Mohon tunggu...
wigianto
wigianto Mohon Tunggu... Karyawan -

Float like a butterfly, sting like a bee

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mempertanyakan Bungkamnya Yusril di Kasus RS Sumber Waras dan Reklamasi Jakarta

23 April 2016   13:07 Diperbarui: 23 April 2016   13:26 4148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di saat serangan terhadap Ahok mengenai kasus Rumah Sakit Sumber Waras dan  reklamasi Teluk Jakarta datang bertubi-tubi, mulai dari lawan politik, bakal calon gubernur (bacagub) DKI 2017 sampai yang anti Ahok, mereka sudah menembakkan pelurunya ke Ahok; entah itu di televisi, koran/majalah dan terlebih lagi di medsos. Ada satu nama yang membuat saya bertanya-tanya mengapa ia tidak ikut-ikutan menyerang Ahok di seputar dua kasus tersebut. Ya, dia adalah si "Laksamana Cheng Ho" Yusril Ihza Mahendra, pakar hukum sekaligus salah satu bacagub DKI 2017.

Mungkin para Kompasianer mempunyai pikiran yang sama seperti saya, mengapa Yusril tidak atau belum mengeluarkan pelurunya? Mengapa ia tidak mengikuti jejak para bacagub DKI lainnya seperti H. Lulung, Sanusi, M. Taufik, Si ‘Wanita Emas’ Hasnaeni, bahkan Djarot. Ketika mereka sedang seru-serunya meneror Ahok di kasus RS Sumber Waras atau reklamasi, Yusril malah menyerang kebijakan-kebijakan Ahok yang tidak terlalu menjadi pusat perhatian media seperti penggusuran di kawasan Luar Batang (Pasar Ikan). Memang ada Sandiaga Uno dan Ahmad Dhani bacagub lainnya yang tidak bicara soal sumber waras dan reklamasi, mengenai hal itu publik bisa memakluminya karena Sandiaga yang pengusaha dan Dhani yang musisi, jelas bukan tandingan Ahok dalam bicara peraturan hukum dan mekanisme di birokrasi pemprov DKI.

ILC Panggung Yang (Tidak) Sempurna

Bagi sebagian orang terutama para lawan politik maupun orang yang tidak suka atau anti Ahok, acara ILC di TV One menjadi panggung yang sempurna buat Yusril untuk memberikan opini, menyerang dan semakin memojokkan Ahok karena TV One lebih sering kontra dengan Ahok. Selain itu ILC dan TV One juga kerap kali menampilkan narasumber yang tidak seimbang untuk kedua belah pihak. Untuk 2 kasus tentang Ahok yang tayang di ILC (reklamasi dan RS Sumber Waras), kita bisa melihat kualitas masing-masing narasumber. Ibarat ring tinju, Karni Ilyas adalah Don King, promotor tinju dunia yang nyentrik dan ternama, yang bagi sebagian orang apalagi yang pro Ahok, sang promotor dianggap sedang mempertandingkan Mike Tyson vs Chris John. Penggemar tinju tidak tahu mengapa Don King tidak mempertemukan Mike Tyson dengan lawan-lawan seperti  Evander Holyfield, Lennox Lewis ataupun George Foreman. Seperti kita ketahui, akhirnya Yusril yang ditunggu-tunggu untuk menjadi Mike Tyson yang akan "menghabisi" Chris John di Ring ILC melewatkan kesempatan emas ini begitu saja, peran Mike Tyson pun kemudian digantikan dengan yang lain dan Ring ILC urung menjadi panggung yang sempurna baginya.

Menunggu Senjata Pamungkas Yusril

Lalu apa yang membuat Yusril bungkam mengenai sumber waras dan reklamasi? hampir tidak ada omongan Yusril untuk dua kasus besar yang menimpa Ahok ini. Padahal masalah ini boleh dibilang ‘makanan’ Yusril karena ini masalah hukum yang sedang menimpa Ahok. Apakah Yusril sadar bahwa dia masih bakal cagub, sehingga dia merasa peperangan belum dimulai, segala jurus andalan masih disimpan dan pada waktunya nanti 2 kasus ini akan menjadi senjata pamungkas Yusril ke Ahok. Yusril berharap kasus sumber waras dan reklamasi bisa menjadi bola salju dan ketika saat kampanye pilgub dan menjelang pencoblosan, kasus ini mencapai klimaksnya.

Tetapi skenario tersebut bisa bubar di tengah jalan juga, apabila KPK belum bisa membuktikan Ahok terlibat, seperti yang dikatakan KPK sekarang ini, terlebih lagi kalau KPK sudah memutuskan Ahok clear. Bila hal itu yang terjadi maka ia harus mencari senjata pamungkas lainnya. Akan lebih baik kalau Yusril juga memberikan opini untuk 2 kasus tersebut, ketika kasus ini masih hangat-hangatnya meskipun sudah agak terlambat. Publik menanti dan penasaran seperti apa serangan pakar hukum terhadap kasus yang menimpa Ahok. Yusril mungkin lupa menurut survei, ia menduduki posisi ke-2, tepat di belakang Ahok. Memang jurus-jurus Yusril itu masih amat jauh untuk membuktikan Ahok bersalah, tapi paling tidak senjata pamungkas Yusril ini bisa merebut suara swing voters dan membuat goyah pemilih rasional yang masih mendukung Ahok.

Yusril : Pengacara, Politikus Atau Calon Gubernur?

Saya heran Yusril itu ketua umum sekaligus pendiri partai tetapi kurang berjiwa politisi/politikus, ia kurang bisa mengangkat isu yang sedang hangat dan populer, selama ini dari berita-berita tentang Yusril, ia terlihat lebih asyik menghabiskan waktunya menjadi lawyer dibanding mengurus dan membesarkan partai. Coba bandingkan dengan Ahok yang boleh dibilang bukan apa-apa dalam perpartai-politikan; Ahok hampir tidak punya kontribusi dalam  kepartaian, ia terkenal sebagai kutu loncat bahkan mengaku tidak percaya dengan parpol tetapi tingkah Ahok sudah seperti politikus ulung; ia tahu bagaimana diburu oleh media untuk menjadi newsmaker, ia juga piawai membangun opini serta "memainkan" isu-isu strategis maupun kontroversial, dan ketika dirinya diserang atau dipojokkan oleh lawan-lawannya seperti dalam kasus sumber waras; meskipun dalam kondisi terjepit, ia bukan saja mampu bertahan tetapi ia sanggup melancarkan counter attack yang cukup mematikan, singkat kata ia sungguh licin bak belut.

Saling kritik, tuding, serang, bahkan fitnah dan menjegal adalah hal yang biasa dalam dunia perpolitikan, justru dari sinilah si politikus atau pemimpin sedang diuji. Yusril tak perlu sungkan ataupun ragu untuk melakukannya. Kalau dalam persoalan hukum yang sedang menimpa Ahok saja, Yusril bungkam, bagaimana nanti Yusril mau menantang Ahok bicara tentang birokrasi dan tata kelola pemerintahan ataupun beradu program-program dalam rangka pilgub DKI 2017. Yusril sepertinya harus belajar dari H. Lulung. Secara kualitas, pengalaman dan elektabilitas jelas ia di bawah Yusril, tetapi H.

Lulung sebagai bacagub dan politikus sering mengeluarkan opininya untuk petahana, meskipun omongannya justru menjadi bahan tertawaan itu  soal lain. H. Lulung yang sering keseleo lidah atau kata orang betawi “ngomongnye masih blepotan” saja berani menyerang dan menantang Ahok. Publik tidak tahu apakah sebetulnya mulut Yusril sudah ‘gatal’ untuk bicara tentang sumber waras dan reklamasi namun dia menunggu waktu yang tepat? Yusril harus membuktikan bahwa ia bukan sekedar ahli hukum dan pengacara papan atas saja, ia juga harus meyakinkan publik bahwa dia juga politikus yang handal, keikutsertaannya sebagai cagub DKI 2017 dengan melobi partai-partai untuk mengusungnya akan menjadi jawaban.

Yusril Bungkam Karena Tahu Mana Yang benar?

Diamnya Yusril juga bisa diartikan sebenarnya ia sudah tahu apakah ada penyimpangan atau tidak, khusus kasus sumber waras; masalah yang jadi perdebatan dan yang paling krusial ada 2, dan 2 hal inilah yang bisa dikatakan benteng terakhir Ahok. Yang pertama, yaitu peraturan yang dipakai apakah Perpres No. 71/2012 atau Perpres No. 40/2014. Yang kedua adalah nilai NJOP, apakah NJOP di Jl. Tomang Utara atau di Jl. Kyai Tapa. Sebagai ahli Hukum sudah barang tentu Yusril tidak terlalu sulit untuk menjawabnya. Untuk orang sekelas Yusril, tentu ia tidak akan menyerang hal-hal yang tidak substansial dan bersifat teknis yang nantinya akan membuatnya terlihat nampak "bodoh"; seperti tata cara pembayaran (pakai cek, transfer, tunai), waktu pembayaran (tanggal, jam, hari), status HGB dan lain-lain, sepanjang semuanya itu tidak melanggar peraturan.

Sedangkan untuk masalah ijin reklamasi yang menjadi perdebatan, sudah berakhir win-win solution, pemerintah pusat mengintervensi dan memutuskan reklamasi ditunda dengan memberikan kewenangan kepada pemprov DKI untuk melakukannya yang nantinya pemprov akan berkoordinasi dengan instansi terkait. Dengan keputusan tersebut maka apa yang di klaim oleh Ahok selama ini tentang ijin reklamasi tidaklah salah. Kalau sudah begitu maka perkataan Yusril mengenai "kesaktian" Ahok bukanlah sebagai sindiran melainkan sebuah pujian.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun