Kurikulum prototipe memberikan peluang besar kepada peserta didik agar dapat menentukan sendiri arah serta tujuan mereka dalam belajar sesuai dengan peminatan dari masing-masing siswanya.
Melalui kurikulum prototipe siswa diberikan kebebasan dalam mengambil mata pelajaran sesuai dengan minat serta bakatnya masing-masing tanpa ditentukan oleh sekolah maupun guru wali kelasnya.
Tentu, dalam menentukan mata pelajaran yang akan diambilnya siswa juga mesti memahami dengan baik substansi dari mata pelajaran yang akan diambilnya itu.
Ya agar tidak salah ambil, maka semestinya sebelum mengambilnya siswa mengetahui dahulu substansi dari mata pelajaran yang akan diambil, minimal tau gambaran serta arah keilmuan dari mapel tersebut.
Salah satu yang bisa dilakukan, yaitu dengan banyak bertanya terhadap wali kelas, orang tua, senior atau guru-gurunya untuk memahami terlebih dahulu mata pelajaran selanjutnya yang akan diambil itu.
Pihak sekolah bersama-sama tenaga kependidikan dan guru dapat melakukan sosialisi terkait kurikulum prototipe yang diterapkannya, agar memberikan pemahaman terhadap siswa-siswanya.
Keberadaan kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat adanya perpaduan interaksi antara pendidik dan peserta didiknya.
Dengan demikian, kurikulum adanya berfungsi sebagai nafas atau inti dari proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan potensi-potensi peserta didik.
Interaksi di dalam kegiatan tersebut sangat membutuhkan layanan dari sekolah, layanan manajemen kurikulum yang jelas dan pembelajaran itu merupakan seperangkat rencana serta pengaturan.Â
Mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional.Â