kayunya tertera puisi. Di bangunan cantik bergaya modern-minimalis ini tersimpan 400-an karya seni rupa, seperti lukisan, patung, dan instalasi. Koleksinya mencakup karya seniman modern dan kontemporer dari Indonesia dan mancanegara, seperti dari Cina, Spanyol, Belanda, dan Italia.
Dari ranah lokal, karya-karya dari para empu seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah, Hendra Gunawan dan Affandi dapat ditemui. Dari kalangan pelukis kontemporer ada karya S Teddy D, Agus Triyanto BR, dan Eko Nugroho.
Menjejakkan kaki di lantai pertama, kita langsung dihadapkan pada karya-karya instalasi dan lukisan kontemporer. Di sebuah sudut, terpasang sebuah patung lelaki berlutut memegang pedang. Di sudut lain, ada karya seni berupa dua buah batu yang berlubang intip.
Aneka lukisan bergaya kontemporer realistis yang dipamerkan,selain mengagumkan, juga terasa tidak memberatkan mata awam. Ada sesuatu yang menarik di sana. Lihat saja lukisan Chen Yanning dan Wan Yidong. Pengujung pasti susah membedakan itu lukisan atau foto, karena begitu sempurnanya lukisan wanita cantik tersebut.
Hal lain yang bisa dibilang unik adalah lokasi museum. Karena bertempat di sebuah perumahan, tak heran bila banyak orang kesulitan menyambangi museum ini. Jangan harap pengunjung bisa menemukan papan nama seperti layaknya museum kebanyakan. Pasalnya, museum itu memang didirikan berdampingan dengan rumah tinggal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H