Perbedaan dan Tren Fundamental Kedua Paslon dalam Pilpres 2019
Untuk memudahkan generasi millenial dalam menilai kedua paslon, maka penulis mencoba menarik benang merah fundamental terkait perbedaan dan tren di antara kedua paslon. Yang perlu digarisbawahi adalah sifat fundamental (keberakaran) gejala yang penulis pilih.
Ciri fundamental
paslon 1 vs paslon 2 :
 1. Berpengalaman vs Kesegaran
PASLON 1
Pengertian berpengalaman mencakup pemahaman akan keterbatasan dan keleluasaan gerak &/ arah kebijakan, termasuk dalam hal ini warisan kewajiban/ hutang dari rejim terdahulu. Nilai pengalaman dinilai dari tingkat atau kemampuan mengatasi kendala/keterbatasan dalam mewujudkan berbagai target pemenuhan visi-misi awalnya. Tingkat kemampuan ini tercermin dalam laporan pencapaian program atau kinerja dan laporan komparasi prestasi dengan rejim terdahulu atau dengan lembaga eksternal (luar negeri).
PASLON 2
Kesegaran atau kebaruan lebih berjangkar pada visi-misi alih-alih pada prestasi karya (karena paslon penantang masih tan-karya). Visi-misi penantang harus mengandung kebaruan yang relevan dan dapat dijalankan (operasionalized), serta tidak merusak atau menihilkan hasil yang telah dicapai oleh pendahulunya. Visi-misi yang adekuat akan melahirkan terobosan ke arah hasil akhir yang luar biasa, sebaliknya (visi misi tambal sulam) akan memunculkan "chaos" dan kerentanan disegala aspek.
Berdasarkan tren fundamental di atas, penulis mencoba merunut rangkaian konsekuensi utama berdasarkan prinsip resiko terkecil, yaitu:
2. Keberlanjutan vs Perombakan
Pencapaian prestasi pembangunan yang terjaga menjamin keberlanjutan dan peningkatan kesejahteraan, sedangkan penerapan visi misi baru cenderung memunculkan perombakan relatif besar dan upaya perombakan ini kian  menjadi kritis, mengingat aspirasi internal yang sudah terlanjur berkembang dan kondisi global yang menuntut kesegeraan kontinuitas. Bila visi misi yang mendasari perombakan kurang adekuat, maka tren yang akan muncul berikutnya adalah:
3. Kelancaran vs Kebuntuan
Keberlanjutan memungkinkan kelancaran dalam mengejar ketertinggalan dan daya koreksi yang lebih efektif, sedangkan perombakan dengan visi misi yang kurang adekuat memungkinkan lahirnya kebuntuan di sektor utama dan sektor terdampak. Visi misi yang adekuat pun belum menjamin akan adanya kelancaran dalam perombakan mengingat kondisi tuntutan percepatan perubahan. Tren kelancaran vs kebuntuan ini bila tidak cepat teratasi akan memunculkan tren berikutnya, yaitu: