UPGRADE KURIKULUM DAN VISI PANDEMIK
Entah sumber KBBI penulis yang kelas "kacangan" atau karena kurang kepo-nya penulis, yang jelas penulis cukup kelimpungan dengan terjemahan kata upgrade ini ke dalam bahasa Indonesia.Â
Semoga pembaca maklum bila kemudian kata upgrade tetap penulis pertahankan dalam artikel ini. Makna inti dari kata "upgrade", sepenangkapan penulis, adalah peningkatan kelas ke kelas yang lebih disempurnakan karena daya dorong kemajuan yang ingin menyerasikan gerak langkah pada sektor-sektor lain dalam lingkungan yang senantiasa dinamis.
Dengan demikian, menurut hemat penulis, ada dua kata kunci dari pilihan atau keputusan terkait upgrade, yakni kecanggihan dan keserasian gerak.
Dalam kondisi pandemik covid ini, pada saat semua bidang kehidupan terpaksa menutup atau membatasi kerapatan fisik, ada satu hal yang menarik minat penulis, yaitu naluri untuk tetap bersaling-hubungan dengan rupa cara yang bagaimanapun.Â
Upaya untuk tetap "interconnected" yang tahan-banting ini jadi menarik perhatian, karena dapat kita jadikan modal atau patok atau tameng alat tempur.Â
Naluri interconnected ini merupakan salah satu aspek utama dari "human nature" yang harus kita perhitungkan dalam rencana lompatan atau "bajakan" terkait revolusi pandemik (meskipun sejatinya pandemik ini hanyalah faktor pemicu arus perubahan cepat yang sudah berjalan jauh lebih dahulu).
Bertolak dari patok naluri interconnected ini, kita mulai mempertanyakan sterilitas kehidupan dunia akademik yang selama ini masih kita pegang "keukeuh" sebagai bagian dari budaya akademik.Â
Platform budaya sterilitas ini mulai kita ragukan efektivitasnya, manakala gaya hidup informasi digital yang berpatok pada platform interconnected mulai merambah dan mendominasi nyaris semua sektor kehidupan. Siapa yang berkuasa, dan siapa yang diakui dan dipatuhi kebenarannya mulai bergeser dari patok perspektif tunggal ke patok perspektif ganda yang lintas disiplin dan lintas koneksi.Â
Bahkan, bila proyeksi ini kian kita regangkan jauh ke depan, sampai batas ketika udara kehidupan mulai tercemar dan jadi ancaman, bisa jadi sterilitas rumah sakit atau fasilitas kesehatan pun mulai menghadapi era keusangan.Â
Seberapa bersih dan sterilnya lingkungan, bila udara yang jadi momok-nya maka hanya ada satu cara survivalitas, yakni kemampuan dan kemauan untuk bermain dengan piranti oksigen.Â