Di grup Pecinta Sandiwara Radio di facebook sedang ramai pembicaraan mengenai akan tayangnya versi baru sandiwara radio legendaris Tutur Tinular. Kebanyakan sudah pesimis akan kualitas sinetron ini setelah melihat kostum dan juga pemainnya.Â
Memang dua hal ini masih bisa diperdebatkan. Hanya satu yang tak bisa ditawar lagi, soal cerita. Semuanya sepakat jika ceritanya tidak sesuai aslinya dan bahkan melenceng jauh, hanya ada satu pilihan, berhenti mengikuti sama sekali.
Rupanya para anggota yang punya kenangan indah masa kecil, tumbuh besar bersama tokoh-tokoh seperti Arya Kamandanu, Nari Ratih, Mei Shin, Brama Kumbara, Mantili, Lasmini dan tokoh-tokoh sandiwara radio lainnya, sangat sensitif soal cerita asli ini. Tentunya bukan tanpa sebab.Â
Pengalaman mengecewakan versi terakhir Tutur Tinular dan Saur Sepuh yang tayang di stasiun televisi kita sangat mengecewakan para penggemar dua sandiwara radio legendaris ini.Â
Dalam sinetron Tutur Tinular terakhir, muncul tokoh berpakaian kalelawar mirip Batman. Saya juga tidak terlalu paham, siapa tokoh ini karena memang tidak mengikuti dari awal. Namun, untuk versi terakhir sinetron Saur Sepuh, saya mencoba mengikuti dari awal. Tapi apa yang saya saksikan sungguh mengecewakan.Â
Brama Kumbara yang selama ini diketahui para penggemarnya hanya memiliki satu guru, yaitu Kakek Astagina, dikisahkan punya guru seorang perempuan. Duh, terlalu! Sepertinya kisahnya memang ingin meniru kisah Yoko dan Lung dari negeri Tiongkok itu.
Baru dua hari yang lalu saya dibikin kaget ketika iseng browsing di instagram. Ada sebuah poster film berjudul Pulung. Judul ini mengingatkan saya tentang tokoh novel karya Bung Smas yang pernah mengisi hari-hari masa kecil saya. Langsung saja saya kepo istilah kekiniannya, mencari tahu tentang film ini.Â
Ternyata memang benar. Pulung adalah sinetron yang diangkat dari karya penulis cerita anak yang terkenal di era 80-an itu. Sinetron ini tayang sejak Januari tahun 2021 ini, namun sama sekali saya tak mendengar dan mengetahui ada gemanya. Mungkin kurang berhasil seperti Ikatan Cinta, yang walau pun tak mengikuti sama sekali, saya tahu kehebohan yang ditimbulkan sinetron itu.
Dari yang saya telusuri di dunia maya, memang nama tokoh-tokohnya, seperti Pulung, Polan, Gruno, Sriti, Tugi, dan Nansy masih ada. Namun, melihat cuplikan beberapa adegan sinetron ini di Youtube, sama sekali jauh dari apa yang ada dalam imaji saya tentang tokoh Pulung ini.Â
Mengapa sinetron suka merusak kisah asli yang sudah bagus? Inilah yang dalam hati saya tanyakan. Mungkin alasannya biar lebih kekinian dan dapat diterima generasi sekarang. Tapi ya gak terlalu hancur gitu juga,Ferguso! Di luar, banyak kisah tokoh-tokoh fiksi lama yang dibuat ulang dengan cerita dan setting yang tetap terjaga. Nancy Drew, misalnya.
Kenangan saya akan seorang anak usia SMP yang berambut kaku dan ada bekas luka di dekat matanya karena kena ranting pohon turi, bandel, anak seorang bayan di desanya, jago ngaji dan silat jadi rusak karena sinetron ini.Â
Tak tahu apakah ada tokoh guru ngaji si Pulung yang bernama Wak Solikun tampil di sinetron ini, atau tokoh Om Wi, paman Pulung yang seorang polisi, yang dipanggil Pulung dengan si Man (singkatan dari Paman). Juga tokoh-tokoh lain seperti Gogor, Wak Sakeh, Dang Legiman, Om dan Tante Yan, dan lain-lain.
Dulu sekitar tahun 2000-an, sempat tayang sebuah sinetron yang diangkat dari novel anak berjudul Imung karya Arswendo Atmowiloto. Untuk sinetron yang mengangkat kisah detektif cilik ini, saya akui lumayan bagus dan sesuai dengan kisah aslinya. Pemilihan tokoh yang memerankannya pun bagus. Imaji saya tentang seorang anak cerdas dengan rambutnya yang malas dirapikan dan lututnya yang korengan tetap terjaga.Â
Ah, seandainya orang-orang yang berwenang dalam mengangkat tokoh-tokoh fiksi dari media yang berbeda ke layar kaca ini lebih bisa memahami perasaan penggemar lama tokoh-tokoh ini. Kalau masih seperti yang terus terjadi, saya tak berharap serial masa kecil yang pernah saya ikuti, seperti Sersan Grung-Grung, Noni, Astrid, Kelompok 2 & 1, diangkat menjadi sinteron. Cukuplah Pulung saja!Â
* Ini saya tulis sambil harap-harap cemas menanti penayangan perdana sinetron Tutur Tinular di salah satu televisi swasta kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H