[caption caption="Jagung"][/caption]
"Negara yang kuat adalah negara yang tidak tergantung kepada negara lain, untuk memberi makan rakyatnya. Atau negara yang mampu menyediakan makanan yang cukup dan tercapai untuk rakyatnya."
Salah satu tugas penting dari Presiden adalah mengamankan pasokan dan harga dari bahan pangan. Ada produk yang langsung dan ada yang tidak langsung berhubungan dengan pangan tetapi memiliki hubungan yang erat. Beras, gula, minyak goreng adalah produk yang langsung berkaitan dengan pangan. Jagung bukanlah produk yang berhubungan dengan pangan, tetapi sangat berhubungan erat dengan pangan, karena jagung adalah pakan untuk ternak, terutama ayam. Dalam keterkaitan dengan bahan pangan adalah menteri pertanian yang ditugaskan langsung.
Jagung adalah pakan ternak yang terpenting. Meskipun Gorontalo memproduksi jagung dalam jumlah banyak, tetapi masih belum bisa memenuhi kebutuhan nasional. Harga jagung erat kaitannya dengan harga daging ayam. Sangat erat, malahan. Pada tahun 2014, Indonesia mengimpor jagung sejumlah 3,4juta ton. Pada 2015, impor jagung tidak sampai 3juta ton. Di tahun 2016 ini, disediakan kuota jagung sebesar 2,4 juta ton, yakni 200.000 ton per bulan.
Gonjang-ganjing jagung ini dimulai di bulan Juli tahun 2015. Ketika itu menteri pertanian tiba-tiba menginstruksikan (secara lisan) supaya impor jagung baik yang dalam perjalanan kapal atau pun sudah dikontrak, distop. Ini aneh, karena kuota dikeluarkan oleh kementerian pertanian.Â
Semua importir jagung, baik pabrik pakan maupun pemain lokal, bingung. Alasan mentan, karena sudah ada impor 1,65 juta ton. Maka distoplah impor. Dan celakanya, masih ada 500.000 ton jagung ditahan di pelabuhan dan di gudang. Tidak bisa keluar dari tahun kemaren. Kalau importirnya sudah pasti rugi luar biasa, karena biaya penumpukan di pelabuhan bisa 10 kali lipat lebih mahal dari gudang di luar pelabuhan.Â
Lalu, kita lihat, harga jagung sekarang sudah mencapai 6500 per kg. Dan Mentan pasti tahu. Gak mungkin tidak tahu. Tapi, jagung di gudang masih ditahan, tidak boleh keluar. Alasannya tadi, karena mau menstabilkan harga. Lha, harga stabilnya jagung itu di harga berapa? 3000? 3200? 3600? atau berapa? Sekarang sudah 6500 per kg dan tidak ada jagung di pasaran. Pak Menteri, kalau mau niru koppig nya Presiden, kok begitu caranya? Ini sedang membela siapa? Dengan harga 3400 saja pun, petani sudah beruntung sekali. Dalam ilmu ekonomi, harga keseimbangan atau harga ekuilibrium atau harga bebas adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran.
Terbentuknya harga dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga. Kok rasanya di era Presiden Jokowi ini, susah kali berusaha. Gak terbayang nasib importir di surabaya. 500.000 ton bukan lah jumlah kecil. Apakah mereka sedang menuju kebangkrutan? Entahlah, mudah-mudahan Tuhan menolong mereka.
Langkah Mentan, karena menganggap importir agak susah dikordinasi, lalu dimintalah Bulog untuk menangani impor. Jadilah Bulog importir tunggal dari jagung. Begitu Bulog diminta menangani impor jagung, harga jagung perlahan tapi pasti merangkak naik menjadi 6500 dari harga 3400. Apakah mungkin pemerintah merasa rakyat kurang beban, pertama kurs yang tinggi tak kunjung turun, kedua target penerimaan pajak tahun 2015, sekarang ditambah lagi dengan harga bahan pangan yang semakin naik.
Lebih aneh lagi, Bulog mengatakan akan ada realisasi impor 200.000 ton di bulan Januari (tinggal 4 hari lagi, apa mungkin?). Kalau di pelabuhan dan gudang masih ada 500.000 ton, kenapa tidak itu dulu dikeluarkan supaya harga normal kembali? Lalu kalau bulog memang mampu menangani impor, kok di bulan januari ini belum masuk-masuk juga 200.000 ton jagungnya? Apa tujuan Mentan untuk menahan jagung impor yang sudah ada di gudang dan pelabuhan? Apakah karena ego nya saja? Atau untuk kepentingan rakyat? Kalau untuk kepentingan rakyat, kenapa dibiarkan harga jagung mencapai 6500 per kg? Coba kita lihat berapa harga jual dari Bulog. Kalau Bulog jualnya di atas 3600, berarti Bulog semata-mata mencari untung. Tidak ada masalah yang terselesaikan. Dan kita lihat kualitas jagung yang mereka impor.
Dari jaman dulu sampai sekarang, saya rasa inilah mentan yang paling tidak cerdas sepanjang masa. Pertama, menangani masalah jagung saja tidak becus. Ingat, tidak ada untungnya mematikan importir. Mereka itu aset bangsa. Mereka lah yang ahli dalam hal impor jagung, bukan bulog. Kedua, dari kementan jugalah yang mengusulkan supaya perdagangan sapi non indukan dikenakan ppn. Harga daging sapi sudah tinggi, kok mau dikenakan ppn lagi?
Kalau Bapak mau membuat kebijakan yang baik tapi tidak populer, itu bisa dimaklumi, tetapi ini, kebijakan yang tidak populer tapi juga bukan kebijakan yang baik. Kuota daging sapi juga diberikan ke Bulog. Saya hanya bisa tepuk jidat, geleng-geleng kepala. Pak Jokowi, mentri beginian kok dipakai, ya. Rakyat makin susah, sudah susah tambah susah. Harga daging ayam sekarang sudah 50.000 per kg di pasar, gara-gara jagung naik terus.
Perusahaan pakan mencoba beralih ke sumber makanan lain. Bijih gandum untuk pakan ternak. Meski sudah dicoba, tetapi belum tentu sebaik jagung. Maka, sekarang, karena sudah tidak tahan membeli jagung dengan harga tinggi, mereka sudah beralih ke gandum. Harga gandum pakan sekitar 3800 di terima di pabrik. Secara logikanya, kalau gandum dibeli dengan harga 3800 maka jagung setidaknya bisa diterima di pasar antara 3500-4000 per kg.
Saran saya, pertama, supaya para importir yang barangnya tertahan di pelabuhan untuk men-ptun-kan mentan, karena kebijakan sepihak yang mendadak.
Kedua, supaya hak eklusif impor Bulog segera dicabut, untuk semua komoditi. Sangat mengherankan, kalau Bulog dianggap bisa menyelesaikan masalah pangan. Harga daging sapi dan jagung bukannya lebih murah, malahan lebih mahal. Patut dicurigai, adanya kongkalikong antara mentan dan bulog. Sebaiknya KPK juga menyelidiki hal ini. Karena kebijakan mentan sudah merugikan rakyat.
Ketiga, supaya mentan diganti dengan orang yang lebih mengerti dengan keadaan pasar dan masyarakat. Bukan yang sewenang-wenang.
Keempat, untuk produk pangan, sebaiknya diberikan kemudahan dalam perdagangannya, karena produk pangan perlu cepat sampai ke masyarakat, dalam keadaan segar dan murah.
Dan satu permohonan ke Presiden. "Pak, tolonglah jangan banyak lagi gejolak-gejolak yang tidak perlu, setiap gejolak itu menimbulkan banyak biaya. Apa hebatnya kalau kita melihat peternak ayam, pabrik pakan atau importir jagung tutup? Kalau tata niaga perlu diperbaiki, ya diperbaiki, tapi kalau kasih ke Bulog, itu kan monopoli"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H