Part #1. No Plan Is Best Plan
Ide motoran ke Labuan Bajo itu muncul tiga hari sebelum hari keberangkatan. Hari Jumat sore waktu itu. Tidak banyak pertimbangan karena sepertinya menarik untuk dieksekusi. Menantang dan terpenting tujuannya adalah Labuan Bajo. Walaupun jarak di google maps 667 KM. Lahir dan tumbuh besar di Flores lalu tidak pernah ke Labuan Bajo itu kayaknya kuno dan tergolong manusia lemah.
Sabtu pagi saya ke bengkel, servis motor FreeGo 125 cc yang akan kami kendarai. Ganti oli, ganti kampas rem, ganti ban. Istri di rumah mempersiapkan pakaian dan barang bawaan yang diperlukan selama perjalanan. Barang yang dipersiapkan sehemat mungkin, mengingat perjalanan menggunakan sepeda motor.
Sabtu sore kita tetap olahraga seperti biasanya. Sepedaan dan jogging. Fisik yang prima menjadi modal utama menjalankan rencana ini. Apalagi perjalanan low budget pastinya akan  sangat menguras fisik.
Hari minggu kita lanjutkan persiapan, beberes rumah biar dtinggal dalam keadaan rapih. Motor dicuci bersih, penuhkan tangki bensin dan pastikan semua dalam keadaan normal. Persiapan bekal untuk makan di perjalanan lalu lanjut istirahat yang cukup.
Senin pagi jam 04.00 kami bangun dan bersiap jalan. Jam 05.00 kami keluar dari Kota Larantuka. Mulai menyusuri jalan terpanjang di Pulau Flores. Melewati tempat yang belum pernah kami lewati sebelumnya. Petualangan tanpa banyak rencana A dan B. Hanya gagasan, persiapan singkat dan pergi.
Satu jam perjalanan kami melewati lembah Hokeng. Gunung Lewotobi yang waktu itu masih tenang dan tenteram menyambut dengan hawa dinginya. Istirahat pertama di perjalanan ini di gapura perbatasan Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka. Karena bangun kepagian dan hawa dingin khas daerah pegunungan membuat ngantuk. Perjalanan kami lanjutkan 20 menit kemudian.
Sekira pukul 07.30 kami memasuki Kota Maumere, perhentian berikutnya di SPBU. Butuh Rp. 22.000,- untuk mengisi bensin sampai penuh kembali. Karena sepertinya masih mengantuk, kami mampir ke rumah kerabat. Sarapan pagi di sana, kemudian tidur dulu sekitar 1 jaman. Selow -- selow. Kami melanjutkan perjalanan menuju ke Ende tepat jam 10.00. Matahari mulai teriknya, melewati jalan berkelok-kelok tanjakan dan turunan daerah Nita.
Sempat beberapa kali berhenti, sekedar meluruskan kaki sebelum tiba di SPBU Wolowaru. Kali ini butuh Rp. 28.000,- untuk mengisi bensin hingga penuh tangki motor. Jalan yang berkelok-kelok dan menanjak membuat konsumsi bensin lebih boros. Kira-kira pukul 12.00 siang saat itu, kami kemudian melanjutkan perjalanan sembari mencari tempat terbaik untuk makan siang, bekal yang sudah kami bawa dari rumah.
Wilayah perbukitan kaki gunung kelimutu jadi pilihan tempat makan siang. Kabut mulai memperpendek jarak pandang. Saat yang tepat untuk beristirahat dan makan siang. Kami menepi di area kiri jalan. Sebelah kanan tebing lumayan tinggi dan beberapa meter di sebelah kiri jurang yang dalam. Saat itu tidak sedang hujan, jadi sepertinya aman.