Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Dokter - Retired Physician

Pencinta dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lumpia dalam Tradisi Peringatan Ceng Beng

24 Maret 2022   20:28 Diperbarui: 24 Maret 2022   20:32 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Camilan pada hari kia-kia tersebut merupakan makanan dingin yang terdiri dari sayur-sayuran segar yang berasa pedas, seperti bawang daun, bawang putih, kucai, daikon, moster dan lain-lain, digulung dalam lembaran kulit pancake yang terbuat dari tepung, dan makanan gulungan itu ditata rapih diatas piring yang lebar, sehingga juga disebut piringan lima sayur pedas, wu-xin-pan.

Kebiasaan kia-kia makan gulungan sayur pedas ini sudah sangat populer sejak jaman Dinasti Han Timur, sudah disebut chun-juan alias spring roll, yang kemudian sewaktu di Dinasti Jin Timur (317 - 420 AD) kebawakan ke daerah di selatannya Yangtze River yang ibukotanya di-Nanjing sekarang, setelahnya, di zaman Dinasti Tang (618 - 906 AD), juga dibawakan ke Hokkian oleh Tanglang, maka sejak itulah chun-juan adalah sinonim dengan lunpia, atau po-pia, camilan musim Semi.

Hari Nyepi Han-shi untuk memperingati leluhur dan Ceng Beng yang meriah kia-kia, yang kebetulan hanya berbedaan sehari saja itu, lama kelamaan terus digabungkan menjadi satu hari, selain kia-kia juga memperingati leluhur, dengan demikian menjadikan Ceng Beng sekarang, ritual kia-kia ke bukit untuk mengunjungi dan membersihkan semak-semak di kuburan.

Dengan demikian pun, di Hokkian sana, terjadilah revolusi lunpia tersebut.

Sewaktu jaman Dinasti Tang, bahan isi chun-juan / spring roll yang merupakan hidangan veggie dingin, sekarang ditambahkan isi bahan daging yang dimasak, yang kemudian dibawakan orang Tanglang ke Hokkian, dan disanalah disebut lun-pia atau lumpia di Jawa, yang artinya pia kulit lunak di musim Semi, karena semulanya tidak digoreng. Lumpia asli bukan gorengan, sedangkan yang digoreng pun bukan kreasi atau ciptaan orang Semarang, itu ada ceritanya tersendiri dalam evolusi-nya di Tiongkok sana.

Jika memperhatikan, mengapa memakan lunpia/lumpia juga disertai sebatang bawang daun segar? Itulah sisa dari kebiasaan makanan dingin sayuran pedas, asal usul lunpia yang sudah diceritakan di atas.

Oleh: Anthony Hocktong Tjio.

Monterey Park, Ceng Beng 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun