Mohon tunggu...
Antonius Nesi
Antonius Nesi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis adalah alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; Dosen Unika St Paulus Ruteng, Flores, NTT; Saat ini sedang menempuh studi pada Program Doktor Ilmu Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bahasa untuk Kedaulatan Ekonomi Masyarakat Lokal

5 Februari 2019   20:25 Diperbarui: 7 Februari 2019   15:00 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para penjual kain tenun Alor yang berjualan di atas kapal di Pulau Ternate, Alor, NTT. (Kompas.com/Silvita Agmasari) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul

Mereka datang sekaligus untuk belajar banyak hal seperti sejarah, bahasa, budaya, dan lain-lain. Jika kita selaku tuan rumah merasa bahwa kedatangan mereka dapat berdampak positif untuk kedaulatan ekonomi masyarakat lokal, apapun tujuan mereka, mereka mesti kita layani secara profesional. 

Kenyataannya, tempat-tempat pariwisata kita belum dikelola secara maksimal. Dalam perjumpaan dengan beberapa kelompok turis dari mancanegara di Wae Rebo, Manggarai, mereka mengakui bahwa mereka datang untuk studi. Mereka membutuhkan native speaker untuk menelusuri banyak hal seperti sejarah, antropologi, dan makna simbol-simbol pada rumah adat tradisional Wae Rebo.

Berdasarkan hasil perbincangan ternyata diketahui bahwa mereka tengah melakukan penelitian Etnografi. Wajarlah, peran native speaker menjadi kunci utama. 

Bagi saya, fenomena seperti di atas merepresentasikan "nasib" sebagian besar tempat pariwisata kita. Maksudnya, sumber daya pariwisata kita telah tersedia, tetapi itu tidak diimbangi dengan keterandalan sumber daya manusia.

Hal itu terbukti dengan sulitnya para turis berkomunikasi dengan native speaker, sulitnya mereka mendapatkan penginapan dan akomodasi yang layak, dan lain-lain. 

Di sinilah, menurut saya, bahasa memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat lokal, yaitu masyarakat lokal mesti dibekali dengan kompetensi komunikatif. 

Sehubungan dengan itu, sejarah tempat pariwisata mesti dikaji dan dicatat dengan benar agar masyarakat lokal mampu menyajikannya secara tepat kepada para tamu. Hal itu untuk menghindari kesalahan -- jika sebuah penelitian terkait tempat-tempat pariwisata kita kemudian dipublikasikan di luar -- tentang sejarah kita sendiri.

Lebih dari itu, masyarakat lokal perlu dipersiapkan untuk membangun peradaban baru melalui wirausaha kursus bahasa. Hal itu akan sangat membantu para wisatawan untuk mendapatkan akses pengetahuan secara lebih terpercaya.

Pada sisi lain, tata krama komunikasi praktis menjadi urgen untuk mendukung jenis layanan lain seperti kuliner dan penginapan standar layak. Dengan demikian, masyarakat lokal tidak menjadi penonton di rumah sendiri.

Simbol dan Kebijakan

Salah satu jenis cendera mata paling berharga di mata para turis mancanegara yang dimiliki oleh hampir setiap entitas etnik di NTT ialah kain tenun motif yang sangat elok. Pada kain tenun motif setiap entitas etnik terukir rupa-rupa simbol yang sangat menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun