Di pihak lain, Joe Simpson mematahkan tulang tungkai kaki hingga tempurung lututnya, sehingga secara teori ia hanya mampu bergerak dengan bantuan belay dari Simon Yates. Meskipun demikian, tak perlu keterangan lebih banyak lagi untuk membayangkan bagaimana kedua orang itu merasakan kesakitan yang parah pada proses turun yang mereka lakukan.
Doug Scott dan Chris Bonnington tidak dapat turun lebih jauh lagi malam itu, mereka dipaksa untuk bermalam dalam bivak terbuka di sebuah lereng yang cukup curam. Keesokan harinya, begitu semburat cahaya fajar keluar dan langkah pada permukaan tebing sudah cukup jelas, keduanya segera beranjak untuk turun ke goa salju di mana Clive dan Mo menunggu mereka dengan gelisah.
Sesampainya di goa salju tempat Clive dan Mo bermalam, keempat pendaki itu berbagi makanan beku terakhir yang mereka miliki dan merencanakan untuk turun ke base camp di mana Nick dan Tut yang tak kalah gusar menunggu mereka turun. Akan tetapi perjalanan turun hari itu terpaksa ditunda, sebuah badai yang sangat kencang membutakan pandangan, membuat keempat orang itu terpaksa harus melewati satu malam lagi di goa salju di atas ketinggian 7.000 meter.
Merupakan sebuah hal yang mengagumkan ketika kita melihat reaksi demi reaksi yang ditunjukkan Doug dalam menghadapi situasi hidup mati seperti itu. Ia seolah selalu menemukan secercah titik positif dimana ia bisa mengutarakan pendapatnya. Padahal saat itu yang bisa Doug lakukan adalah merangkak untuk dapat bergerak.
Doug Scott berusaha menuruni tebing curam Baintha Brakk dengan merangkak karena kedua kakinya yang patah, Chris Bonington yang juga terluka dengan dua tulang rusuk cidera berjalan tertatih-tatih di depannya
"Hal itu tidak masalah bagi saya karena saya hanya mematahkan kedua pergelangan kaki saya. Jika yang saya patahkan adalah tulang paha, maka tak diragukan lagi, sampai sekarang saya akan tetap tinggal di sana"
Untuk dapat turun ke base camp, terlebih dahulu keempat pendaki itu harus naik ke West Ogre. Dan itu tentu semakin tidak mudah di tengah kelelahan, cidera, kehabisan makanan, dan juga amukan badai. Akan tetapi beberapa komentar positif yang ditunjukkan Doug Scott benar-benar nampak sebagai suatu hal yang aneh bagi beberapa orang yang mungkin telah membaca kisah survival Joe Simpson dalam Touching The Void.
Simpson dalam bukunya, melukiskan penderitaan, sekarat kematian, dan kesengsaraan yang luar biasa saat merangkak tiga hari lamanya menyeberangi gletser Siula Grande menuju base camp mereka. Sedangkan Doug melukiskan dengan emosi 'seolah gembira' perjalanan hampir mati pitch demi pitch yang ia turuni di Baintha Brakk.
Namun hal ini tentu dapat dijelaskan juga dengan kenyataan bahwa Joe Simpson saat itu berada dalam kondisi seorang diri, sudah disangka mati, dan cidera kaki yang lebih parah (bukan berarti cidera kaki Doug Scott tidak parah). Kesepian, kesendirian, disangka sudah mati, dan terisolasinya lokasi membuat semangat dan harapan yang ada dalam diri Joe Simpson lebih cepat untuk memudar, walaupun pada akhirnya ia juga mampu selamat.
Merangkak Menuju Base Camp