Doug dan Chris memanjat tebing menuju puncak utama dengan lancar, meskipun dalam wawancaranya Doug Scott tidak dapat mendefinisikan tingkat kesulitan dari tebing terakhir Puncak The Ogre tersebut. Namun kombinasi tebing granit vertikal dan letaknya yang berada di ketinggian (di atas 7.000 meter) sudah lebih dari cukup untuk memberi kita penjelasan bahwa pendakian itu sangat tidak mudah.
Tanggal 13 Juli 1977, ketika matahari sudah terbenam, Doug Scott dan Chris Bonnington akhirnya berhasil mencapai Puncak The Ogre sebagai first ascent. Dan karena cahaya matahari perlahan semakin berkurang, kedua pendaki itu tahu mereka segera harus turun sebelum keadaan benar-benar berubah menjadi gelap gulita.
Dan dalam proses rappelling itu, baru satu picth berjalan, Doug secara tak sengaja telah mematahkan pergelangan kakinya saat berayun dari tali sepanjang 30 meter. Saat coba mendorong kaki kanannya ke permukaan tebing, Doug merasakan sakit yang luar biasa. Kemudian dia juga mencoba mendorong kaki kirinya, dan itu juga berakhir dengan rasa sakit yang sama. Atas dasar itu, Doug menyadari bahwa kedua kakinya telah patah.
Saat itu posisi Doug dan Chris belum begitu jauh dari puncak, masih butuh lebih dari 200 meter sebelum mereka bisa mencapai camp di mana Mo Anthoine dan Clive Rowland menunggu mereka. Sedangkan untuk mencapai base camp, dibutuhkan turun lebih kurang 2.000 meter lagi, dan Doug menyadari itu pasti tak akan mudah. Meskipun demikian ia tak pernah kehilangan semangat dan rasa optimis.
Dalam sebuah wawancara Doug menjelaskan keyakinannya saat itu;
"Tidak ada rasa takut sama sekali, hanya antisipasi. Saya tidak memiliki keraguan sedikit pun bahwa saya akan mampu turun, hanya saja saya tidak tahu bagaimana cara melakukannya"
Komparasi Survival Doug Scott dan Joe Simpson Touching The Void
Pada titik ini, beberapa komentator banyak memberikan perbandingan kontardiksi yang signifikan antara sosok Doug Scott dan Joe Simpson (dalam kisah survival Touching The Void).Â
Ketika kakinya patah, reaksi pertama yang muncul dari seorang Doug Scott adalah optimis, ia sama sekali tak menganggap bahwa petualangannya telah tamat karena hal itu. Fokusnya adalah ia akan mampu turun dengan selamat, entah bagaimana pun caranya.
Sementara di bilik lain, kita menemukan reaksi yang berbeda dari sosok Joe Simpson (jika membaca bukunya secara lengkap) ketika menememukan kaki kanannya patah, Joe langsung merasa frustasi tingkat tinggi, merasa bahwa kehidupannya akan segera berakhir di Siula Grande.
Jika dilihat lebih lanjut, posisi kaki yang patah mungkin juga mempengaruhi reaksi kedua survivor ini. Sebuah proses rappelling membutuhkan kedua kaki atau satu kaki sebagai dorongan yang ditekan ke permukaan tebing untuk menghasilkan gaya pegas dan gerakan turun. Doug yang kedua pergelangan kakinya patah, dapat mengatasi situasi ini dengan berimprovisasi menggunakan lututnya yang masih utuh.