Kalau Bapak mau membuat kebijakan yang baik tapi tidak populer, itu bisa dimaklumi, tetapi ini, kebijakan yang tidak populer tapi juga bukan kebijakan yang baik. Kuota daging sapi juga diberikan ke Bulog. Saya hanya bisa tepuk jidat, geleng-geleng kepala. Pak Jokowi, mentri beginian kok dipakai, ya. Rakyat makin susah, sudah susah tambah susah. Harga daging ayam sekarang sudah 50.000 per kg di pasar, gara-gara jagung naik terus.
Perusahaan pakan mencoba beralih ke sumber makanan lain. Bijih gandum untuk pakan ternak. Meski sudah dicoba, tetapi belum tentu sebaik jagung. Maka, sekarang, karena sudah tidak tahan membeli jagung dengan harga tinggi, mereka sudah beralih ke gandum. Harga gandum pakan sekitar 3800 di terima di pabrik. Secara logikanya, kalau gandum dibeli dengan harga 3800 maka jagung setidaknya bisa diterima di pasar antara 3500-4000 per kg.
Saran saya, pertama, supaya para importir yang barangnya tertahan di pelabuhan untuk men-ptun-kan mentan, karena kebijakan sepihak yang mendadak.
Kedua, supaya hak eklusif impor Bulog segera dicabut, untuk semua komoditi. Sangat mengherankan, kalau Bulog dianggap bisa menyelesaikan masalah pangan. Harga daging sapi dan jagung bukannya lebih murah, malahan lebih mahal. Patut dicurigai, adanya kongkalikong antara mentan dan bulog. Sebaiknya KPK juga menyelidiki hal ini. Karena kebijakan mentan sudah merugikan rakyat.
Ketiga, supaya mentan diganti dengan orang yang lebih mengerti dengan keadaan pasar dan masyarakat. Bukan yang sewenang-wenang.
Keempat, untuk produk pangan, sebaiknya diberikan kemudahan dalam perdagangannya, karena produk pangan perlu cepat sampai ke masyarakat, dalam keadaan segar dan murah.
Dan satu permohonan ke Presiden. "Pak, tolonglah jangan banyak lagi gejolak-gejolak yang tidak perlu, setiap gejolak itu menimbulkan banyak biaya. Apa hebatnya kalau kita melihat peternak ayam, pabrik pakan atau importir jagung tutup? Kalau tata niaga perlu diperbaiki, ya diperbaiki, tapi kalau kasih ke Bulog, itu kan monopoli"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI