Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filsafat Pancasila: Pemikiran Filosofis Soekarno

14 Juni 2023   16:50 Diperbarui: 20 Juni 2023   11:32 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Getty Images/iStockphoto via www.detik.com

Secara umum filsafat merupakan hasil pemikiran manusia yang kritis, mendalam dan radikal sampai pada intinya yang membahas secara menyeluruh kepada puncak hakikatnya untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan kenyataan dan bernilai manfaat.

Secara praktis, filsafat berarti alam pikiran atau wilayah berfikir manusia, sehingga berfilsafat dapat diartikan berfikir secara mendalam dengan sungguh-sungguh atau berfikir secara ilmiah sampai pada hakikatnya.

Dalam kapasitasnya, pancasila merupakan pandangan hidup (weltanschauung) atau pendirian hidup bangsa Indonesia yang sekaligus pandangan dunia dan filsafat.

Pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berfikir bangsa, yang dalam usaha keilmuan dapat terbangun kedalam sistem filsafat yang kredibel.

Bahan materialnya dihimpun dari berbagai butir dan ajaran kebijaksanaan dalam budaya etnik maupun agama, yang mungkin pula di antaranya masih terserak di alam nusantara luas ini. 

Dalam kapasitasnya sebagai pandangan dunia, pancasila memerlukan sistematisasi tersendiri dari sudut filsafat yang sistematis. Hal ini sejalan dengan causa materialis pancasila yang tertanam pada kekayaan adat, tradisi, dan sejarah kebudayaan, sungguh dibutuhkan kegiatan mengekplorasi kekayaan kultural itu, yang pasti dapat memberi bahan bagi upaya sistematisasi substansif.

Sebagaimana diketahui bahwa Soekarno merupakan presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau seorang tokoh perjuangan kemerdekaan yang berperan sangat penting untuk berdirinya negara RI bersama Moch. Hatta, Soedirman, Soeharto dan para pejuang kemerdekaan lainnya.

Selaku pemimpin besar bangsa Indonesia, Soekarno memiliki pemikiran besar pula tentang tentang berdirinya negara dan bersatunya bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ir. H. Soekarno juga merupakan orang pertama yang mencetuskan konsep pancasila secara publik dan terdepan dalam mendeklarasikan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Selaku pencetus pertama, tentu beliau memiliki pemikiran mendalam dan luas tentang makna, tujuan maupun isi dari pancasila yang berhasil disepakati bersama para pendiri bangsa ini.

Nah, bagaimana buah pemikiran Soekarno tentang pancasila? dapat di pahami dalam butir-butir garis besar filosofisnya yang terangkum secara gamblang pada uraian dibawah ini! 

Secara garis besar pemikiran filosofis Soekarno mengenai pancasila, sebagaimana dalam buku pendidikan kewarganegaraan yang disusun tim nasional dosen pendidikan kewarganegaraan, Sk. Dirjen Dikti Depdiknas Nomor : 43/DIKTI/Kep./2006. Bahwa poin-poin pemikiran Soekarno, antara lain :

1. Wawasan kebangsaan, yang teristimewa dalam pengkhususan sebagai filsafat persatuan.

Pernyataan ini tampak dalam pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 : "Kita hendak mendirikan suatu negara, 'semua buat semua'. Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. 

Maka, yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun lebih, ialah: dasar pertama yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia ialah dasar kebangsaan.

Obsesi Soekarno untuk persatuan bangsa amat mencolok sampai-sampai demi persatuan itu mencanangkan nasakom dalam rezim orde lama; betapa pun menurut Ruslan Abdulgani, nasakom merupakan taktik perjuangan mempersatukan potensi bangsa dalam menghadapi nekolim khususnya di tengah-tengah merebut kembali Irian Barat.

2. Erat kaitannya dengan wawasan kebangsaan, itu adalah jelas bahwa Soekarno adalah penganut dan pejuang nasionalisme. 

Dalam hubungannya dengan konsep nasakom, patut di kutif penegasan Bung Karno yang menolak tuduhan barat bahwa ia adalah komunis, seperti diungkapkan dalam otobiografinya : "pertanyaan lain yang sering diajukan ialah apakah Soekarno seorang komunis?... orang komunis menginginkan satu bangsa di dunia. 

Mereka meniadakan nasionalisme untuk kepentingan internasional. Soekarno adalah seorang nasionalis revolusioner. Seorang ultra-nasionalis, seorang supra-nasionalis."

Filsafat nasionalisme Soekarno bukanlah Chauvinisme, akan tetapi adalah : "nasionalisme yang lebar nasionalisme yang timbul dari pada pengetahuan atas susunan dunia dan riwayat ; nasionalisme yang menjalankan rasa hidupnya sebagai suatu bakti; yang memberi tempat cinta kepada lain-lain bangsa; nasionalisme yang membuat kita menjadi hidup dalam roh (Soekarno, 1964).

3. Pancasila berpangkal pada dasar pikiran kekeluargaan atau gotong royong, yang membuang pikiran individualisme. 

Dalam sidang BPUPKI Soekarno menjelaskan "maka oleh karena itu, jikalau kita betul-betul hendak mendasarkan negara kita kepada paham kekeluargaan, paham tolong menolong, faham gotong royong dan keadilan sosial, enyahkan tiap-tiap fikiran, tiap-tiap paham individualisme dan liberalisme dari padanya."

Sebelum dinyatakan oleh Soekarno bahwa " kita telah menentukan di dalam sidang yang pertama, bahwa kita menyetujui keadilan sosial dan preambule. Keadilan sosial inilah protes kita yang maha hebat kepada dasar individualisme".

4. Sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. 

Kedua terminologi ciptaan Bung Karno ini patut memperoleh tempat khusus di dalam pemikiran pancasila bung Karno, terlebih keduanya ada pengertian "Trisila" nya bung Karno sebagai perasan dari pancasila. Soekarno selanjutnya memadatkan lagi trisila menjadi "Ekasila" yakni gotong royong. 

5. Sosio nasionalisme adalah nasionalisme yang berperikemanusiaan, suatu "nasionalisme politik dan ekonomi, suatu nasionalisme yang bermaksud mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi, keberesan negeri, dan keberesan rezeki. 

Sosio demokrasi adalah bukan demokrasi ala revolusi Prancis, bukan revolusi ala Amerika, ala Inggris ... tetapi ia adalah demokrasi sejati yang mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi. Sosio demokrasi adalah demokrasi politik dan demokrasi ekonomi."

6. Donal Wilhelm menilai bahwa pemikiran Soekarno tentang pancasila semacam itu membuat pancasila dibuat identik dengan sosialisme; teristimewa berkat pikiran Bung Karno yang sejak lama berjuang menentang imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme.

"As Ruslan Abdulgani has shown in his authoriative book/pancasila: The Prima Mover of the Indonesia Revolution, the Soekarno regime from start to finish clearly identified pancasila with sosialism." (Wilhelm, 1980). Yang di maksudkan bung Karno ialah tercapainya keadilan sosial atau yang secara metafor disebut "Ratu Adil".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun