Indonesia saat ini tengah mengalami beban penyakit ganda. Angka kematian akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan penyakit menular masih belum teratasi. Kita juga sering mendengar di media cetak maupun elektronik mengenai berbagai penyakit seperti stroke, jantung koroner, diabetes, dan lain sebagainya.Â
Usaha kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dirasa tidak cukup untuk menangani berbagai masalah kesehatan yang kompleks tersebut. Transisi pada kesehatan disebabkan oleh dua hal, yaitu transisi demografi dan transisi epidemiologi. Adanya perubahan seperti meningkatnya pendapatan dan tingkat pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, serta berkembangnya teknologi kesehatan maupun kedokteran di masyarakat menyebabkan munculnya transisi demografi. Sementara itu, adanya perubahan pola kematian, terutama akibat infeksi, angka harapan hidup penduduk yang semakin tinggi, dan meningkatnya penyakit tidak menular atau yang disebut juga sebagai penyakit kronik menyebabkan munculnya transisi epidemiologi.
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama dari kematian secara global. Berdasarkan data World Health Organization (2008) menunjukkan bahwa sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiga dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.Â
Penyakit Tidak Menular telah membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun di negara-negara dengan tingkat ekonomi yang rendah dan menengah (29%) diantaranya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular, sedangkan di negara-negara maju menyebabkan  (13%) kematian.Â
Beberapa Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain: penyakit kardiovaskular (39%) dan kanker (27%) menyebabkan kematian pada orang-orang yang berusia kurang dari 70 tahun, sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain menyebabkan sekitar (30%) kematian, serta (4%) kematian disebabkan oleh penyakit diabetes. Transisi epidemiologi telah terjadi selama 12 tahun (1995-2007) dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun, proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5% (Riskesdas, 2007; Â SKRT, 1995 dan 2001).
Diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian pada tahun 2008 disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung berkisar antara 42% di negara berpenghasilan rendah dan 4% di negara berpenghasilan tingggi. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, jenis dari penyakit kardiovaskuler antara lain: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal Jantung, Hipertensi dan Stroke.Â
Dari hasil diagnosis dokter, diketahui prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan dari hasil diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Dari hasil diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Dari hasil diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%).
Apa Itu Penyakit Jantung Koroner ?
Penyakit jantung koroner (Coronay Artery Disease (CAD)) merupakan kondisi di mana terjadinya penumpukan plak pada arteri koroner yang menyebabkan arteri koroner menjadi menyempit. Penyakit Jantung Koroner ini disebabkan oleh tertumpuknya kolesterol sehingga membentuk plak pada dinding arteri dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan berjalannya waktu, Penyakit Jantung Koroner dapat menyebabkan otot jantung menjadi lemah, dan menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung dan aritmia (gangguan irama jantung).
Apa Saja Yang Menjadi Risiko Penyakit Jantung Koroner ?
Beberapa faktor Risiko yang dapat mempengaruhi penyakit jantung koroner, antara lain:
- Semakin bertambah tuanya usia, maka arteri akan semakin menyempit dan rapuh.
- Jika ada anggota keluarga yag menderita gangguan jantung, maka risiko PJK akan meningkat.
- Penyempitan arteri disebabkan oleh nikotin pada rokok dan kerusakan vaskular yang disebabkan oleh carbon monoxit.
- Riwayat tekanan darah tinggi, kadar lemak darah yang tinggi.
- Stres atau trauma mental psikologis pada jangka waktu panjang.
Apa Saja Gejala Dari Penyakit Jantung Koroner ?
Gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh tubuh antara lain:
- Dada terasa nyeri, terjadi ketika area otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen. Timbul tekanan pada dada, serta akan dirasakan ketika terlalu banyak beraktivitas. Selain dada, rasa nyerinya juga bisa menjalar ke leher, rahang, bahu, lengan, atau punggung.
- Mual dan keringat dingin, ketika pembuluh darah menyempit, otot-otot jantung akan kekurangan oksigen sehingga menyebabkan suatu kondisi yang disebut iskemia. Kondisi demikian akan memicu keluarnya keringat berlebih dan penyempitan pembuluh darah, yang kemudian muncul sebagai suatu sensasi yang sering dideskripsikan sebagai keringat dingin. Di sisi lain, reaksi mual dan muntah dapat dipicu oleh iskemia.
- Sesak nafas, ketika tidak normalnya fungsi dari kerja jantung akan berimbas pada kelancaran pernapasan penderitanya, sehingga rentan untk mengalami sesak napas. Sesak napas biasanya terjadi bersamaan dengan nyeri dada.
Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner ?
Untuk dapat mencegah Penyakit Jantung Koroner, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
- Mengatur pola makanan sehat seimbang, banyak mengonsumsi buah dan sayuran, mengonsumsi produk susu rendah lemak dan mengurangi makanan berlemak lainnya.
- Berolahraga secara teratur, seperti berjalan kaki selama 30 menit perhari.
- Selalu mempertahankan berat badan yang ideal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H