Yuk kita memantaskan diri sendiri sebagai hambanya terlebih dahulu, baru kemudian untuk pasangan kita agar kelak dapat menggapai kemuliaan dan kehidupan terbaik dunia serta akhirat.
"Ingatlah kita akan diuji  oleh sesuatu yang benar-benar kita cintai, bisa jadi sebab Allah SWT cemburu, hamba yang pada mulanya begitu mencintainya, sedang lupa dan lalai tanpa sadar".
Andaipun kelak dipertemukan dengan dengan jodoh kita, maka berharaflah dan berdo'alah semoga kecintaan kepadanya (jodoh) tak lebih tinggi dari kecintaan kita kepada-Nya, tuhan yang maha membolak-balikan hati manusia. Sebab jika Allah SWT tidak ridhlo, tentu tak akan sulit bagi-Nya untuk mengambil kembali apapun yang dirasa sudah menjadi milik kita sendiri.
Maka, undanglah keridhloan-Nya denga tetap menempatkan ilahi robbi di posisi tertinggi di hati kita, jangan dulu menduakan dengan hambanya yang mungkin bisa memberi luka kepada kita.Â
Karena walau bagaimanapun salah satu penyempurna keberagamaan bagi umat muslim adalah dengan cara menikah sebagaimana yang telah diterangkan dalam fiqh pernikahan (munaqahat). Menikah selain membangun rumah tangga dalam Islam, juga dapat memberikan banyak kebaikan pada kehidupan dunia maupun akhirat.
Penulis : Evi Siti Maesaroh (Mahasiswi PAI-FPIK Universitas Garut)
Editor  : Anton News
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H