Mohon tunggu...
Anton Herujiyanto
Anton Herujiyanto Mohon Tunggu... Dosen - hobi menulis dan membaca

senior BBC-M correspondent, dosen, inisiator Katresnanism theory

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengapa Prab? Dhuh....

19 April 2019   09:54 Diperbarui: 19 April 2019   11:16 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk apa semua ini, Dhuuuh ibu

Cintapun kugadai demimu

Anugrah memang berjibu-jibu

Yang lalu memang terlalu pilu

Ketika Ketulusan tidak kau benar-benar tahu

Kelu sendu yang harus ku terima sebagai keji kalbu

Aku tak peduli waktu itu kau sebut era tatanan baru

berkobarnya  jiwa satria ternyata fakta buntu

Tak hendakku berkeluh sendu

Harus kutebus dan hanya terlaksana dalam jibaku

Anak buah jiwapun terlupa, buah hatipun tak sengaja termadu

Kini kucoba lagi dan lagi untuk bisa bertemu padu

Bukan yang pertama tapi seribu kusudah mengadu

Kurang apa kubuktikan abdiku

Tak ada menolak tak ada riak menolak membantu

Dhuh ibu, mengapa tiada jawab rindu

Betapa kau tahu bagaiana jiwaku dipaksa beku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun