Salah satu pondok pesantren yang menjadi tempat untuk diselenggarakannya kegiatan ekskursi di tahun ini terletak di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pondok Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon yang terletak di daerah Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi tempat destinasi yang dituju, bagi 2 guru pendamping dan 26 siswa yang berangkat dari Kolese Kanisius, Jakarta sekitar pukul 07.00 WIB. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 jam, kami pun akhirnya tiba di sana.
Sesampainya di sana, kami disambut hangat oleh para santri dan pengurus Pondok Pesantren Al-Furqon. Setelah makan siang, kami dikumpulkan di Gedung Serbaguna H. Andi. Di sana, kami diberikan sebuah pengantar dan sambutan dari pengurus Pondok Pesantren Al-Furqon, Drs. H. Uum Syarif Usman selaku Modir (setara dengan kepala sekolah).Â
Salah satu pesan yang ingin disampaikan adalah berupaya untuk terbuka agar membangun dan membentuk sebuah relasi yang positif dengan para santri, guru, maupun pengurus pondok pesantren. Selain itu, ditekankan pula agar kami dapat mempelajari, mengikutimu, dan menjalani kebiasaan-kebiasaan yang ada di Pondok Pesantren Al-Furqon. Setelah diberi pengantar oleh perwakilan pengurus pondok pesantren dan guru pendamping, kami lantas melanjutkan aktivitas dengan mencoba berbaur dengan para santri melalui olahraga bersama. Selama beraktivitas dan berdialog bersama para santri, kami bertukar pikiran tentang kehidupan, mulai dari kebiasaan bersekolah hingga tentang kepercayaan. Tak butuh waktu lama bagi para santri dan siswa dari Kolese Kanisius untuk dapat membaur dan menciptakan suatu hubungan yang harmonis dan hangat.
Dialog demi Dialog untuk Merajut Asa Persatuan
Di luar melakukan aktivitas seperti olahraga bersama di Pondok Pesantren Al-Furqon, kami juga melakukan berbagai aktivitas yang melibatkan berbagai dialog. Mulai dari hari pertama, di mana kami dikumpulkan untuk melakukan dialog perkenalan tentang profil sekolah SMA Kolese Kanisius dan Pondok Pesantren Al-Furqon. Di momen tersebut, kami tidak hanya bertukar pikiran melalui pernyataan maupun pertanyaan, tetapi juga bersamaan dengan para santriwati di sana. Sedikit demi sedikit, kami perlahan bisa memahami dan mengenal kebiasaan hidup tinggal di lingkungan Pondok Pesantren Muhammadiyah.Â
Selain mengenal profil dan kebiasaan para santri dan santriwati, kami juga beberapa kali bertukar pikiran tentang kepercayaan. Rasa antusias dan ingin tahu yang mengobarkan dialog kami dengan para santri dan santriwati di sana. Kami saling bertukar pikiran antara keyakinan Kristiani dengan Islam. Awalnya sempat muncul keraguan karena ini merupakan topik yang sensitif untuk dibawa ke dalam sebuah dialog. Tetapi, suasana yang cair dan hangat serta cara pembawaan yang ramah antar kedua belah pihak sangat mendukung berjalannya dialog kami.Â
Tidak hanya berkumpul bersama untuk pertukaran informasi mengenai profil kedua instansi pendidikan, kami juga berkesempatan untuk berdialog di luar kegiatan formal. Sesederhana ketika melakukan makan bersama menjadi kesempatan untuk bisa mengenal lebih dalam pula suka duka menjalani pendidikan di pondok pesantren maupun bersekolah biasa. Dari dialog yang dijalani bersama-sama, kami turut sadar akan satu hal.Â