Kelima, sudah saatnya Tanjung Priok menambah kapasitas crane (derek).
Pak Rizal, hati-hati ya, sewaktu membeli crane. Banyak permainan di dalamnya. Uang Pelindo banyak, tetapi suka beli yang second. Dan jangan hanya tambah di Priok. Belawan, Tj. Perak, dan Tj. Emas, juga perlu diberikan fasilitas yang memadai.
Keenam, menyederhanakan peraturan dan perizinan yang berlaku di pelabuhan.
Wah, kalau in, setuju banget. Akar permasalahan adalah terlalu banyaknya izin dan peraturan. Perlu diingat, negara maju tidak lagi memerlukan Angka Pengenal Impor, juga NIK (Nomor Induk Kepabeanan). Dan kalau mau disederhanakan, sekalian perizinan usaha yang bertingkat-tingkat dihapus saja. Kita ingin melihat langkah konkret seperti apa yang berani Menko ambil. Semakin banyak izin, semakin banyak kepentingan. Sekedar contoh, untuk apa barang impor dikenakan wajib labelisasi? Bukankah label berbahasa Indonesia penting ketika diedarkan? Kalau dikunci di proses impor, maka banyak barang yg tidak perlu dilabel turut jadi korban. Kalau Bapak buatkan website atau email untuk mengusulkan perizinan yang perlu dicabut, saya rasa Bapak tinggal memilah-milah dan memilih saja.
Yang ketujuh, memberantas mafia.
Mafia yang mana lagi, Pak. Kok pejabat negara kita suka latah nyebut-nyebut mafia. Mafia sapi, mafia peradilan, mafia pelabuhan, mafia hutan, mafia.... Kalau pendapat saya, Pak, dirapikan saja pelabuhan-pelabuhan kita. Ntar ketahuan dengan sendirinya sumber permasalahannya. Kalau ada yang ngeyel, hajar saja.
Pak Rizal, semua langkah di atas adalah langkah yang cerdas (kecuali yang ketujuh), tapi jangan tanggung-tanggung dong, Pak. Biaya logistik itu sudah dimulai sejak kapal tiba di pelabuhan tujuan, tetapi belum bisa sandar untuk melakukan bongkar-muat. Jadi, jumlah dermaga dan kecepatan bongkar-muat kapal adalah kunci dalam masalah ini. Sedangkan dwelling time, hanyalah waktu sejak barang dibongkar di pelabuhan tujuan sampai keluar dari kawasan pelabuhan.
Memang, kalau mau bicara jujur, langkah-langkah Pak Rizal Ramli inilah yang paling sistematis dan terurut terungkap di koran dibanding dengan pejabat lainnya, mungkin karena Pak Rizal suka membaca, ya. Terlepas dari gonjang-ganjing di koran tentang gaya kritis Bapak, Saya berharap langkah-langkah ini segera menjadi kenyataan.
Medan, 24 Agustus 2015
Anto Medan
Â