Halo sahabat kompasiana yang terkasih! Mari kita menyelami keindahan puisi "Pulang Malam" karya Joko Pinurbo bersama-sama. Dalam tulisan ini, kita akan mengupas makna dan kiasan mendalam yang terkandung di dalamnya.
 Bagi para penikmat sastra, khususnya puisi, tentu tidak asing dengan nama Joko Pinurbo. Salah satu puisinya yang menarik untuk dibahas adalah "Pulang Malam". Mari kita lakukan analisis mendalam terhadap karya indah ini.
Pulang Malam
Karya: Joko Pinurbo
Kami tiba larut malam.
Ranjang telah terbakar
dan api yang menjalar ke seluruh kamar
belum habis berkobar.
Di atas puing-puing mimpi
dan reruntuhan waktu
tubuh kami hangus dan membangkai
dan api siap melumatnya
menjadi asap dan abu.
Kami sepasang mayat
ingin kekal berpelukan dan tidur damai
dalam dekapan ranjang.
mari kita lihat bahasa kias yang ada dalam puisi tersebut
1. Ranjang telah terbakar dan api yang menjalar ke seluruh kamar belum habis berkobar.
- Kiasan: Api di sini melambangkan hasrat, semangat, atau bahkan kehidupan.
- Makna: Ranjang sebagai simbol keintiman dan kehangatan telah "terbakar", menandakan berakhirnya sebuah hubungan atau semangat hidup. Api yang terus berkobar menunjukkan bahwa penderitaan atau kesedihan masih terus berlanjut.
2. Di atas puing-puing mimpi dan reruntuhan waktu.
- Kiasan: Puing-puing mimpi dan reruntuhan waktu melambangkan kehancuran harapan dan impian.
- Makna: Ungkapan ini menggambarkan waktu yang seolah-olah berhenti atau berjalan mundur. Masa lalu yang indah dan penuh makna kini terasa seperti reruntuhan yang tidak bisa diperbaiki.Â
3. Tubuh kami hangus dan membangkai
- Kiasan: Tubuh yang hangus dan membangkai adalah metafora untuk kematian atau kehancuran total.
- Makna: Ungkapan ini menggambarkan perasaan tidak berdaya dan putus asa. Mereka merasa seperti mayat hidup yang tidak memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan.
4.menjadi asap dan abu
- kiasan: semua mimpi saya telah menjadi abu" artinya harapan dan mimpi telah hancur dan tidak akan pernah terwujud.Â
- makna: Sebagai simbol dari hubungan atau kehidupan bersama telah musnah dan hancur. "Abu" di sini melambangkan sisa-sisa dari apa yang pernah ada, sebuah kenangan yang pahit.Â
5.Kami sepasang mayat ingin kekal berpelukan dan tidur damai dalam dekapan ranjang.
- Kiasan: Mayat yang ingin berpelukan dan tidur damai adalah ironi yang kuat.
- Makna: Meskipun dalam keadaan mati, keinginan untuk bersama dan menemukan kedamaian tetap ada. Ini menunjukkan kerinduan akan kehangatan dan kasih sayang meskipun dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
Makna Simbolis Keseluruhan:Â Puisi "Pulang Malam" adalah sebuah karya yang sangat kaya akan simbolisme dan nuansa emosional yang mendalam. Joko Pinurbo, melalui puisinya ini, berhasil menghadirkan gambaran yang sangat kuat tentang kehancuran sebuah hubungan dan keputusasaan yang menyertainya.
 Puisi ini menggambarkan sebuah hubungan yang telah berakhir dengan sangat tragis. Api yang membakar ranjang melambangkan kehancuran cinta atau gairah. Puing-puing mimpi dan reruntuhan waktu menunjukkan kehampaan dan kesedihan yang mendalam. Tubuh yang hangus dan membangkai adalah metafora untuk kematian fisik dan spiritual.
Demikianlah analisis sederhana mengenai puisi [pulang malam]. Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit wawasan baru bagi para pembaca. Mari kita bersama-sama menggali lebih dalam keindahan puisi Indonesia. sampai jumpa di tulisan-tulisan berikutnya. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H