Mohon tunggu...
Antonius Babo Wea
Antonius Babo Wea Mohon Tunggu... Lainnya - Profil tersebut di atas adalah profil pribadi

Nama Lengkap: Antonius Babo Wea Nama Panggil : Anton status: Menikah pekerjaan; swasta

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari

Perempuan Petani dalam Pusaran Perekonomian Keluarga

12 Mei 2022   15:34 Diperbarui: 12 Mei 2022   15:41 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh

Ferdinandus Mau Manu

Koordinator Program Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Labuan Bajo

Elizabeth (2007) dalam artikelnya yang dikutip oleh  Komolawati, dkk (2012) menjelaskan bahwa perempuan memiliki peran ganda yang terdiri dari perannya sebagai ibu rumah tangga dengan tugas utama mengurusi kebutuhan suami dan anak, perempuan juga berperan menjadi pencari nafkah. Kedua peran ini dapat dijalankan oleh seorang perempuan petani. Ia dapat menjalankan peran ganda ini baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebgai pencari nafkah. Sebagai pencari nafkah perempuan petani dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan ataupun sebagai pencari nafkah utama.  Sebagai  ibu rumah tangga, perempuan petani dapat berperan sebagai tenaga kerja keluarga, yang walaupun tidak langsung menghasilkan pendapatan, namun secara produktif dapat mendukung kaum pria (kepala keluarga) untuk mencari penghasilan. 

Perempuan sebagai pencari nafkah dalam kegiatan pertanian, memiliki peran yang sangat penting dalam membangun pertanian. Dalam proses pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Labuan Bajo mendapati sejumlah perempuan yang berperan sebagai kepala rumah tangga. Kaum perempuan ini menjalani tugasnya sebagai kepala rumah tangga dan mereka bekerja sebagai petani yang bergerak dalam bidang pertanian. Mereka mengusahakan tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.  Perempuan petani sebagai kepala rumah tangga tersebut menjadikan pertanian sebagai penyangga perekonomian keluarga. Kaum perempuan yang menjadi kepala rumah tangga ini terjadi dengan banyak faktor.  Ada yang ditinggal mati oleh suami, atau suami yang pergi dengan alasan merantau dan tidak pernah kembali. Kaum perempuan penyandang kepala rumah tangga yang dijumpai ini pada umumnya memilki semangat kerja dan hidup bersolider. Mereka menjadi sangat aktif dalam berbagai kegiatan baik sosial maupun pemerintahan termasuk juga kegiatan yang diadakan oleh Yakines.  Secara kasat mata mereka tampak tegar dan kuat menjalankan roda perekonomian rumah tangga. Mereka sanggup membiayai sekolah anak-anak mereka secara mandiri. Meski tampak aktif secara keorganisasian namun mereka juga seringkali bersifat pasif dan menerima saja perlakuan yang tidak adil terhadap mereka baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar.

            Aida Hubeis (1993 dalam Nasir. 2012) yang juga dikutip oleh Komolawati, dkk (2012) menjelaskan bahwa pelaksanaan pembangunan pertanian akan berhasil jika dapat melibatkan seluruh sumber daya yang tidak hanya terdiri dari kaum pria saja tetapi juga oleh kaum perempuan petani yang tinggal di pedesaan. Melibatkan kaum perempuan dalam proses pembangunan dalam bidang pertanian dapat mengatasi krisis pangan akibat berkurangnya lahan produktif seperti yang sedang dialami dalam dunia dewasa ini.

            Tulisan ini merupakan analisis atas usaha yang dijalankan oleh kaum perempuan petani dalam rangka menopang kehidupan perekonimian rumah tangga mereka. Analisis sederhana ini dilakukan atas sejumlah kaum perempuan petani yang berada di wilayah Translok, Blok C, Desa Golo Tanggar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. Proses ini bermula dari kegiatan monitoring yang dilakukan penulis atas sekelompok perempuan petani yang aktif melakukan pengembangan tanaman sayur untuk menyanggah perekonomian rumah tangganya.

Menurut pengakuan salah seorang perempuan petani pengrajin usaha tanaman sayur dari wilayah tersebut yang bernama Margreta Gawut, menjelaskan bahwa dengan mengembangkan sayur secara mandiri dan bervariasi, mereka telah mendapatkan banyak keuntungan. Keuntungan yang mereka peroleh antara lain meningkatkan pendapatan keluarga, memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, dan sisa hasil pembersihan sayur dapat dijadikan pakan ternak. Keuntungan lain adalah sayur dengan teknologi pertanian organik sangat membantu untuk menghemat biaya dalam proses produksi dan memperoleh hasil dengan kualitas yang baik.

Meningkatkan pendapatan keluarga.

Pengembangan sayur telah memberikan nilai tambah yang sangat signifikan dalam aspek pendapatan.Selain kebutuhan rumah tangga terpenuhi, dari hasil penjualan sayur dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Margaretha Gawut salah satu perempuan petani yang dijumpai saat melakukan monitoring kegitan mengungkapkan, "Kami yang hidup di kampong dituntut untuk harus selalu memiliki uang di tangan. Karena hampir setiap waktu, baik tetangga maupun anggota keluarga kita selalu menyelenggarakan acara sosial dan juga keluarga besar sering menyelenggarakan acara keluarga. Maka kita dituntut harus memiliki anggaraannyaSalah satu sumber yang juga menjanjikan adalah dari hasil penjualan sayur. Saya sendiri tidak pernah malu menjual sayur, baik di pasar maupun penjualan dari rumah kerumah. Orang lain mungkin merasa gengsi, tapi bagi saya ini peluang yang baik bagi seorang perempuan, bahwa dia harus mandiri dalam keluarga. Tidak boleh hanya berharap penghasilan yang dicari oleh suami".

Konsumsi keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun