Teks anekdot memiliki peran penting sebagai kritik yang membangun. Dalam konteks anekdot, Gus Dur menggunakan kritik membangun terhadap pejabat pemerintah yang hanya menerima hasil akhir dan memberikan apresiasi, tanpa bekerjasama dengan bawahannya. Peran dominan teks anekdot adalah untuk memperkaya hubungan antarindividu dan membawa tawa kepada sesama. Anekdot merupakan karya yang harus dipandang sebagai demikian, bukan sebagai ejekan atau ujaran kebencian.
Cerita anekdot yang diberikan mengingatkan kita untuk menghadapi kehidupan dengan humor, seperti yang dilakukan oleh Gus Dur. Ketika Gus Dur digulingkan dari jabatannya sebagai presiden, ia tetap mampu membuat anekdot-anekdot dan mengolah perasaannya menjadi karya seni. Bahkan saat menjabat, ia sering kali membuat anekdot yang mengkritik berbagai hal, mulai dari sistem pemerintahan hingga koruptor di Indonesia.Â
Hal ini mencerminkan kepribadian sebenarnya Gus Dur, yang "outspoken" dan mahir menggunakan kata-kata dalam berbagai kesempatan, baik sebagai senjata untuk menyerang maupun untuk mengelabui orang lain. Gus Dur tetap berani menyuarakan pendapatnya meskipun seringkali menimbulkan kontroversi. Menurut saya, artikel karya Pak Ari Indarto sudah bagus, tetapi dapat dilengkapi dengan lebih mendalam tentang motivasi pemerintah dalam menyembunyikan suara kritik, yang seharusnya menjadi panduan penting bagi perkembangan dinamika demokrasi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H